Masyarakat telah mengantongi sejumlah daftar keinginan dan kebutuhan utama untuk dipenuhi sepanjang tahun 2022. Ini merupakan potensi yang dapat dimanfaatkan untuk membangkitkan kembali geliat kehidupan sosial-ekonomi.
Oleh
DEDY AFRIANTO
·6 menit baca
KOMPAS/RADITYA HELABUMI
Warga yang mengenakan masker saat beraktivitas di luar rumah untuk bekerja berjalan melewati jembatan penyebarangan orang di Jalan S Parman-Podomoro City, Jakarta Barat, Jumat (12/11/2021). Pelonggaran pembatasan yang meningkatkan mobilitas mulai mendorong pertumbuhan perekonomian. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal III 2021 sebesar 3,51 persen. KOMPAS/RADITYA HELABUMI
Sepanjang tahun 2021, Indonesia mulai bangkit dari keterpurukan akibat pandemi Covid-19. Kebangkitan ini dapat dilihat dari berbagai indikator, seperti ekonomi triwulan II sampai triwulan III-2021 yang mulai tumbuh secara tahunan, hingga kemiskinan dan pengangguran yang perlahan mulai berkurang dibandingkan tahun 2020.
Meski belum menunjukkan perbaikan dibandingkan periode sebelum pandemi, tren positif yang dicapai pada tahun 2021 itu mengindikasikan, Indonesia mulai mengarah pada perbaikan kondisi setelah sempat terpuruk akibat Covid-19. Hal ini tentu menjadi modal optimisme untuk mengarungi tahun 2022.
Memang, tak ada jaminan tahun ini akan lebih mudah dilalui dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Apalagi, varian baru virus Covid-19, Omicron, kembali akan menguji daya tahan bangsa dalam menghadapi pandemi di berbagai bidang. Namun, di balik segala potensi ancaman dan tantangan, Indonesia memiliki modal sosial yang begitu besar untuk dapat bangkit di tahun 2022.
Modal sosial yang dimiliki masyarakat adalah rasa optimisme yang terus tumbuh dari akar rumput. Ada keyakinan bahwa Indonesia dapat segera bangkit dan pulih seperti sediakala. Nuansa optimisme ini terekam dalam beberapa survei yang dilakukan oleh Litbang Kompas sepanjang tahun 2021 lalu.
Kini, memasuki tahun 2022, harapan untuk bangkit kembali disuarakan oleh masyarakat. Demikian tecermin dari hasil jajak pendapat Litbang Kompas pada 20-22 Desember 2021 terhadap 504 responden dari 34 provinsi di seluruh Indonesia.
Sebagian besar responden telah memiliki daftar keinginan dan kebutuhan yang akan dilakukan jika pandemi mereda. Artinya, jika pandemi dapat dikendalikan, kegiatan sosial dan ekonomi pada tahun 2022 akan semakin bergeliat karena publik mulai berupaya untuk memenuhi keinginan dan kebutuhan yang selama ini tertunda akibat terdampak Covid-19.
Keinginan
Dari sisi keinginan, ada tiga hal utama yang masuk ke dalam daftar prioritas publik untuk diwujudkan sepanjang tahun 2022. Pertama, naik haji, umrah, dan ziarah keagamaan menjadi hal yang paling ingin dilakukan oleh publik (34,6 persen). Keinginan terbesar untuk melakukan kegiatan keagamaan ini diungkapkan oleh responden berusia di atas 55 tahun atau yang termasuk baby boomers dan silent generation.
Munculnya keinginan ini tentu tidak terlepas dari kebijakan penundaan keberangkatan jemaah haji dan umrah dari Indonesia selama pandemi. Pembatasan aktivitas ziarah keagamaan di sejumlah daerah selama dua tahun terakhir ini pun menimbulkan rasa rindu bagi sebagian masyarakat. Pasalnya, ziarah keagamaan adalah tradisi yang telah dilakukan secara turun-temurun, baik ziarah ke makam keluarga maupun ke makam tokoh berpengaruh di masa lampau.
Keinginan publik melakukan aktivitas keagamaan sepanjang tahun 2022 merupakan peluang bagi pelaku usaha di bidang pariwisata. Setelah sempat meredup selama pandemi, usaha pada sektor ini dapat kembali mendapat ceruk pasar untuk dikembangkan jika keinginan publik untuk melakukan kegiatan keagamaan itu terealisasi.
