Waskita Karya Akui Ada Keteledoran di Proyek Tol Becakayu
/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2018%2F02%2F20180223_145748_resized.jpg)
Anggota Divisi Pusat Laboratorium Forensik Kepolisian Republik Indonesia sedang mengolah tempat kejadian perkara lokasi kecelakaan konstruksi pembangunan Jalan Tol Bekasi-Cawang-Kampung Melayu (Becakayu) di depan Institut Bisnis Nusantara, Jalan DI Pandjaitan, Cawang, Jakarta Timur, Jumat (23/2). Polisi masih menginvestigasi penyebab kecelakaan konstruksi Selasa (21/2) yang melukai 7 orang.
Insiden ambrolnya cetakan kepala tiang Tol Bekasi-Cawang-Kampung Melayu atau Becakayu di kawasan Cawang, Jakarta Timur,pada Selasa (20/2) dini hari, menyebabkan tujuh pekerja terluka. Ambrolnya cetakan penyangga kepala kolom Tol Becakayu di Jalan DI Panjaitan Jakarta Timur tersebut berujung pada penetapan AA dan AS sebagai tersangka oleh polisi.
AA adalah kepala pelaksana lapangan dari PT Waskita Karya sedangkan AS kepala pengawas dari PT Virama Karya. Kepolisian Resor Metro Jakarta Timur mengenakan pasal kelalaian pada keduanya. Namun, dari temuan lapangan insiden proyek ini tidak hanya sekadar pada kelalaian.
Lalu, apa tanggapan Waskita Karya, selaku kontraktor, terhadap keberlanjutan proyek yang sedang diselidiki polisi tersebut? Berikut petikan wawancara Kompas dengan Kepala Divisi III PT Waskita Karya Dono Parwoto (yang membawahi pengerjaan proyek jalan tol di Pulau Jawa, termasuk Becakayu) di kantor pusat Waskita Karya, Cawang, Jakarta Timur, Rabu (28/2).
/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2018%2F02%2F20180307ILO01.jpg)
Kepala Divisi III PT Waskita Karya Dono Parwoto
Selain kelalaian, apa ada faktor kelelahan dalam insiden proyek Tol Becakayu?
Saya pikir tidak ada kelelahan karena kami ini sejak lahir di Waskita memang sudah dididik seperti itu. Tidak ada kata kelelahan. Tetapi mungkin sometimes (kadang-kadang) itu ada teledor itu. Mungkin teledor itu ya. Sehingga salah satu nut (mur) tidak dikencangin. Dari bawah tampak sudah dipasang semua, tetapi kekencangan kan berpengaruh.
Jadi itu tak berkaitan dengan kelelahan. Kecelakaan kerja di tol Becakayu itu kan terjadi karena ada yang tak dicek. Seharusnya ada saling kroscek. Konsultan pengawas mengingatkan kami saat ngecor dan itu tak ada (pengecekan). Maka dia jadi tersangka (juga).
Longgar mur itu membuat stress bar (batang besi penyangga) jadi tak kencang?
Iya. Coba saja anda bayangkan. Mur dipasang tak kencang, maka dengan sendirinya stress bar itu akan melonggar.
Lantas siapa yang memerintahkan pengecoran?
Yah tsk (tersangka AA) yang menjadi kepala pelaksana, siapa lagi. kan sudah ada (prosedur standar operasi) SOP-nya. Artinya ada something wrong (yang salah) pada SOP. Kepala pelaksana itu karyawan organik PT Waskita Karya.
Apakah setiap unit yang dikerjakan itu harus dicek?
Setiap proses kami melangkah, itu ada request pemeriksaan. Setelah dicek pengawas, re-check, baru (dikerjakan).
Berarti tidak ada yang mengawasi?
Kepala pengawas tak ada di tempat, sementara kepala pelaksana ada di kantor. Karena hari Senin kan hujan lebat. Jam 12.00 malam (Pukul 24.00) sudah keliling, dan itu gak jadi ngecor. Tapi, mungkin karena cuaca terang teman-teman di lapangan langsung dilakukan cor tanpa ada kroscek.
https://youtu.be/EJELv5e_M2g
Kepala pengawas dan kepala pelaksana sudah ada hubungan baik sehingga keduanya lengah?
Ada, manusiawi lah. Setiap hari kerja dan ketemu, bisa saja. SOP kita sudah mengatakan setiap pekerjaan itu ada job safety analysis. Jika mau ngecor, maka semuanya harus dicek dan baru diteken request (permintaan) pengecoran. Jumlah pekerja yang melaksanakan juga dihitung, baru diteken untuk pengecoran.
