Sidney Poitier, Pionir Orang Kulit Hitam di Depan Layar
Sejarah akan selalu mencatat Sidney Poitier sebagai sosok yang berhasil mengubah representasi orang kulit hitam di depan layar. Dia meninggal pada 6 Januari 2022.

Aktor Amerika Serikat, Sidney Poitier, tersenyum setelah dianugerahi Commander of the Order of the Arts and Letters oleh Menteri Kebudayaan Perancis Renaud Donnedieu de Vabres dalam Festival Film Cannes Internasional Ke-59 pada 18 Mei 2006. Poitier, aktor utama kulit hitam pertama Hollywood, meninggal pada 6 Januari 2022.
Sejarah akan selalu mencatat Sidney Poitier sebagai sosok yang berhasil mengubah representasi orang kulit hitam di depan layar. Seorang pionir, aktor keturunan Bahama-Amerika ini menjadi orang kulit hitam yang bisa menjadi pemeran utama bahkan yang pertama memenangkan Piala Oscar sebagai aktor terbaik.
Poitier meninggal pada Kamis (6/1/2022) di rumahnya Los Angeles, California, Amerika Serikat. Dia meninggal saat berusia 94 tahun.
Kabar kepergian Poitier disampaikan oleh Latrae Rahming, Direktur Komunikasi untuk Perdana Menteri Bahama. Sahabat dekat Poitier, Harry Belafonte, mengeluarkan pernyataan mengenang momen bahagia mereka bersama.
”Selama lebih dari 80 tahun, Sidney dan saya tertawa, menangis, dan membuat kerusakan sebanyak yang kami bisa. Dia benar-benar saudara dan mitra saya dalam mencoba membuat dunia ini sedikit lebih baik. Pastinya dia telah membuat dunia saya jauh lebih baik,” tulis penyanyi dan aktivis itu.
Rangkaian ucapan belasungkawa bertaburan di dunia maya. Aktor Morgan Freeman menyebutnya sebagai ”inspirasi saya, cahaya penuntun saya, teman saya”. Pembawa acara Oprah Winfrey memujinya sebagai ”Teman. Saudara laki-laki. Orang kepercayaan. Guru kebijaksanaan”.
Di Twitter, Presiden ke-44 AS Barack Obama mengutip bakat dan prestasi luar biasa Poitier. Pada 2009, Obama menganugerahi Poitier penghargaan Presidential Medal of Freedom, salah satu penghargaan sipil tertinggi selain Congressional Gold Medal.
”Sidney Poitier melambangkan martabat dan keanggunan, mengungkapkan kekuatan film untuk mendekatkan kita bersama. Dia juga membuka pintu bagi generasi aktor. Michelle (Obama) dan saya mengirimkan cinta kami kepada keluarga dan banyak penggemarnya,” tulis Obama.
Deretan pejabat pemerintahan, pebisnis, dan pesohor lainnya tak ketinggalan mengucapkan selamat tinggal kepada Poitier. Beberapa di antaranya Presiden ke-46 AS Joe Biden, Perdana Menteri Bahama Philip Davis, mantan CEO Disney Bob Iger, Whoopi Goldberg, Viola Davis, Halle Berry, dan Tyler Perry.

Seorang perempuan meletakkan bunga di atas ubin Hollywood Walk of Fame milik Sidney Poitier di Hollywood, California, Amerika Serikat, Jumat (7/1/2022). Poitier, pelopor bintang film kulit hitam di Hollywood dan laki-laki kulit hitam pertama yang memenangkan aktor terbaik Piala Oscar, meninggal di usia 94 tahun.
Poitier memiliki empat putri dengan istri pertamanya, Juanita Hardy. Ia kemudian menikah dengan istri keduanya, Joanna Shimkus, yang memberikannya dua putri, sejak 1976 hingga akhir hayatnya. Shimkus pernah membintangi The Lost Man (1969) bersama Poitier.
Putri Poitier, Sydney Tamiia Poitier, muncul di serial televisi, seperti Veronica Mars (2004), sedangkan Gina Poitier-Gouraige meninggal pada 2018. Dari enam putrinya, Poitier dikelilingi banyak cucu dan cicit.