Selain aktivitas keagamaan, kegiatan lain yang juga ingin segera dilakukan oleh masyarakat jika kondisi pandemi mereda di tahun 2022 adalah berkunjung ke rumah keluarga di luar kota. Keinginan untuk menjalin silaturahmi ini diungkapkan secara merata oleh responden di Jawa maupun di luar Jawa.
Munculnya keinginan untuk bersilaturahmi tidak terlepas dari pembatasan ruang gerak yang harus dijalani selama dua tahun terakhir ini. Pertemuan fisik lintas kota kian sulit dilakukan pada hari besar keagamaan. Padahal, silaturahmi melalui pertemuan fisik adalah tradisi masyarakat Indonesia yang sebelumnya jamak dilakukan. Kondisi inilah yang menyebabkan silaturahmi ke rumah keluarga di luar kota menjadi hal yang juga ingin segera dilakukan oleh publik jika kondisi pandemi telah mereda di tahun ini.
Munculnya keinginan untuk bersilaturahmi tidak terlepas dari pembatasan ruang gerak yang harus dijalani selama dua tahun terakhir ini.
Kompas/Wawan H Prabowo
Pengunjung mengabadikan deretan gedung pencakar langit dari Skywalk Senayan Park, Senayan, Jakarta, Rabu (29/12/2021). Tempat tersebut saat ini menjadi destinasi wisata baru bagi masyarakat yang ingin menyaksikan pemandangan Ibu Kota dari ketinggian. Skywalk Senayan Park secara resmi telah mulai dibuka pada 20 Desember 2021. Untuk mencegah penyebaran Covid-19, pengelola membatasi hanya 100 orang saja yang bisa masuk ke skywalk secara bergiliran.
Keinginan publik untuk bersilaturahmi mengunjungi keluarga di luar kota tentu menjadi peluang dan harapan bagi pegiat pariwisata di daerah. Setelah sempat mati suri, wisata di daerah dapat kembali bergeliat andai keinginan ini dapat dilaksanakan oleh masyarakat. Apalagi, kegiatan silaturahmi ke luar kota biasanya diikuti oleh keluarga besar dan dilanjutkan dengan berkunjung ke daerah wisata di daerah tujuan.
Selain aktivitas keagamaan dan silaturahmi, melakukan aktivitas sesuai hobi juga menjadi pilihan publik (19,6 persen) untuk segera dilakukan pada tahun 2022. Mendaki gunung, bersepeda, memancing, atau aktivitas lainnya sesuai hobi berpotensi semakin berkembang jika pandemi mereda. Aktivitas ini khususnya menjadi pilihan utama generasi muda berusia di bawah 24 tahun untuk.
Keinginan publik untuk melakukan aktivitas sesuai hobi juga tidak terlepas dari pembatasan sejumlah aktivitas selama pandemi, seperti penutupan pendakian sejumlah gunung hingga pembatasan kegiatan di tempat pemancingan umum. Dampaknya, kerinduan masyarakat kian terpendam untuk menyalurkan hobi sehingga muncul keinginan untuk segera disalurkan di tahun yang baru ini.
Jika menengok berdasarkan tujuan, melakukan wisata alam adalah destinasi utama yang paling diminati dan dinanti oleh publik. Boleh jadi, pilihan ini juga berakar dari kerinduan publik untuk melakukan aktivitas yang dekat dengan alam setelah selama pandemi lebih banyak berada di rumah. Ini tentu menjadi harapan dan kesempatan bagi pelaku usaha wisata alam untuk bangkit.
Publik juga telah membuat daftar kebutuhan pada tahun 2022. Berbeda dengan keinginan, daftar kebutuhan utama ini lebih menyasar hal-hal yang digunakan dan diperlukan dalam kehidupan sehari-hari.
Kebutuhan utama yang diungkapkan oleh sebagian besar responden adalah terkait dengan hunian. Sekitar separuh responden menjadikan hunian sebagai keperluan pokok yang ingin segera direalisasikan pada tahun ini. Kebutuhan ini mencakup renovasi rumah hingga membeli rumah. Ini menjadi potensi yang sangat mungkin dimanfaatkan pelaku usaha properti. Apalagi, jika melihat sebaran wilayahnya, kebutuhan seputar hunian ini diungkapkan oleh responden di Jawa ataupun luar Jawa. Kondisi ini pun secara tidak langsung mengindikasikan adanya peluang geliat industri properti pada tahun 2022.
