Cenderung Tanpa Anosmia, Gejala Omicron Sulit Dideteksi Penderita
Penularan varian Omicron memang lebih cepat dibandingkan dengan varian sebelumnya. Kehilangan penciuman dan atau perasa (anosmia) tak lagi dapat dijadikan acuan untuk deteksi diri.
/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2021%2F12%2F6d5faed1-b11b-4d39-bf20-8024019cac23_jpg.jpg)
Karyawan melintasi jalur pedestrian di Jalan Sudirman, Jakarta Selatan (28/11/2021). Kementerian Kesehatan mengumumkan satu kasus transmisi lokal virus korona varian Omicron di Indonesia. Tambahan satu pasien transmisi lokal ini membuat kasus Omicron di Indonesia menjadi 47 kasus.
Pertempuran Indonesia melawan Covid-19 masih akan berjalan panjang. Temuan kasus Omicron yang mulai bermunculan di Tanah Air menjadi sinyal bagi pemerintah untuk memperkuat penelusuran dan pengetesan (tracing and testing). Masyarakat pun diimbau untuk waspada dan tetap menaati protokol kesehatan secara ketat.
Sejak 26 November 2021, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) sudah merilis varian Omicron sebagai mutasi yang mungkin lebih menular, lebih ganas dari varian Delta, dan dapat membuat vaksin atau tindakan pencegahan lainnya menjadi kurang efektif. Peringatan ini dikeluarkan lantaran ditemukannya kasus pertama varian Omicron pada seorang pasien di Botswana pada tanggal yang sama.
Di sisi lain, Otoritas Kesehatan Belanda (RIVM) pada akhir November mengumumkan bahwa varian Omicron sudah menyebar di Eropa Barat sebelum kasus pertama diidentifikasi di Afrika Selatan. Lebih lanjut, RIVM menemukan varian Omicron dalam tes sampel yang berasal dari Eropa sekitar 19 dan 23 November 2021.

Staf maskapai United Airlines mengarahkan penumpang pesawat terbang setelah mereka check in di Bandara Internasional Denver, Colorado, Amerika Serikat, 26 Desember 2021. Maskapai Delta, United, JetBlue, dan American menyatakan cepatnya penularan Covid-19 varian Omicron telah membuat maskapai kekurangan staf operasional karena banyak pegawai yang terinfeksi.
Situasi terkini hingga 27 Desember 2021 dari Our World In Data, varian Omicron telah menyebar di 55 negara dan salah satunya tentu Indonesia. Artinya, varian Omicron memang terbukti mudah menular karena dalam rentang sebulan atau 30 hari sudah merebak di seluruh benua. Meskipun belum separah varian Delta dalam jumlah temuan kasusnya, varian Omicron tinggal menunggu waktu untuk terus melonjak.
Varian Omicron paling banyak ditemukan di Botswana dengan persentase 98,91 persen. Maksudnya, dari semua kasus positif Covid-19 di Botswana, 98,91 persen adalah varian Omicron. Urutan kedua dan ketiga dihuni oleh Afrika Selatan (95,92 persen) dan Rusia (80 persen).
Indonesia masih jauh lebih kecil, yakni 11,54 persen dengan total temuan 47 kasus Omicron hingga 28 Desember 2021. Sebanyak 44 kasus merupakan pelaku perjalanan dari luar negeri, baik warga negara Indonesia maupun warga negara asing. Dua lainnya adalah pekerja kebersihan dan tenaga kesehatan di Rumah Sakit Darurat Covid-19 Wisma Atlet, yang diduga tertular dari pasien yang dikarantina di sana.

Pelaku perjalanan internasional menggunakan alat pelindung diri tiba di Bandara Tullamarine, Melbourne, 29 November 2021, saat Australia melaporkan kasus pertama Covid-19 varian Omicron.
Sementara itu, satu kasus sisanya adalah transmisi lokal varian Omicron yang ditemukan dari seorang warga di Jakarta. Pasien tersebut tidak ada riwayat perjalanan dari luar negeri ataupun menjalin kontak dengan pelaku perjalanan internasional dalam beberapa bulan terakhir. Berdasarkan riwayat perjalanannya, pasien dari Medan lalu tiba di Jakarta pada 6 Desember 2021, kemudian tinggal di salah satu apartemen di Jakarta Utara.
