Melihat Gejolak Kazakhstan dari Media Sosial
Seperti apa gambaran gejolak sosial yang terjadi di Kazakhstan? Dari penelusuran di media sosial dan mesin pencari, gejolak sosial yang berujung kerusuhan cenderung membentuk isu negatif bagi Kazakhstan.

Sebuah pertokoan yang dijarah massa di pusat kota Almaty, Kazakhstan (6/1/2022). Protes atas kenaikan harga bahan bakar meningkat menjadi kerusuhan dalam krisis terburuk negara di Asia Tengah itu.
Negara Kazakhstan tiba-tiba banyak dicari di internet serta diperbincangkan di media sosial. Gejolak sosial yang berujung kerusuhan dan dampaknya ke penurunan bisnis bitcoin membuat percakapan yang muncul cenderung membentuk isu negatif bagi Kazakhstan.
Perbincangan Kazakhstan di media sosial terus menghangat sepanjang 3-9 Januari 2022. Total ada 923.200 hasil pencarian terkait isu Kazakhstan dengan 3,8 juta interaksi (engagement) di media sosial. Puncak pencarian ”Kazakhstan” di medsos terjadi pada 6 Januari 2022.
Puncak pencarian serupa juga muncul di mesin pencari Google. Dari rentang skala 0-100 yang digunakan, Google Trends menangkap puncak pencarian informasi tentang Kazakhstan terjadi pada 6 Januari 2022, yaitu di angka 100. Kondisi ini menggambarkan, saat itu Kazakhstan merupakan kueri yang paling banyak dicari oleh pengguna internet di Google.
Fenomena ini tidak dapat dilepaskan dari kondisi darurat yang telah diberlakukan Pemerintah Kazakhstan. Status darurat keamanan menjadi fokus utama perhatian publik dunia terhadap situasi negara yang terletak di Asia Tengah dan berbatasan dengan Eropa Timur ini.

Sebuah mobil polisi terbakar saat pecah kerusuhan di pusat kota Almaty, Kazakhstan (5/1/2022).
Dari tagar dan kueri yang banyak digunakan warganet, pencarian informasi dan percakapan seputar Kazakhstan didominasi oleh peristiwa aksi protes warga terhadap kebijakan pemerintah yang menaikkan harga gas.
Perbincangan tentang penolakan warga yang memicu kerusuhan massa ini terekam dari tagar yang banyak disuarakan seperti ”Kazakhstan protest”, ”Kazakhstan riots”, atau juga ”Almaty Kazakhstan protest”. Almaty merujuk pada kota terbesar di Kazakhstan yang menjadi lokasi para warga yang berunjuk rasa.
Jejak popularitas isu Kazakhstan di media sosial diangkat oleh akun Youtube World Affairs. Video yang diunggah pada 5 Januari 2022 tersebut menampilkan kompilasi berita dari video amatir warga, informasi terkini dari akun media sosial, serta portal pemberitaan terkait kerusuhan di Kazakhstan. Video yang sudah ditonton sebanyak 634.217 kali tersebut menghasilkan 48.700 interaksi warganet.
Secara umum, warganet yang melakukan percakapan terkait konten Kazakhstan, terutama berasal dari Amerika Serikat, Rusia, Perancis, Inggris, India, Turki, Kanada, dan Jerman. Secara umum, lokasi pembagian konten dan perbincangan terkait Kazakhstan paling banyak muncul dari warganet AS (45 persen).