Tersangka AA masih bisa bekerja?
Tidak dong, masih diistirahatkan. Dia tak ditahan.
/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2018%2F02%2F20180227ILO1.jpeg)
Kepala Polres Metro Jakarta Timur Komisaris Besar Yoyon Tony Surya Putra (berseragam polisi) saat merilis kasus ambrolnya cetakan beton kepala kolom Tol Bekasi-Cawang-Kampung Melayu, di Markas Polrestro Jakarta Timur, Selasa (27/2). Polisi menetapkan AA dan AS sebagai tersangka ambrolnya bagian konstruksi Tol Becakayu. Namun, tersangka AA yang menjabat Kepala Pelaksana Lapangan dan AS yang menjabat Kepala Pengawas Tol Becakayu tersebut tidak ditahan.
Dengan adanya proses hukum, ada kelalaian pelaksana dan pengawas, dia tetap kerja di Waskita Karya?
Kami ada sanksi, kami punya peraturan perusahaan. Jika terjadi kecelakaan maka diterapkan beberapa peraturan, seperti dia bisa saja di-grounded, dirumahkan, atau dijadikan staf. Itu sudah sanksi. Kalau fatal, itu baru dipertimbangkan untuk dikeluarkan.
Apakah atasannya juga dimintai pertanggung jawaban?
Kita lihat peraturan yang sudah ada di perusahaan. Itu sudah ada matriknya dan itu yang kita ikuti.
Kepala pelaksana lapangan bertanggungjawab di lokasi itu saja?
Itu hanya seksi 1A, sampai depan KKDM (Cipinang Melayu).
Sebelumnya pernah ada kepala pelaksana jadi tersangka?
Ada. Yang di dalam kurungan juga masih ada, biasa itu. Perusahaan mengadvokasi, tapi kami tetap menghormati hukum. Kami hormati hukum, sistem harus berjalan.
Apakah ada spesifikasi material yang dikurangi?
Kalau kami melakukan seperti itu, maka itu sudah tak jaman lagi mengurangi spek. Alat untuk mendeteksi kecurangan itu sudah sangat canggih. Begitu (jalan) di uji coba dengan menjatuhkan truk mixer maka jarum pengukur kekuatan akan berputar. Tanpa saya ngomong, alat yang bicara. Begitu canggihnya saat ini. Dari data itu ada berbagai parameter.
/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2018%2F03%2FDSC06709_EDIT.jpg)
Bracket, penopang begisting atau cetakan kepala tiang, dipasang sebelum pengecoran kepala tiang Tol Becakayu, Jakarta Timur, dilaksanakan, Jumat (2/3).
Jika tak ada kaitan dengan kelelahan, lalu seperti apa sistem lembur pekerja?
Jadi kami sudah terapkan seperti proyek lain seperti Jalan Tol Jakarta-Cikampek. Mereka kerja malam, kalau siang kan padat lalu lintas kendaraan. Siang mereka tidur. Otomatis mereka diberi pekerjaan pada pukul 20.00, selanjutnya sampai malam. (Tapi) sekarang tak lagi dibagi dua shift, melainkan jadi tiga shift.
Beberapa pekerja bilang upah Rp 80 ribu sampai Rp 90 per hari, sehingga mereka lembur agar dua kali lipat. Ada batasan atau sampai lelah?
Memang kemarin tuh ditemukan seperti itu karena mandornya bermain-main. Sekarang kembali lagi, kami semua diingatkan kembali untuk meneliti lebih tajam lagi agar mandor tak main-main lagi. Kemarin, termasuk kami diingatkan oleh Kemenaker (Kementerian Tenaga Kerja) karena memang ditemukan itu, meski tak semuanya. Kami akan perbaiki. Mandor juga akan mengikuti sistem Kemenaker. Kami sudah sampaikan MoU dengan Kemenaker supaya mandor-mandor itu dididik supaya ikuti Undang-Undang Ketenagakerjaan supaya mereka paham.
Lembur hanya sampai jam 8 malam karena itu hitungannya sudah dua hari kerja.
Dengan jadi 3 shift akan tambah orang?
Iya dong, nambah. Penambahan tergantung proyeknya. Jika dijadwal dua bulan, bisa (ditambah) 100 sampai 200 orang.