KOMPAS/AGUS SUSANTO
Apartemen di kawasan Pulogadung, Jakarta Timur, Selasa (23/11/2021). Pengujung tahun 2021 menghadirkan secercah harapan bagi sektor properti. Sektor ini mulai bergeliat, terutama disokong oleh subsektor perumahan, pergudangan, dan pusat perbelanjaan. Tahun 2022, industri properti diproyeksikan semakin membaik. KOMPAS/AGUS SUSANTO (AGS)
Selain hunian, sektor otomotif juga menjadi kebutuhan publik, khususnya kalangan anak muda. Dalam jajak pendapat, terekam keperluan untuk membeli kendaraan baru. Ini mayoritas diungkapkan oleh responden pada kalangan kelompok usia di bawah 24 tahun. Kelompok usia ini dapat menjadi potensi pasar yang bisa disasar oleh pelaku industri otomotif, agar ekonomi pada sektor ini dapat semakin menggeliat.
Tantangan
Di tengah harapan untuk membangkitkan geliat aktivitas sosial-ekonomi itu, membangkitkan daya beli masyarakat menjadi tantangan tersendiri sepanjang tahun 2022. Pasalnya, belum semua kelompok masyarakat menyiapkan dana untuk mencukupi kebutuhan dan pencapaian keinginan mereka di tahun ini.
Di tengah harapan membangkitkan geliat aktivitas sosial-ekonomi itu, membangkitkan daya beli masyarakat menjadi tantangan tersendiri.
Sekitar 4 dari 10 responden telah menyiapkan anggaran untuk memenuhi kebutuhan utama maupun berwisata di tahun 2021. Kelompok responden ini berasal dari berbagai latar belakang kelompok sosial-ekonomi, sehingga dapat berkontribusi meningkatkan geliat aktivitas sosial-ekonomi di tahun 2022.
Kendati demikian, 40 persen responden lainnya mengaku belum menyiapkan dana karena kesulitan menabung selama pandemi. Kelompok ini sebagian besar berasal dari masyarakat kelas ekonomi menengah ke bawah yang memang terimpit tekanan ekonomi selama dua tahun terakhir. Daya beli masyarakat pada kelompok inilah yang perlu ditingkatkan dengan berbagai stimulus kebijakan agar dapat ikut serta membangkitkan geliat kehidupan sosial dan ekonomi di tahun 2022.
Berbagai harapan dan keinginan publik ini dapat ditindaklanjuti dari berbagai aspek. Bagi pelaku usaha, munculnya berbagai keinginan dan kebutuhan warga ini adalah potensi yang dapat dimanfaatkan untuk menopang geliat kehidupan sosial-ekonomi di tahun ini, setelah selama dua tahun terakhir sejumlah sektor usaha harus menginjak rem.
Kompas/Wawan H Prabowo
Potret mobilitas pekerja saat antre menunggu kedatangan Bus Transjakarta di Halte Harmoni, Jakarta, Kamis (30/12/2021). Memasuki akhir tahun 2021 ini, Pemerintah kembali mengingatkan masyarakat untuk meningkatkan kewaspadaan dengan mengurangi mobilitas akibat ditemukannya transmisi lokal dari varian Omicron. Sejak pertama kali diumumkan pemerintah 16 Desember 2021, kasus Covid-19 varian Omicron di Indonesia telah mencapai 68 hingga Rabu (29/12/2021).
Dari sisi pemerintah, kenyataan bahwa masih banyak masyarakat yang tidak bisa menyusun macam-macam rencana lantaran tidak sanggup menabung menjadi catatan penting. Daya beli masyarakat perlu terus dijaga. Tanpa daya beli yang kuat, publik akan sulit merealisasikan berbagai daftar keinginan dan kebutuhannya.
Sementara itu, dari sisi masyarakat, menerapkan protokol kesehatan secara konsisten adalah hal yang tak kalah penting. Dengan demikian, harapannya, pandemi dapat terus terkendali, kondisi ekonomi tetap stabil, dan berbagai harapan, keinginan, dan kebutuhan masyarakat itu dapat segera terealisasi.