”Dia adalah cahaya penuntun yang menerangi hidup kami dengan cinta dan keajaiban yang tak terbatas. Senyumnya menyembuhkan, pelukannya adalah tempat perlindungan yang paling hangat, dan tawanya menular. Meskipun dia tidak lagi di sini, jiwanya akan terus membimbing dan menginspirasi kami,” bunyi pernyataan keluarganya.
Penuh kesulitan
Hidup Poitier berakhir dengan pujian. Namun, perjalanan awalnya penuh kesulitan. Poitier lahir prematur dengan berat hanya sekitar 1,3 kilogram pada 20 Februari 1927, Miami, Florida. Orangtuanya biasa mengirim tomat dari pertanian mereka di Pulau Cat (Cat Island), Bahama, ke Miami.
Poitier menghabiskan masa kecilnya di pulau terpencil itu sebelum pindah ke Nassau, ibu kota Bahama. Jumlah penduduk Pulau Cat hanya sekitar 1.500 orang. Tidak ada listrik di sana. Ia kemudian berhenti sekolah pada usia 12 tahun untuk membantu menghidupi keluarga.
Tiga tahun kemudian, dia dikirim untuk tinggal bersama seorang saudara di Miami. Ayahnya khawatir kehidupan jalanan di Nassau membawa pengaruh buruk. Poitier remaja berangkat dengan kapal kargo pos yang berbau menyengat. Di sakunya hanya ada sekitar3 dollar AS atau Rp 43.000 berdasarkan kurs saat ini.
Miami langsung mendidiknya tentang isu rasisme. ”Saya belajar dengan cepat bahwa ada tempat-tempat yang tidak dapat saya kunjungi, bahwa saya akan ditanya jika saya berkeliaran di berbagai lingkungan,” kata Poitier dalam wawancara dengan The Associated Press pada 1999.
Poitier lalu pindah ke Harlem, New York. Setelah berbohong tentang umurnya, ia masuk ke Angkatan Darat dan bertugas di sebuah rumah sakit jiwa di Pulau Panjang (Long Island), New York. Ia kaget dengan kekejaman para dokter dan suster terhadap pasien tentara sehingga melarikan diri dengan berpura-pura gila. Pengalaman ini ia catat dalam buku This Life (1980).
Setelah kembali ke Harlem, dia mencari pekerjaan sebagai pencuci piring di koran ketika melihat iklan pencarian aktor oleh American Negro Theater. Hal memalukan terjadi. Saat audisi, Poitier diberi naskah dan naik ke atas panggung. Karena belum pernah melihat sandiwara dan tidak bisa membaca, dialognya terbata-bata dengan aksen Karibia yang kental. Sutradara lalu menggiringnya ke pintu.
”Saya sangat kesal dan berkata, ’Saya akan menjadi aktor—apa pun itu. Saya tidak ingin menjadi aktor, tetapi saya harus menjadi aktor untuk kembali ke sana dan menunjukkan kepadanya bahwa saya bisa menjadi lebih dari sekadar pencuci piring.’ Itu menjadi tujuan saya,” tuturnya.

Presiden AS Barack Obama mempersembahkan Presidential Medal of Freedom kepada aktor Sidney Poitier dalam sebuah upacara di Ruang Timur, Gedung Putih, Washington DC, Amerika Serikat, 12 Agustus 2009. Sidney Poitier, bintang film kulit hitam pertama Hollywood, meninggal pada 6 Januari 2022. ”Poitier, yang memiliki kewarganegaraan ganda, AS dan Bahama, adalah ’ikon, pahlawan, mentor, pejuang, harta nasional’,” kata Wakil Perdana Menteri Bahama Chester Cooper di laman Facebook resminya.
Poitier kembali ke American Negro Theater dan sekali lagi ditolak. Kesepakatan pun dibuat; dia bekerja sebagai petugas kebersihan dengan imbalan pelajaran akting. Teman-temannya kemudian mendesak para guru untuk membiarkan dia berlatih di kelas. Ketika sahabatnya, Belafonte, yang berperan sebagai pemeran utama tak bisa tampil, Poitier menggantikannya.