/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2018%2F02%2F20180307ADY07.jpg)
Sejumlah pekerja proyek Tol Bekasi-Cawang-Kampung Melayu (Becakayu) menaiki mobil bak terbuka saat jam istirahat makan siang, Rabu (7/3). Saat istirahat, sejumlah pekerja memilih meninggalkan lokasi proyek di Jalan DI Panjaitan, Jakarta Timur, untuk beristirahat di mess.
Apa yang dilanggar mandor?
Dia kan ingin efisien, dan untungnya banyak. Makanya dia lemburnya dilipat. Semestinya dia cari tambahan orang.
Satu mandor mengawasi berapa orang?
Idealnya satu mandor awasi 30 orang karena 30 orang itu juga dibagi 3 grup.
Kenapa proyek dilakukan siang malam, apa karena kejar target?
Kami proyek ini ada target dari owner (pemilik proyek). Jadi, kalau target tak sesuai, kami didenda. Per hari maksimal dendanya 5 persen dari nilai proyek. Kalau sekarang tidak ada seperti itu, maka saya pun enak-enak saja. Semua ada targetnya.

Sandi (40), seorang pekerja proyek Tol Becakayu mengatakan, upah per hari yang sangat minim mengakibatkan para pekerja proyek jadi lembur dan bekerja melebihi jam kerja
Siapa pemilik proyek ini?
Owner itu investor, KKDM (PT Kresna Kusuma Dyandra Marga). Itu anak perusahaan waskita, tapi manajemen berbeda dan tanggung jawab berbeda. Kami tanggung jawab sendiri, mereka bertanggung jawab sendiri.
Berapa nilai proyek Tol Becakayu?
Nilai proyek Rp 7,125 triliun. Kami harus punya equity (modal) 30 persen, sedangkan sisanya perbankan. Jadi Rp 7 triliun itu dibiayai kontraktor, nanti kami dibayar saat serah terima (proyek). Yang bayar KKDM, sebagai pengelola tol, saat serah terima. Dan KKDM memperoleh keuntungan dari konsesi untuk pengelolaan tol.
Soal Tol Becakayu, apakah pelaksanaan proyek juga melimpahkan ke sub-kontraktor?
Kalau pekerjaan struktur seperti ini, kami kerjakan sendiri. Paling kami beli bekisting-nya. Kalau beton, kami ambil dari Waskita Beton. Jadi dikerjakan sendiri. Subkontraktor, kami pakai misalnya sebagai subkon angkat untuk angkat girder, tetapi mereka bekerja di bawah koordinator kita. Subkon ada lagi tapi misalnya, sebatas pekerjaan mengecor. Lebih dari 10 subkon. Material tetap dari Waskita.
/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2017%2F11%2F20171102-kid-becakayu-w2.png)
Infografis peta Tol Becakayu
Untuk menunjuk subkon pakai lelang?
Kami pakai sistem pengadaan, sesuai prosedur Waskita. Ada daftar rekanan waskita nanti dipanggil dikasih penjelasan. Misalkan, pekerjaan apa. Kita jelaskan item-nya, kami minta mereka menunjukkan kemampuannya dan metodenya juga kami cek, lalu kami minta penawaran biayanya. Tetap ada beauty contest. Sama saja dengan lelangnya pemerintah, kan kami juga diaudit BPK (badan Pemeriksa Keuangan). Kami ambil yang paling feasible (layak) dan tergantung metode kerjanya, bukan yang termurah. Yang termurah belum tentu yang terbaik.
Untuk hasil audit sudah keluar total kerugian akibat insiden?
Kalau total kerugian, satu material itu sekitar Rp 500 juta untuk cetakannya. Dengan kondisi tak ada pekerjaan, kami tetap bayar tenaga harian 300 orang kali 4 hari. Total kerugian Rp 1 miliar per pilar (kolom). Nanti yang diperbaiki cetakannya.
Kapan lanjut lagi pekerjaan proyek?
Alhamdulillah tadi malam sudah di-acc (setujui). Kami sudah presentasi. Dan kami sudah ada suratnya. Bisa jalan lagi? Iya ini berita acara melanjutkan pekerjaan. Sekarang bisa lanjutkan pekerjaan, paling tidak persiapan dulu. Kasus di kepolisian juga sudah (berjalan). Mudah-mudahan juga sudah bisa buka police line (garis polisi).
/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2018%2F02%2F514693_getattachment8f611eb9-8896-4a79-92b2-d68fda0486ad506076.jpg)
Cetakan beton sementara (bekisting) proyek Tol Bekasi-Cawang Kampung Melayu (becakayu) ambruk di Jalan DI Panjaitan, Jakarta Timur, Selasa (20/2). Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Basuki Hadimuljono mengintruksikan seluruh pekerjaan infrastruktur dengan konstruksi elevated atau melayang, yang membutuhkan pekerjaan berat, untuk dihentikan sementara.