Asap mengepul dari gedung balai kota saat unjuk rasa di Almaty, Kazakhstan, Rabu (5/1/2022). Demonstrasi yang dipicu karena kenaikan harga bahan bakar mencerminkan ketidakpuasan warga yang lebih luas di negara itu.
Isu Kazakhstan juga diikuti oleh warganet Indonesia. Setidaknya muncul 18.100 hasil percakapan oleh pengguna media sosial di Indonesia dengan isu seputar keamanan di Kazakhstan, termasuk kondisi WNI, serta langkah-langkah yang diambil Kedutaan Indonesia di Kazakhstan.
Dari jenis medianya, pembagian konten dan percakapan yang paling banyak ditemukan melalui Twitter, kemudian forum, berita daring, serta Youtube. Sekalipun Twitter mendominasi jenis media yang banyak digunakan, tetapi pemengaruh teratas seputar topik Kazakhstan sebenarnya lebih banyak dari Youtube.
Dari 10 besar akun yang berpengaruh, paling tinggi berasal dari Youtube. Secara umum, dominasi Youtube juga terlihat dari jenis media yang banyak menjadi pemengaruh teratas, yaitu tujuh dari 10 konten. Kondisi ini menggambarkan bagaimana saat ini video berita menjadi media yang banyak menyita perhatian audiens untuk melihat konten sebuah kejadian melalui media sosial.

Peta lokasi negara Kazakhstan
Magnitudo
Menilik pembicaraan di media sosial yang banyak mendapat atensi publik, setidaknya ada dua hal yang membuat gejolak sosial Kazakhstan segera menjadi perhatian dunia. Pertama adalah dampak kerusuhan yang kemudian membuat Rusia turut mengirimkan bantuan militer. Kemudian faktor kedua adalah terguncangnya bisnis mata uang kripto di balik gejolak politik di Kazakhstan.
Percakapan teratas tentang kerusuhan dan keterlibatan militer Rusia ini tidak dapat dapat dilepaskan dari linimasa pendirian negara Kazakhstan. Dalam sejarahnya, Kazakhstan dan Rusia sama-sama pernah menjadi bagian dari Uni Soviet.
Bersama Rusia, Kazakhstan memiliki wilayah terbesar di era Soviet. Luas wilayah Kazakhstan adalah 2,72 juta km persegi, nomor dua setelah Rusia. Bagian utara wilayah Kazakhstan berbatasan langsung dengan Rusia.
Kazakhstan juga dikenal memiliki kedekatan kultural dengan Rusia. Mayoritas penduduk Kazakhstan adalah etnis Kazak. Di luar itu, seperlima populasi warga Kazakhstan berasal dari etnis Rusia. Tidak mengherankan jika selain bahasa Kazak, bahasa Rusia juga menjadi bahasa resmi di Kazakhstan.

Kendaraan militer milik pasukan Rusia meninggalkan bandara Almaty, Kazakhstan (9/1/2022). Rusia yang memimpin Organisasi Perjanjian Keamanan Kolektif (CSTO) mengirimkan ribuan tentaranya untuk membantu Pemerintah Kazakhstan mengendalikan keamanan setelah kerusuhan massa.
Wilayah yang terbentang luas dilengkapi kekayaan alam menjadi nilai tambah bagi Kazakhstan. Minyak bumi, gas alam, dan uranium adalah sumber daya alam yang banyak ditemukan di Kazakhstan. Cadangan minyak bumi Kazakhstan merupakan nomer 12 terbesar di dunia.
Untuk uranium, produksi pertambangan di Kazakhstan merupakan yang terbesar di dunia. Kekayaan uranium ini bahkan membuat Kazakhstan pernah menjadi salah satu pusat pengembangan nuklir di era Soviet melalui proyek Semipalatinsk.
Kedekatan kultural, kepemilikan sumber daya alam, serta pengaruh geopolitik menjadikan Kazakhstan sebagai salah satu mitra penting bagi Rusia. Tidak mengherankan jika gejolak politik yang berimbas pada kerusuhan massa segera turut diantisipasi pihak Rusia.