Pada 17 Desember 2021, dia mengunjungi salah satu restoran di Sudirman Central Business District (SCBD), Jakarta. Lalu pada 19 Desember, dia melakukan tes antigen sebagai syarat perjalanan kembali ke Medan dengan hasil positif. Pemeriksaan menggunakan PCR-SGTF pada 20 Desember 2021 juga positif sehingga dilakukan pemeriksaan menggunakan whole genome sequencing (WGS) (Kompas, 28/12/2021).
Saat ini pasien tersebut sudah menjalani karantina dan perawatan di Rumah Sakit Sulianti Saroso, Jakarta. Dinas Kesehatan DKI Jakarta pun langsung melakukan pelacakan di SCBD, apartemen, dan tempat-tempat lain yang jadi kegiatan pasien untuk meminimalkan transmisi. Uniknya, pasien tersebut sempat menolak dievakuasi karena merasa tidak mengalami gejala klinis apa pun.

Gejala Omicron
Banyak pemberitaan daring di media massa dan media sosial salah kaprah melihat gejala varian Omicron. Kesalahannya ialah tidak melihat varian Omicron ini sebagai varian baru yang memiliki perkembangan temuan dalam penelitian atau observasi lanjutan dari WHO. Karena itu, kebaruan informasi dalam mengikuti temuan penelitian terbaru (saintisme) harus dikedepankan dalam menghadapi Omicron.
Melansir dari The New York Times, pada dasarnya segala jenis pemeriksaan melalui alat PCR dan antigen dapat menangkap terdeteksinya virus Covid-19, termasuk Omicron. Ketika pasien Omicron diteliti pada awal Desember 2021, gejala yang ditemukan tidak jauh berbeda dari varian Delta dan sebelumnya. Namun, pada pertengahan Desember 2021, ada temuan penelitian terbaru dari laboratorium di Johannesburg, Afrika Selatan.
Penelitian ini dirilis pada 14 Desember 2021 dengan sebelumnya mengambil sampel dari pasien varian Omicron di Afrika Selatan dan Amerika Serikat. Penelitian ini memberikan penafian (disclaimer) bahwa hasil penelitian termutakhir tersebut masih dapat berkembang atau berubah seiring penelitian lanjutan yang masih berjalan.
/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2021%2F12%2F24338d9e-e112-4861-89e3-9b2ae3598edc_jpg.jpg)
Petugas gabungan dari kepolisian dan dinas perhubungan memeriksa sertifikat vaksinasi Covid-19 kepada penumpang bus yang melintas di Jalan Raya Rengas Bandung, Cikarang Timur, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat, 27 Desember 2021. Petugas memberlakukan vaksinasi di tempat bagi penumpang yang belum mendapatkan vaksinasi Covid-19 atau yang belum lengkap dosis kedua serta tes antigen acak untuk mengantisipasi mulai meningkatnya kasus varian Omicron.
Gejala Omicron yang pertama perlu diperhatikan adalah sama seperti varian Covid-19 lainnya, yakni sakit kepala, demam, gatal atau sakit tenggorokan, hidung tersumbat atau flu, batuk kering, dan nyeri otot, terutama di bagian punggung bawah. Kedua, para penderita umumnya cenderung tidak mengalami anosmia (hilangnya penciuman dan atau perasa). Kesimpulan ini diambil dari temuan hanya 23 persen pasien Omicron yang kehilangan perasa dan hanya 12 persen yang kehilangan penciuman.
Gejala kedua inilah yang perlu diwaspadai oleh masyarakat karena paradigma ”tidak terjangkit Covid-19 karena tidak anosmia” perlu dihilangkan. Dengan kata lain, mengalami anosmia tidak menjadi acuan deteksi diri yang dapat diandalkan lagi. Acuan yang paling valid untuk mendeteksi Covid-19 ialah dengan tes usap antigen atau PCR.