Jadi, sekarang Proyek Becakayu sudah bisa lanjut?
Sekarang pembersihan, persiapan dulu, sesuai yang direkomendasi bahwa untuk bekisting itu harus ada perkuatan. Karena yang kemarin dicor, itu terbukti tak kuat. Secara rencana/desain, itu kuat. Cuma karena takutnya koefisien keamanannya tipis sekali. Sekarang direkomendasi dengan perkuatan. Itu rekomendasi dari Komite Keselamatan Konstruksi dan ahli, yakni Prof Iswandi Imran dan Awal Surono, itu dari ITB (Institut Teknologi Bandung) semua. Kalau kemarin kan melayang, dan sekarang ditambah soaring/steger (perancah).
Artinya, sebelumnya tidak pakai steger (perancah)?
Yah, angka keamanannya kan tipis. Sistemnya ada perbedaan sedikit. Dulu ada pesan baru bracket-nya. Ada perubahan pada sistem bracketnya yang dulu kan aman, yang sekarang tidak. Dan itu mungkin keteledoran. Mur-nya kan kurang kencang. Ketika baut kurang kencang, terjadi konsentrasi tegangan di situ. Begitu terjadi konsentrasi meningkat maka baja itu pun putus dan suaranya meledak.
Nut (mur)-nya dikencengin pakai manual orang. tapi itu kan ada ukurannya. Ketika berbunyi klik, itu artinya sudah kencang. Kenapa longgar, yah itu teledor.
Untuk selanjutnya, proyek Becakayu kapan selesai?
April 2018. Dan disuruh nyambung selesai kalau pembebasan tanah selesai, yang di depan Kementerian Agama Kebon Nanas. Itu nanti nyambung ke Jalan Tol Wiyoto Wiyono. Seksi kedua, itu dilanjut nanti sampai Pasar Gembrong, (masih) menunggu lahan. Kontrak sih sudah, tapi lahan belum ada. Sekarang untuk fase pertama, progresnya 80 persen.
April 2018 selesai, itu termasuk progress 100 persen?
Itu 100 persen. Itu nanti menyambung ke daerah Jakasampurna (Kota Bekasi). Sedangkan nanti 2019, (dilanjutkan lagi untuk seksi lain) dari Jakasampurna ke Tambun (Kabupaten Bekasi).
Ada jeda untuk uji coba?
Sebetulnya saat dibuka sudah jelas kekuatan itu pasti sudah diuji. Ujinya bagaimana? Itu truk mixer beton seberat 30 ton itu dijatuhkan, dan (ada) sensor-sensor yang mengukur kekuatan jalan. Kalau dia sudah SNI (standar nasional Indonesia), dia lolos dan layak operasi. Jika tidak, maka dilakukan perbaikan. Jadi jangan takut, yang kami acu adalah SNI.
Waskita Karya punya perhitungan risiko kerja?
Kami punya manajemen risiko. Komponennya macam, risiko waktu, mutu, dan juga biaya. Masing-masing diterjemahkan sebagai bentuk ancaman, dan apa mitigasinya. Saya laporkan risiko itu. itu harus dibikin. Semua sistem sudah ada, tetapi kenapa kejadian. Yah itu tadi, siapa yang mau terjadi.
Dari beberapa proyek Waskita Karya yang terjadi kecelakaan kerja, apa sudah ada evaluasi?
Kami sudah (evaluasi). Ada benang merahnya. Satu, masalah girder itu rata-rata. Dulu kami gunakan girder standar, di bawah 40 meter. Sementara yang kejadian itu kan di atas standar, yakni di atas 50 meter. Diangkat ke ketinggian 2,5 meter. Tebalnya 25 centimeter. Kalau diangkat dia melambai-lambai. Nah, itu yang tidak kita sadari. Saat diangkat ada kecepatan angin yang sangat berpengaruh. Kecepatan angin itu sampai 30 kilometer per jam dan sebabkan goyangan pada girder dan itu yang terjadi pada saat kejadian. Apa solusinya? kami sudah mengubah kandungannya, dan sudah kami presentasikan dan sudah disetujui. Itu dijadikan standar. Kebetulan kami yang disuruh uji coba dan kami disuruh cari apa obatnya. Itu beberapa kejadian yang terjadi pada proyek Waskita, selain Becakayu. Kalau yang Becakayu itu kan mur tak kencang.
