
Ibarat sebuah bola magnet raksasa, bumi memiliki medan magnet yang merupakan perisai pelindung bumi dari radiasi sinar kosmik ataupun partikel bermuatan Matahari. Magnet bumi memiliki dua kutub, yaitu kutub utara dan selatan. Kutub utara magnet bumi terletak di sekitar kutub selatan bumi, begitu pula sebaliknya kutub selatan magnet bumi terletak di sekitar kutub utara bumi. Kutub utara magnet bumi dijadikan penjuru arah utara-selatan oleh jarum kompas penunjuk arah.
Di sisi lain, kutub utara magnet Bumi tak berimpit dengan kutub utara geografis. Kutub utara geografis bumi berada pada garis 90 derajat lintang utara atau berada di Samudra Arktik. Dia bersifat tetap dan jadi acuan arah utara pada peta atau utara sebenarnya. Utara jarum kompas tidak menunjukkan arah utara sebenarnya atau utara geografis (disebut juga dengan istilah deklanasi), sehingga pengguna kompas di daerah lintang tinggi selalu memakai data koreksi untuk menuju arah utara sebenarnya.
Medan magnet bumi terbentuk dari gesekan lapisan besi dan nikel cair yang ada di bagian luar inti Bumi di kedalaman 3.000 kilometer dari muka Bumi. Besi cair panas berputar-putar hingga menimbulkan arus listrik dan menghasilkan medan magnet Bumi. Medan magnet melingkupi Bumi yang pengaruhnya sampai ketinggian 600.000 km dari Bumi.
Hal ini mengacu pada salah satu teori mengenai medan magnetik Bumi, yaitu Teori Dinamo yang diajukan perama kali oleh Joseph Larmor pada tahun 1919. Teori ini menyebutkan bahwa di dalam perut bumi terdapat besi dalam wujud cair yang bertindak sebagai objek yang sangat konduktif, disebut sebagai dinamo yang berfungsi menghasilkan kembali medan magnet di dalam dirinya sendiri.
Pada era modern saat ini medan magnet bumi digunakan pada berbagai teknologi manusia khususnya yang berkaitan dengan navigasi seperti navigasi kapal laut, sistem navigasi berbasis satelit (GNSS) di gawai, navigasi satelit, serta penentuan arah pengeboran mineral atau minyak dan gas bumi.
Pengukuran Medan Magnet Bumi
Medan magnet utama bumi ternyata bersifat dinamis, berubah seiring waktu. Tingkat kekuatan medan magnet di suatu wilayah bisa melemah atau justru meningkat. Hal ini sebagai efek adanya perubahan struktur batuan di lapisan bawah permukaannya.
Dalam metode pengukuran medan magnet bumi dikenal standar nilai yang disebut The International Geomagnetics Reference Field (IGRF) yang diperbaharui setiap lima tahun sekali. IGRF merupakan nilai rata-rata pengukuran medan magnet di suatu wilayah dengan luasan sekitar 1 juta km persegi dalam waktu satu tahun.
Pengukuran medan magnet ini tidak hanya bertujuan untuk mengukur perubahan tingkat medan magnet di suatu wilayah namun juga untuk melihat penyimpangan-penyimpangan yang terjadi atau anomali. Ada dua macam anomali, yaitu anomali regional yang meliputi daerah ribuan kilometer persegi dan anomali permukaan yang meliputi daerah yang lebih kecil.
Dari hasil pengukuran yang dilakukan belakangan ini terlihat bahwa selama 200 tahun terakhir, kekuatan medan magnet Bumi berkurang 9 persen dari kekuatan rata-rata medan magnet Bumi global. Penurunan kekuatan itu terpusat di wilayah yang terentang antara Amerika Selatan dan Afrika yang dinamai Anomali Atlantik Selatan. Kekuatan medan magnet di area Anomali Atlantik Selatan itu berkurang dari sekitar 24.000 nanotesla (nT) pada 1970 menjadi 22.000 nT pada 2020. Luasan area anomali juga terus berkembang ke arah barat dengan kecepatan 20 kilometer (km) per tahun.
Semula, pusat intensitas kekuatan medan magnet minimum itu hanya ada di atas wilayah Amerika Selatan. Namun, lima tahun terakhir, muncul pusat intensitas minimum kedua di barat daya Afrika hingga menimbulkan keyakinan dari para ahli bahwa area Anomali Atlantik Selatan nantinya terpecah jadi dua bagian.
- Mulyo, Agung. 2008. Pengantar Ilmu Kebumian. Bandung: Pustaka Setia.