Semarak Berbelanja di Akhir Tahun
Masyarakat tetap antusias berbelanja di penghujung tahun 2021. Tingginya antusiasme belanja akhir tahun baik secara daring maupun luring diharapkan mendorong pemulihan ekonomi.
/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2021%2F12%2F9899f63a-85b2-42b2-9d45-1348438cd33b_jpg.jpg)
Kesibukan di gudang JD.ID di kawasan pergudangan Marunda, Bekasi, Jawa Barat, Jumat (10/12/2021). Jelang Hari Belanja Online Nsional atau Harbolnas, JD.ID memperkirakan terjadi lonjakan pembelian sebanyak 167.000 pesanan atau meningkat sekitar 70 persen dibandingkan tahun lalu.
Sekalipun kondisi perekonomian belum pulih sepenuhnya akibat Covid-19, masyarakat tetap antusias berbelanja di pengujung tahun 2021. Semarak belanja akhir tahun semakin meriah dengan tingginya minat belanja daring pada bulan-bulan festival belanja daring.
Menuju perayaan Natal dan Tahun Baru, berlibur dan berbelanja menjadi kegiatan yang dinantikan masyarakat. Pada momen itu, berbagai diskon dan promo gila-gilaan ditawarkan untuk menarik konsumen.
Siapa yang tak tahan melihat diskon yang bahkan bisa mencapai 90 persen. Tak heran jika masyarakat berbondong-bondong menandai momen Natal dan Tahun Baru sebagai waktu untuk berbelanja barang yang diinginkan. Sekalipun tanpa rencana, banyak pula yang kemudian mengikuti euforia belanja akhir tahun.
Situasi pandemi Covid-19 tidak menghalangi keinginan berbelanja akhir tahun yang bagi sebagian orang sudah menjadi kebiasaan. Gayung bersambut, antusiasme berbelanja akhir tahun didukung oleh kondisi perekonomian yang mulai membaik serta pembatasan kegiatan dan mobilitas yang melonggar.
/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2020%2F04%2F1a71ce8f-4534-46ad-805b-88eda1aa8071_jpg.jpg)
Warga berbelanja dalam jaringan melalui situs www.brandlokal.online saat gelaran Hari Belanja Brand Lokal yang digelar secara daring. Lebih dari 1.000 merek lokal bergabung dalam festival belanja ini. Adanya ajang daring ini menjadi angin segar bagi merek-merek lokal di tengah penjualan yang melorot akibat pandemi Covid-19.
Antusiasme masyarakat berbelanja di musim liburan akhir tahun ini terekam dalam survei Inmobi terhadap 60.000 responden di Asia Tenggara, termasuk Indonesia. Menurut hasil survei yang dilakukan pada 12 Agustus sampai 30 September 2021, selama periode festival belanja daring (September hingga Desember), tren berbelanja meningkat pesat saat memasuki bulan Desember dan mencapai puncaknya pada pekan Natal.
Tren ini terlihat pada tiga kategori tipe orang yang berbelanja pada periode akhir tahun. Pertama, bargain hunters atau orang yang tidak memiliki rencana berbelanja produk tertentu, tetapi menantikan penawaran atau diskon terbaik.
Kedua, category explores atau orang yang sudah memutuskan kategori produk yang akan dibeli, tetapi belum menentukan merek atau jenis produknya. Yang terakhir adalah brand lovers atau orang yang sudah menentukan merek dan produk yang akan mereka beli.
Sebagian dari mereka (54 persen) yang memiliki rencana belanja pada musim belanja akhir tahun lebih banyak mengandalkan media daring. Namun, kunjungan ke pusat perbelanjaan juga tetap dipilih 8 persen responden. Sisanya (38 persen) mempertimbangkan berbelanja di media daring dan pusat perbelanjaan.

