Terbukti strategi menghadapi pandemi Covid-19 sudah berada di jalan yang benar. Oleh karena itu, untuk meminimalkan dampak Omicron, semua strategi ini baik dilanjutkan dengan penguatan dan penyempurnaan.
Oleh
Redaksi
·2 menit baca
KOMPAS/RIZA FATHONI
Petugas berkeliling dan meminta warga agar mengikuti tes usap massal di perkampungan di kawasan Krukut, Kecamatan Tamansari, Jakarta Baratm, 10 Januari 2022.
Perlahan tetapi pasti, angka kasus Covid-19 kembali naik. Kita tidak boleh lengah karena perjalanan mengakhiri pandemi ternyata masih panjang dan berliku.
Tidak hanya Indonesia yang harus berjuang saat ini, seluruh dunia menghadapi tantangan yang sama, terutama sejak kehadiran varian baru SARS-CoV-2, Omicron.
Dari 222 negara yang terkena Covid-19, total 89 negara telah melaporkan kehadiran Omicron. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Omicron memang menular sangat cepat, meningkat dua kali lipat setiap 1,5-3 hari, bahkan di negara-negara dengan tingkat kekebalan tinggi.
Epidemiolog dari Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga, Laura Navika Yamani, mengatakan, Omicron menular lima kali lebih cepat daripada varian Delta, sementara Delta menular tujuh kali lebih cepat daripada varian awal yang muncul di Wuhan.
AFP/INDRANIL MUKHERJEE
Seorang staf medis memeriksa suhu tubuh penumpang yang tiba di stasiun kereta api di Mumbai, India, 17 Januari 2022.
Tidak mengherankan jika gelombang Covid-19 kembali melanda. Inggris, Denmark, Belanda, Australia, Vietnam, dan Singapura yang ketat menjaga agar Covid-19 tidak meluas akhirnya kebobolan juga. Meski demikian, jika dilihat lebih lanjut, penularan umumnya terjadi pada mereka yang belum divaksinasi karena pelbagai alasan serta mereka yang memang rentan penularan karena kondisi fisik dan pekerjaan, atau tidak menerapkan protokol kesehatan.
Indonesia pun menghadapi situasi serupa. Penularan naik signifikan dengan penambahan kasus selama dua minggu (3-16/1/2022) mencapai 8.481 kasus. Pemerintah memprediksi, peningkatan kasus mencapai puncaknya pada akhir Februari hingga pertengahan Maret 2022.
Bersyukur, meski tingkat penularannya tinggi, tingkat keparahan akibat Omicron tidak seberat Delta. Walau begitu, hal ini tidak boleh membuat kita lengah. Kita tidak boleh merisikokan para tenaga kesehatan di garda depan ataupun anggota keluarga yang rentan di rumah. Sudah terlalu banyak biaya, tenaga, dan waktu yang dicurahkan, berapa lama lagi kita mampu bertahan?
Hingga saat ini, terbukti strategi menghadapi pandemi Covid-19 sudah di jalan yang benar. Dari 3T (tes, telusur, terapi), 6M (menjaga jarak, menghindari kerumunan, memakai masker, mencuci tangan, menghindari makan bersama, dan mengurangi mobilitas), hingga vaksinasi. Oleh karena itu, untuk meminimalkan dampak Omicron, semua strategi ini baik dilanjutkan dengan penguatan dan penyempurnaan.
KOMPAS/AGUS SUSANTO
Tenaga kesehatan mengumpulkan dan mencatat hasil tes usap warga di pos RW 002 Kelurahan Krukut, Kecamatan Taman Sari, Jakarta Barat, Selasa (11/1/2022). Penguncian lokal, penyemprotan disinfektan dan pelacakan tes antigen dan PCR dilakukan di kawasan padat penduduk tersebut.
Penerapan 3T, 6M, dan vaksinasi perlu diperbanyak dan diperluas, dengan sanksi dan apresiasi. Untuk itu, aplikasi Peduli Lindungi sebagai salah satu bentuknya bisa dipermudah dan disederhanakan untuk rakyat banyak.
Lebih dari itu semua, kita perlu kembali membuka kesadaran bahwa pandemi masih jauh dari selesai. Kita masih harus berjuang, melewati masa susah ini bersama-sama dengan segala konsekuensinya. Kita mengapresiasi apa yang sudah dilakukan pemerintah selama ini, tetapi narasi yang transparan dan manusiawi perlu terus dibangun.