Ketiga, varian Omicron memiliki waktu inkubasi yang lebih cepat, hanya sekitar tiga hari, dibandingkan dengan varian Delta yang waktu inkubasinya sekitar enam hari. Hal inilah yang menyebabkan salah satu penyebab Omicron lebih cepat menular dan menyerang antibodi yang lemah.
/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2021%2F12%2F217c23db-2adb-4efd-bd1c-46d675543ad8_jpg.jpg)
Wisma Atlet Kemayoran yang difungsikan menjadi Rumah Sakit Darurat Covid-19, Jakarta, Senin (27/12/2021). Saat ini Rumah Sakit Darurat Covid-19 Wisma Atlet dan RSPI Sulianti Saroso digunakan sebagai tempat isolasi pasien Covid-19 varian Omicron. Hingga 28 Desember 2021 terdapat 47 kasus Covid-19 varian Omicron di Indonesia.
Keempat, anak-anak hingga usia 18 tahun lebih rentan tertular varian Omicron dengan gejala ringan. Sementara itu, untuk orang dewasa, gejalanya masih variatif. Di Afrika Selatan, rata-rata usia penderita Omicron di atas 27 tahun, sedangkan di Amerika Serikat rata-rata usia penderita di atas 38 tahun.
Kelima, hasil penelitian ini menemukan bahwa tingkat keparahan penderita akibat varian Omicron tergantung dari status vaksinasi yang diterimanya. Jika sudah menerima dua dosis atau booster vaksinasi, sistem kekebalan tubuh lebih terjaga dan dapat melindungi dari varian Omicron. Sebaliknya, yang hanya menerima satu dosis atau tidak sama sekali akan lebih rentan tertular Omicron.
Baca juga : Berbagai Reaksi Dunia Hadapi Omicron
Imbauan tentang penerimaan dosis vaksinasi ini terus disuarakan oleh WHO mengingat masih banyak terjadi penolakan vaksin di Eropa dan Amerika Serikat. Hingga kini, masih ada masyarakat yang menolak dan membentuk komunitas sendiri. Bahkan, kelompok ini juga mendapat gelontoran dana dari perusahaan besar untuk mengampanyekan tolak vaksinasi.
/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2021%2F12%2F408723fb-473c-46ea-8c03-5545f1f0ab06_jpg.jpg)
Arus kendaraan pemudik pada masa libur Natal dan Tahun Baru memadati Gerbang Tol Kalikakung, Semarang, Jawa Tengah, 22 Desember 2018. Mobilitas masyarakat di masa libur akhir tahun harus diwaspadai mengingat semakin merebaknya varian Omicron.
Waspada akhir tahun
Di tengah terus bertambahnya kasus varian Omicron di Indonesia, mobilitas masyarakat menjelang akhir tahun justru meningkat. Juru Bicara Kementerian Perhubungan Adita Irawati mengatakan, berdasarkan data sementara pada hari Natal, jumlah penumpang pada moda angkutan jalan mengalami tren kenaikan. Pergerakan mobilitas masyarakat pada angkutan jalan mencapai 56.052 orang atau naik 13,75 persen dibandingkan dengan rata-rata hari biasa yang hanya 49.275 orang.
Antusiasme masyarakat Indonesia dalam berlibur, mudik, atau sekadar mengunjungi tempat wisata lokal perlu diantisipasi secara serius. Kemenhub telah berupaya dengan menyediakan pos-pos pelayanan vaksinasi dan tes antigen di simpul-simpul transportasi.
Baca juga : Jangan Salahkan Afrika soal Omicron
Pemerintah melalui Ketua Bidang Perubahan Perilaku Satgas Covid-19 Sonny Harry Harmadi pun menegaskan akan tetap memperketat pelacakan pasien Covid-19, khususnya varian Omicron yang saat ini menjadi sorotan.
Masyarakat juga diminta kerja sama dan partisipasi aktifnya untuk tetap waspada dan menjalani protokol kesehatan secara ketat. Bagaimanapun, pandemi Covid-19 belumlah hilang dan risiko penularan masih tergolong tinggi dengan adanya varian Omicron. (LITBANG KOMPAS)
Baca juga : Bayang-bayang Kekhawatiran Omicron di Media Sosial