/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2018%2F02%2F20180306ADY02.jpg)
Pekerja konstruksi proyek Tol Bekasi-Cawang-Kampung Melayu (Becakayu) memasang stress bar di lokasi proyek di Jalan DI Panjaitan, Jakarta Timur, Selasa (6/3). Aktivitas pekerjaan di lokasi proyek Tol Becakayu sudah kembali bergulir setelah sebelumnya proyek tersebut dihentikan sementara pasca insiden ambrolnya cetakan beton kepala kolom Tol Becakayu yang terjadi Selasa (20/2).
Belakangan pembangunan infrastruktur gencar, ada perbandingan dengan pekerjaan Waskita sebelumnya?
Saya kerja di Waskita Karya sudah lama. Saya merasakan kerja itu sejak lama, sejak masih kepala proyek, sudah terbiasa laksanakan proyek crash program (percepatan). Tahun 1996 ada Indonesia Airshow di Bandara Soekarno-Hatta. Itu cuma dikasih waktu 3 bulan, saya masih jadi kepala proyek. Setiap hari kerja, ditungguin Pak Habibie. Begitu juga tol Cipularang, tahun 2010, saya project manager untuk kepentingan KAA (Konferensi Asia Afrika). Itu juga sama, dan ada longsor karena tanahnya labil. Itu pun dikejar setahun. Tol Benoa Bali, saya menjadi kepala bagian dan ikut bangun, dan itu dibangun setahun juga.
Dari tahun 2014, empat tahun lalu, kita sudah melompat. Maksudnya kontrak yang kita tangani. Awalnya seluruh kontrak yang kami tangani hanya Rp 4 triliun. Sekarang itu nilai proyek yang kami tangani totalnya lebih dari Rp 45 triliun selama 2018. Jadi memang ada ketidakseimbangan antara proyek dengan tenaga ahli konstruksi dan itu yang dikejar.
/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2017%2F03%2F20161224UKI8.jpg)
Kepadatan kendaraan memasuki jembatan Cisomang di Tol Cipularang KM 100 di Desa Cisomang, Kecamatan Darangdan, Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat, Sabtu (24/12/2016). Cipularang merupakan salah satu proyek tol yang digarap PT Waskita Karya.
Berapa proyek digarap Waskita Karya?
Ada lebih dari 20 proyek dengan nilai proyek Rp 45 triliun, itu hanya tol saja. Saya hanya tanggung jawab di pulau Jawa, misal Tol Trans-Jawa. Di Jawa, ada lebih dari 10 proyek. Divisi saya saja ada tujuh. Itu hasil pengembangan baru. Kalau dulu kan satu proyeknya Rp 300 miliar dan sekarang satu proyek bisa Rp 7 triliun.
Dengan ada perbedaan jumlah proyek selama 2014 dengan saat ini, apakah Waskita tak terseok-seok untuk memenuhi target?
Kalau kepontal-pontal (terseok-seok) itu wajar, tapi bukan berarti mengesampingkan. Cek saja di setiap proyek. Kalau sekarang ada tenaga kerja saya yang kurang, maka saya disurati mandor. Setiap proyek itu harus disiapkan ahli struktur sekian, ahli jembatan sekian orang, tenaga tertentu sekian orang dengan bukti sertifikatnya. Saat ini yang sudah berjalan itu. (Yang jelas) saya tak akan teken kontrak jika jumlah SDM (sumber daya manusia) itu tak terpenuhi.
Apa yang dilakukan Waskita Karya untuk memenuhi (jumlah dan kualitas) tenaga konstruksi itu?
Ada beberapa cara yang dilakukan. Satu, hired (merekrut) orang yang sudah profesional di bidangnya dan dipanggil untuk ditempatkan sebagai manajer di sini. Ada juga sistem kaderisasi dari bawah dengan diambil dari kampus. Tapi Namanya jam terbang, kan tak bisa di-copy paste. Anda secanggih apa pun disekolahkan, tapi jika tak pernah wawancara orang, pasti gemetar juga. itu jam terbang. Jadi orang pinter, lulus cumlaude, tapi baru pertama di proyek maka dia gemetar juga.
Masih butuh berapa tenaga ahli lagi?
Banyak. Saat ini bagian SDM. Kita evaluasi SDM, ada kebutuhan SDM di sini-sini. Gap secara kuantitas dipenuhi, giliran kualitasnya juga harus dipenuhi. Misal kurang pendidikan, maka akan kami dididik. Jika kurang sertifikasi, maka akan diberikan sertifikasi.