Satu penonton, seorang produser Broadway, memberikannya peran dalam drama Lysistrata. Perjalanan karier di dunia teater mengantarkannya sebagai Dr Luther Brooks dalam industri film, salah satunya No Way Out (1950) tentang seorang dokter yang mengalami diskriminasi rasial oleh pasiennya.
Film-film Poitier lainnya turut menyentil isu sosial dan budaya, sebut saja Blackboard Jungle (1955), Edge of the City (1957), The Defiant Ones (1958), Lilies of the Field (1963), dan To Sir, with Love (1967). The Defiant Ones mengantar Poitier pada nominasi pertamanya sebagai aktor terbaik di Academy Awards.
Aktor pionir
Tidak banyak bintang film, baik berkulit putih maupun hitam, memiliki pengaruh seperti Poitier di depan dan balik layar. Sebelum Poitier, tidak ada aktor kulit hitam yang memiliki karier panjang sebagai pemeran utama atau bisa mendapatkan film yang diproduksi berdasarkan pesonanya sendiri.
Waktu itu, hanya segelintir aktor kulit hitam yang bisa melepaskan diri dari peran stereotip seperti pelayan dan penghibur. Sebelum Poitier, pembuat film Hollywood bahkan jarang mencoba menceritakan kisah orang kulit hitam.
Melejitnya Poitier mencerminkan perubahan besar di Amerika Serikat selama era 1950-an hingga 1960-an. Masa itu merupakan era terjadinya kebangkitan kesadaran hak-hak sipil yang mempertanyakan kembali rasialisme, diskriminasi, dan segregasi.
Poitier adalah pemain yang menjadi perantara industri untuk menyampaikan narasi progresif dengan hati-hati. Dalam The Defiant Ones, misalnya, film ini mengisahkan narapidana kulit hitam yang harus berteman dengan narapidana kulit putih yang rasis.
Dengan wajahnya tampan tanpa cacat, tatapan tajam, dan gaya disiplin, dia selama bertahun-tahun menjadi satu-satunya bintang film kulit hitam yang paling populer. ”Saya membuat film ketika orang kulit hitam lainnya adalah tukang semir sepatu. Saya sendirian,” ujar Poitier kepada Newsweek, 1988.

Sebuah surat dan bunga terlihat pada ubin Hollywood Walk of Fame milik Sidney Poitier di Hollywood, California, Amerika Serikat, Jumat (7/1/2022). Poitier, pelopor bintang film kulit hitam di Hollywood dan laki-laki kulit hitam pertama yang memenangkan aktor terbaik Piala Oscar, meninggal di usia 94 tahun.
Pada 1964, Poitier menggondol pulang Piala Oscar dalam Academy Awards ke-36 sebagai aktor terbaik dalam Lilies of the Field. Ia merupakan aktor berkulit hitam pertama yang meraih kesuksesan ini dan orang kulit hitam kedua yang menang. Aktris Hattie McDaniel sebelumnya telah menang sebagai aktris pendukung terbaik dalam Gone with the Wind (1939).
Karier Poitier mencapai puncaknya pada 1967 berkat tiga film terkenal yang dirilis pada 1967, yaitu To Sir, With Love; In the Heat of the Night; dan Guess Who’s Coming to Dinner. Pemilik bioskop menyebut Poitier sebagai bintang nomor satu pada 1967, momen langka di mana aktor kulit hitam menduduki puncak daftar untuk kali pertama.
Daya tariknya memberinya beban seperti tokoh penting sejarah lainnya, misalnya Jackie Robinson dan Martin Luther King Jr. Dia menjadi sasaran kefanatikan dari orang kulit putih dan tuduhan berkompromi dari komunitas kulit hitam.
Baca juga: Christopher Plummer, Sang Kapten Von Trapp yang Berwibawa
Namun, Poitier selalu berusaha menempatkan diri agar tidak terlihat lemah. Ia selalu menolak memerankan karakter pengecut dan menolak peran yang dinilai menyinggung. Nama Poitier bersinonim dengan kehormatan.
”Hampir semua peluang kerja mencerminkan stereotip orang kulit hitam yang telah menginfeksi seluruh kesadaran negara. Saya tidak bisa melakukan itu. Tidak ada dalam diri saya. Saya memilih untuk menggunakan pekerjaan saya sebagai cerminan dari nilai-nilai saya,” ujar Poitier. (AP)