Saat itu, gangguan ginjal dideskripsikan sebagai kondisi karena adanya bahan beracun, kehamilan, atau jejak trauma di sekitar perut. Pada masa perang dunia pertama hingga kedua, penyebutannya berubah menjadi war nephritis. Setelah itu, secara bergantian dikenal dengan sebutan aacute tubular necrosis (ATN), lalu bergeser lagi menjadi acute renal failure (ARF). Hingga pada akhirnya lahir kesepakatan baru penyebutan sebagai acute kidney injury (AKI).
Fatalitas dan mortalitas gagal ginjal terbilang tinggi. Sebuah studi di Clinical Journal of the American Society of Nephrology menyebutkan bahwa sedikitnya 1 dari 4 orang dengan gagal ginjal meninggal. Komorbid yang paling dominan ada pada pasien gagal ginjal adalah hipertensi, diabetes, dan penyakit paru.
Gangguan penyakit kidney itu menyebabkan penurunan fungsi ginjal dalam tubuh manusia sehingga mengganggu metabolisme tubuh. Secara umum, ada dua jenis gagal ginjal yang dikenal dalam ilmu medis, yaitu gagal ginjal akut dan gagal ginjal kronis.
Gagal ginjal akut terjadi secara tiba-tiba karena suatu hal yang langsung menyebabkan ginjal bermasalahan. Apabila penyebabnya dapat diatasi, ginjal berpotensi kembali normal. Sementara itu, gagal ginjal kronis terjadi secara perlahan dalam kurun waktu sekitar tiga bulan. Sayangnya, penanganan yang tidak tepat akan menyebabkan kerusakan permanen pada ginjal.
Baca juga: Penanggulangan Gagal Ginjal Akut Misterius Diperkuat

Demi mencegah kerusakan permanen tersebut dikembangkan sejumlah penanganan pada pasien gagal ginjal. Penanganan yang dilakukan secara cepat dan tepat sejak stadium awal mampu menurunkan risiko kematian pada pasien. Setidaknya ada dua jenis penanganan pasien gagal ginjal, yaitu dialisis atau cuci darah dan transplantasi organ ginjal baru.
Pilihan jenis penanganan itu disesuaikan dengan tingkat keparahan dan kecepatan penurunan fungsi organ. Dari dua jenis gagal ginjal, pasien gagal ginjal akut cenderung memiliki risiko yang lebih tinggi. Perburukan fungsi organ secara tiba-tiba sering kali tidak disadari oleh pasien atau keluarga. Akibatnya, sering terlambat ditangani atau baru masuk perawatan saat stadium kerusakan sudah tinggi.
Menyerang anak
Fungsi organ ginjal yang memburuk secara cepat dan tiba-tiba saat ini sedang dialami banyak anak-anak di sejumlah negara, termasuk Indonesia. Kasus gagal ginjal akut misterius ini diindikasikan karena konsumsi obat sirop yang mengandung bahan berbahaya bagi tubuh. Ironisnya, yang mengonsumsi obat sirop tersebut adalah anak-anak berusia batita dan balita.
Secara nasional, kasus gagal ginjal akut misterius telah memakan korban jiwa 178 anak dengan total pasien sebanyak 325 anak hingga 1 November 2022. Mortalitas tercatat sangat tinggi, yaitu melebihi 50 persen. Setidaknya ada dua faktor yang membuat penanganan cukup sulit dilakukan, yaitu pasien yang masih sangat muda serta laju kerusakan ginjal terjadi secara cepat.
Berdasarkan hasil pelacakan pemerintah, ada tiga bahan berbahaya yang diduga menjadi penyebab utama munculnya gagal ginjal kronis pada anak. Tiga bahan tersebut adalah ethylene glycol, diethylene glycol, dan ethylene glycol butyl ether. Oleh karena itu, Kemenkes RI segera merespons dengan melarang konsumsi seluruh obat sirop untuk sementara waktu.