Barikade dan mobil yang terbakar terlihat di alun-alun di pusat kota Almaty, Kazakhstan, Kamis (6/1/2022). Bentrokan antara pengunjuk rasa dan tentara berlangsung di jalanan, termasuk di kediaman presiden dan kantor wali kota. Personel militer mendapatkan kembali kendali atas bandara utama yang sebelumnya sempat dikuasai oleh pengunjuk rasa.
Negatif
Faktor kedua yang menjadi percakapan teratas warganet setelah kerusuhan dan pengiriman militer Rusia sebagai dampak konflik terhadap industri bitcoin di Kazakhstan. Untuk meredam meluasnya kerusuhan, Pemerintah Kazakhstan memutus layanan internet. Sayangnya, kebijakan tersebut juga berdampak pada padamnya aktivitas penambangan kripto.
Selama ini, Kazakhstan dikenal sebagai pusat penambangan bitcoin terbesar kedua di dunia setelah AS. Tahun lalu, lembaga Cambridge Centre for Alternative Finance mencatat AS menyumbang 35,4 persen dari hashrate global, diikuti Kazakhstan (18,1 persen). Istilah hashrate merujuk pada daya komputasi yang digunakan oleh komputer yang terhubung ke jaringan bitcoin. Skema bisnis ini memerlukan daya listrik dan internet yang stabil.
Munculnya dampak gejolak politik seperti tumbangnya bisnis bitcoin menjadi kerugian bagi kondisi ekonomi, politik, dan sosial Kazakhstan. Kerugian ini bertambah dengan munculnya sentimen negatif dari konten Kazakhstan di media sosial.

Sejumlah kendaraan hangus terbakar akibat kerusuhan di pusat Kota Almaty, Kazakhstan, Kamis (6/1/2022). Unjuk rasa besar-besaran warga yang memprotes kenaikan harga bahan bakar yang terus berlangsung sejak beberapa hari terakhir telah menimbulkan kekacauan.
Pembagian konten dan percakapan terkait Kazakhstan sepanjang 3-9 Januari 2020 dipenuhi diksi seputar kerusuhan, kekacauan, bentrokan antara pengunjuk rasa dengan polisi, korban luka-luka, korban meninggal, penangkapan perusuh, pemberlakuan situasi darurat, perintah tembak mati, hingga kebijakan memutus jaringan internet. Dari pengelompokan sentimen berdasarkan penggunaan kata atau diksi yang digunakan warganet cenderung membentuk isu negatif bagi Kazakhstan.
Hingga 9 Januari 2021, kerusuhan di Kazakhstan telah mengakibatkan 164 orang meninggal, 2.200 orang luka-luka, serta 5.800 orang ditahan. Situasi keamanan perlahan-lahan dapat dikendalikan pemerintah. Jaringan internet di kota terbesar Almaty juga mulai pulih.
Namun, gejolak sosial politik masih dapat mengancam dengan munculnya letupan baru berupa kesulitan warga mengakses bahan pangan pasca-kerusuhan. Krisis politik juga berlanjut dengan tuduhan pihak pemerintah tentang muatan kudeta atau perebutan kekuasaan, serta kekhawatiran campur tangan Rusia terhadap urusan dalam negeri Kazakhstan.
Baca Juga: 2.500 Tentara Rusia Amankan Kerusuhan di Kazakhstan
Penanganan terhadap krisis politik menjadi hal mendasar yang harus dilakukan otoritas Kazakhstan. Langkah tersebut harus diimbangi dengan antisipasi munculnya ketidakpuasan terhadap kebijakan pemerintah di tengah krisis pandemi. Isu kenaikan harga atau kelangkaaan barang terbukti dapat bergulir menjadi gejolak kerusuhan dan berdampak luas pada stabilitas Negara.
Seruan lain berupa reformasi politik, pengendalian harga bahan pokok, serta kenaikan upah pekerja menjadi tuntutan publik yang juga disuarakan lewat media sosial. Inilah problem laten yang muncul di balik krisis kenaikan harga gas di Kazakhstan. Respons cepat dan tepat terhadap tuntutan laten tersebut dapat dilakukan untuk meredam gejolak politik sekaligus mengembalikan sentimen positif Kazakhstan di mata dunia. (LITBANG KOMPAS)
Baca Juga: Kerusuhan Kazakhstan Ditunggangi Teroris, Ekstremis, dan Kriminal
/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2022%2F01%2Fe9f28521-4d7f-4ad7-8e84-0f9ff6e84829_jpg.jpg)
Warga membawa kantong belanja berisi bahan makanan di Almaty, Kazakhstan (9/1/2022). Setelah kerusuhan yang meletus menyusul protes atas kenaikan harga bahan bakar mereda, aktivitas warga berangsur normal kembali.