Belanja daring
Semarak berbelanja di akhir tahun memang semakin meriah kala platform e-dagang mulai menggencarkan festival belanja daring akhir tahun. Tidak ada keterangan pasti apa dan kapan periode belanja akhir tahun itu dimulai. Namun, sering kali acara itu dikaitkan dengan periode holiday shopping yang sudah menjadi tradisi negara-negara Barat.
Di Amerika Serikat, musim belanja akhir tahun berawal pada 1906. Saat itu, US Consumer’s League mengeluarkan kampanye untuk mengajak konsumen berbelanja lebih awal sebelum memasuki waktu Natal dan Tahun baru demi meringankan beban kerja pekerja pabrik, pusat perbelanjaan, logistik yang biasanya menumpuk menjelang Natal.
Dalam perkembangannya, Pemerintah AS kemudian mengeluarkan kebijakan yang mendukung musim belanja akhir tahun. Pada 1939, Presiden Franklin D Roosevelt mengubah tanggal liburan yang awalnya dimulai pada Kamis terakhir bulan November menjadi Kamis minggu keempat November. Tujuannya, agar periode libur akhir tahun lebih lama. Musim liburan yang lebih panjang diharapkan dapat meningkatkan transaksi belanja oleh masyarakat.
Tahun demi tahun berlalu dan musim belanja saat libur akhir tahun terus menjadi kebiasaan hingga menyebar ke belahan dunia lain. Musim holiday shopping biasanya dimulai pada bulan Oktober. Beberapa yang menjadi puncak kemeriahan berbelanja adalah momen Black Friday, Natal, dan Tahun Baru.
/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2021%2F10%2F36396e66-421e-40e2-a2ce-a8329d0c9db8_jpg.jpg)
Pemindai kode batang untuk layanan pembayaran menggunakan dompet digital tersedia di lapak penjual tahu gejrot di kawasaan Kembangan Selatan, Jakarta Barat, Senin (11/10/2021). Perubahan belanja dan transaksi konvensional ke daring telah mengakselerasi pertumbuhan uang elektronik dan dompet digital.
Dengan berkembangnya teknologi dan internet, musim belanja juga turut merambah dunia e-dagang. Dalam e-dagang, biasanya dimulai pada Super Shopping Day (9 September), 10.10 (10 Oktober), Single’s Day atau Double Eleven (11 November), dan Hari Belanja Online Nasional (12 Desember).
Diskon dan promo-promo yang ditawarkan pada momen-momen itu terbukti berhasil meningkatkan transaksi e-dagang. Survei Katadata Insight Center dan Kredivo pada 2019 mencatat terjadi peningkatan pesat jumlah transaksi pada festival belanja daring. Setidaknya jumlah transaksi meningkat rata-rata 3,6 kali dibandingkan rata-rata transaksi harian. Puncaknya terjadi pada 12 Desember dengan peningkatan jumlah transaksi hingga 5,3 kali dari hari biasa.
Di luar momen itu, masa Natal dan Tahun Baru juga menciptakan peningkatan jumlah transaksi 0,9 kali dan 0,6 kali dibandingkan transaksi hari biasa. Namun, peningkatan nilai transaksi pada Natal menjadi yang tertinggi dibandingkan pada momen lain, yakni sebesar 1,9 kali.
/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2021%2F11%2F9e6bcdd8-f2ba-452e-9a67-1862afee5a30_jpg.jpg)
Suasana antrean pembeli yang berbelanja dengan menggunakan aplikasi layanan keuangan Jakone dari Bank DKI yang baru diterapkan di Pasar Santa, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Jumat (26/11/2021). Kegiatan tersebut merupakan upaya digitalisasi transaksi keuangan di pasar tradisional.
Meriahnya belanja daring pada akhir tahun juga didorong kondisi pandemi Covid-19 yang membuat transformasi digital lebih cepat. Pembatasan kegiatan dan mobilitas masyarakat selama pandemi menjadikan e-dagang pilihan terbaik untuk berbelanja tanpa harus bepergian ke luar rumah. Terbukti selama Januari 2020 hingga Juli 2021 jumlah pemasangan aplikasi belanja daring meningkat 70 persen.