Baca juga: Ujian Menghadapi Beragamnya Ancaman Penyakit pada Anak
Kementerian Kesehatan mengonfirmasi bahwa kandungan bahan berbahaya di dalam obat sirop menyebabkan kerusakan ginjal pada anak-anak. Fungsi organ ginjal tiba-tiba memburuk dalam waktu cepat. Setelah mengalami gejala seperti demam, muntah, dan jarang kencing, kondisi pasien umumnya terus memburuk ke tingkatan paling parah. Tempo yang dibutuhkan untuk menuju fase kritis ini berkisar 2-6 hari pascagejala.
Kasus gagal ginjal akut misterius pada anak sebenarnya telah ditemukan sejak Januari 2022 lalu. Namun, mengalami peningkatan tajam mulai Agustus lalu. Melihat penambahan kasus yang sangat cepat dan tingkat kematian yang tinggi, setiap individu perlu mengetahui bagaimana cara kerja ginjal dan fatalitasnya saat ginjal mengalami kerusakan.
Kerusakan ginjal
Ginjal merupakan salah satu organ penting di dalam tubuh manusia. Setiap orang memiliki ginjal sepasang yang perlu dijaga dengan baik karena berfungsi sangat penting bagi tubuh. Secara fisiologi, organ ginjal mirip dengan kacang yang ukurannya sebesar kepalan tangan dan mengandung sekitar satu juta nefron (penyaring darah).
Fungsi utama ginjal adalah menyaring zat-zat buangan di dalam tubuh manusia yang berasal dari makanan, obat-obatan, atau bahan limbah lainnya. Ginjal juga bekerja menyaring sekitar 200 liter cairan dan darah setiap hari. Selanjutnya, mengeluarkan buangan sebanyak 2 liter melalui urine.
Selain menyaring racun dan limbah dari darah, fungsi ginjal lainnya adalah mengontrol keseimbangan asam dan basa darah serta membuat gula jika di dalam darah kurang glukosa. Fungsi berikutnya adalah menghasilkan protein renin yang berguna untuk meningkatkan tekanan darah, serta menghasilkan hormon kalsitriol dan eritropoietin.
Kedua hormon tersebut cukup krusial fungsinya. Kalsitriol merupakan bentuk aktif vitamin D yang membantu tubuh menyerap kalsium. Hormon ini juga memiliki sifat anti-kanker, seperti kanker prostat, usus besar, indung telur, payudara, dan leukimia.
Hormon eritropoietin berperan merangsang sumsum tulang untuk membuat sel darah merah. Akibatnya, pasien gagal ginjal sering mengalami anemia selama proses perawatan hingga ginjal kembali normal. Oleh sebab itu, fungsi ginjal di dalam tubuh manusia memegang peranan sentral sehingga berisiko tinggi apabila organ ini mengalami gangguan.
Kerusakan ginjal menggambarkan penurunan fungsi ginjal untuk menjaga stabilitas tubuh, terutama dalam menjaga tubuh dari risiko kontaminasi bahan berbahaya. Apabila seseorang mengalami kerusakan ginjal, muncul banyak gejala, salah satunya berupa penurunan drastis volume dan frekuensi buang air kecil. Mirisnya, sejumlah pasien bahkan tidak buang air kecil sama sekali.

Baca juga: Langkah DKI Tangani Kasus Gagal Ginjal Akut
Gejala gagal ginjal lainnya berupa bengkak di sejumlah bagian tubuh, letih dan kurang bertenaga, mual dan muntah, kulit pucat, hingga penurunan kesadaran. Sebelum muncul gejala lebih parah, penting bagi setiap orang untuk mengetahui status kesehatan ginjalnya. Bagi ginjal sehat, produksi urine secara normal untuk normal orang dewasa sebanyak 800-1.300 ml sehari, sedangkan anak-anak memiliki standar berdasarkan berat badannya.
Bagi pasien gangguan ginjal perlu uji laboratorium untuk mengukur kadar albumin dalam urine. Berdasarkan kadar albumin dapat diketahui tingkat keparahan organ ginjal. Apabila kadar albumin kurang dari 30 mg di dalam urine selama 24 jam terakhir, dikategorikan normal. Sementara itu, apabila kadarnya melebihi 300 mg, kerusakan ginjal dikategorikan lebih berat.
Albumin merupakan salah satu protein yang ditemukan di dalam darah manusia. Ginjal sehat tidak akan membuang albumin melalui urine, sedangkan pada kasus kerusakan ginjal akan menyebabkan albumin ikut terbuang. Artinya, semakin rendah kadar albumin di dalam urine, kondisi ginjal semakin sehat.
Merawat ginjal
Risiko gagal ginjal akan tetap membayangi setiap individu yang memiliki sejumlah faktor penyebab. Ada empat kondisi yang meningkatkan risiko potensi kerusakan ginjal, yaitu diabetes, tekanan darah tinggi, penyakit jantung, dan riwayat penyakit gagal ginjal keluarga terdekat. Risiko juga makin tinggi seiring makin menuanya usia seseorang.
Urgensi merawat ginjal makin menguat di tengah fatalitas gagal ginjal akut misterius yang menyerang anak-anak saat ini. Selain menghindari faktor berisiko, cara merawat ginjal dapat dimulai dengan memiliki pola makan yang sehat. Kadar gula dan sodium sebisa mungkin dikurangi dari rata-rata konsumsi harian.
Cara berikutnya adalah aktivitas fisik selama 30 menit rutin setiap hari dan menghindari obesitas. Perlu juga mengistirahatkan badan secara cukup, yakni minimal 7-8 jam setiap malam. Dua cara terakhir adalah berhenti merokok dan konsumsi minuman keras ataupun alkohol.
Bagi pasien yang terlanjur mengalami gagal ginjal, perawatan dapat dilakukan dengan rutin mengukur tekanan darah dan kadar gula. Selanjutnya, mengontrol konsumsi harian khususnya kadar garam dan sodium. Selain garam dan sodium, konsumsi harian fosfor, potasium, dan protein juga harus dipantau.
Tingkat keparahan atau fatalitas gagal ginjal menjadi salah satu yang terberat dibandingkan penyakit lainnya. Perburukan organ dapat berlangsung sangat cepat, khususnya bagi pasien gagal ginjal akut. Oleh sebab itu, penting bagi setiap individu memastikan ginjal dalam kondisi normal serta melakukan sejumlah langkah perawatan ginjal secara preventif. Kasus gagal ginjal akut misterius yang sedang menyerang anak-anak saat ini adalah pengingat bagi siapa pun untuk selalu memantau kesehatan ginjalnya. (LITBANG KOMPAS)