Meningkatnya pengguna platform belanja daring ini turut menyumbang tingginya transaksi pada Harbolnas 12.12 2020 yang mencapai Rp 11,6 triliun. Angka tersebut jauh lebih tinggi dibandingkan tahun sebelumnya yang tercatat sebesar Rp 9 triliun. Pada tahun ini, transaksi ditargetkan mencapai Rp 13 triliun.
Melihat antusiasme masyarakat berbelanja daring pada akhir tahun ini, nilai transaksi e-dagang diperkirakan kembali meningkat. Pasalnya, pada kuartal III-2021, nilai transaksi e-dagang tercatat menurun 22,8 persen dibandingkan kuartal II-2021.

Pemulihan ekonomi
Tidak hanya dalam ruang maya, kemeriahan berbelanja musim akhir tahun juga merambah pusat-pusat perbelanjaan. Seiring diturunkannya level pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) di beberapa daerah, pengetatan aktivitas dan kapasitas pengunjung di pusat-pusat perbelanjaan mulai dilonggarkan.
Masyarakat pun kembali mengunjungi mal, supermarket, toko swalayan, dan pusat-pusat perbelanjaan lain. Laporan Mobilitas Masyarakat yang diterbitkan Google per 18 Desember 2021 menyebutkan, terjadi peningkatan mobilitas ke usaha ritel dan tempat rekreasi sebesar 8 persen.
Pihak pusat perbelanjaan pun menyediakan penawaran khusus dan ragam acara berkaitan dengan libur Natal dan Tahun Baru. Sebut saja penawaran diskon, pertunjukan menyambut Natal, karnaval, atau kompetisi tertentu.
/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2021%2F03%2Fb6d38799-3d94-47c8-99af-aff7f3d5af92_jpg.jpg)
Karyawan kios di pasar grosir tekstil Blok A Tanah Abang, Jakarta, mengepak pakaian pesanan pelanggan, Selasa (23/3/2021). Pandemi Covid-19 telah mengubah pola belanja di pasar tersebut. Saat ini kebanyakan pedagang dari daerah berbelanja secara daring kepada pedagang langganannya di Tanah Abang.
Hanya bedanya, kali ini tidak ada program midnight sale yang biasa diselenggarakan untuk menyambut Natal dan Tahun Baru karena pembatasan waktu operasional mal. Sejumlah mal hanya menyelenggarakan festival night sale yang menyesuaikan dengan waktu operasional mal sesuai aturan PPKM.
Tingginya antusiasme belanja akhir tahun baik secara daring maupun luring diharapkan mendorong pemulihan ekonomi. Secara daring, tingginya minat berbelanja khususnya pada akhir tahun dan selama pandemi memberi dampak positif bagi UMKM yang mulai membuka usahanya melalui platform digital.
Baca juga : Masyarakat Kian Aktif Belanja Daring
Pada Super Shopping Day 9.9, misalnya, platform belanja daring Shopee mencatatkan peningkatan pembelian produk UMKM lokal hingga enam kali lipat dibandingkan hari biasa. Dalam Harbolnas 2020, transaksi produk lokal melampaui 50 persen dari total transaksi sebesar Rp 11 triliun.
Secara luring, tingginya minat belanja akhir tahun juga meningkatkan pendapatan usaha ritel dibandingkan periode sebelumnya. Sinyal positif membaiknya tingkat konsumsi masyarakat ini perlu dijaga selaras dengan upaya pemulihan ekonomi. Tentu hal ini akan lebih optimal jika penularan Covid-19 terkendali dan protokol kesehatan ditaati. (LITBANG KOMPAS)
Baca juga : Belanja Daring Semakin Diminati Masyarakat