Demam Berdarah Dengue Meningkat di 11 Kabupaten/Kota di NTT
Demam berdarah dengue meluas di 11 kabupaten/kota di NTT. Jumlah kasus bakal terus bertambah karena musim hujan bakal berakhir April 2022.
Oleh
KORNELIS KEWA AMA
·4 menit baca
DOKUMEN DINAS KESEHATAN SIKKA
Seorang dokter di RSUD TC Hillers Maumere sedang merawat pasien DBD, Mei 2020. Kasus DBD di Sikka Januari-8 Februari 2022 sebanyak 136 dibanding periode yang sama tahun 2021 hanya 47 kasus.
KUPANG, KOMPAS-Sebanyak 11 dari 22 kabupaten/kota di Nusa Tenggara Timur mengalami peningkatakan kasus demam berdarah dengue pada periode Januari 2022 - 8 Februari 2022 dibanding periode yang sama 2021. Kelalaian warga membersihkan lingkungan selama musim hujan sebagai penyebab utama. Musim hujan masih berlangsung sampai dengan April 2022. Jumlah warga meninggal dunia akibat DBD delapan orang, dan terkonfirmasi positif sebanyak 930 orang.
Kepala Dinas Kesehatan, Kependudukan dan Catatan Sipil Nusa Tenggara Timur dr Messerasi Ataupah di Kupang, Rabu (9/2/2022) mengatakan, periode jumlah kasus demam berdarah dengue (DBD) periode Januari – Desember 2021 sebanyak 2.543 dan meninggal dunia sebanyak 14 orang. Tetapi dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2020 sebanyak 10.521 kasus, dan jumlah kematian tahun 2020 sebanyak 53 kasus, terjadi penurunan tahun 2021.
“Tahun ini terjadi lonjakan kasus di 11 kabupaten/kota. Manggarai Barat pada periode yang sama tahun 2021, jumlah kasus 9,sekarang menjadi 198, Kota Kupang dari 134 - 181, Sikka47 – 136 kasus, Sumba Barat Daya dari 10 – 88 kasus, Lembata 0 - 60 kasus, Timor Tengah Selatan 4 - 33 kasus, Sabu Raijua 11 - 31 kasus, Belu 15 – 24, Sumba Tengah 3 – 10, Malaka 10 – 17 kasus, dan Nagekeo dari 6 kasus menjadi 17 kasus. Kabupaten Flores Timur, Rote Ndao, dan Alor tahun ini masih bebas dari kasus DBD,”kata Messerasi.
Kegiatan foging di Kelurahan Liliba Kota Kupang, Maret 2021. Foging salah satu upaya mencengah penyebaran nyamuk Aedes aegypti.
Sampai dengan 8 Februari 2022 jumlah kasus DBD di NTT 930, kematian delapan orang. Delapan kasus kematian itu tersebar di Kabupaten Ngada sebanyak tiga orang. Kabupaten Nagekeo, Sikka, Sumba Tengah, Kabupaten Sumba Barat Daya, dan Kota Kupang masing-masing satu kasus. Para pasien DBD meninggal dunia karena terlambat dibawa ke rumah sakit atau Puskesmas terdekat.
Keterlibatan masyarakat dalam pencegahan dan pengendalian DBD masih rendah, meski Pemda terus melakukan sosialisasi setiap musim hujan tiba. Koordinasi dan kerjasama dengan lintas sektor belum berjalan, pemberantasan sarang nyamuk belum dilaksanakan secara rutin, dan masih cukup banyak orangtua yang enggan membawa penderita DBD ke rumah sakit atau Puskesmas terdekat.
Ia mengatakan, Pemprov dan Pemkot/Pemkabmemiliki empat pilar utama pencegahan dan pengendalian DBD, yaknimemperkuat surveilans kasus dan srurveilans vector, didukung dengan laboratorium yang memadai. Memperkuat penatalaksanaan penderita DBD di fasilitas kesehatan, dan membangun kerjasama dengan berbagai pihak dalam pencegahan dan penanggulangan KLB DBD. Semua upaya ini untuk mencegah berkembangbiaknya nyamuk Aedes agypti membawa DBD.
“Pemprov telah menyurati Dinas Kesehatan di Kabupaten Sikka, dan Kabupaten Nagekeo terkait kematian penderita DBD, pendistribusian logistic abate, dan malathion ke 22 kabupaten/kota. Masyarakat diajak menjaga lingkungan agar tetap bersih. Wadah-wadah yang biasa menyimpan air hujan di pekarangan rumah dikubur, selokan air yang tergenang dialirkan, ember dan bak air di dalam rumah ditutup atau diberi abate, dan menebas rumput di sekitar pekarangan rumah,”pesan Messerasi.
Kalimat peringatan agar tidak membuang sampah sembarangan di Pantai Pasir Panjang Kupang, Selasa (1/2/2022).
Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan Kota Kupang, Tiur Saragih mengatakan, konsentrasi sebaran DBD di Kota Kupang berada di pemukiman padat penduduk seperti Kelurahan Oebufu, Kelapa Lima, Oebobo, Fatuli, Oesapa, Tuak Daun Merah, dan Kelurahan Kayu Putih. Petugas kesehatan lapangan bekerjasama dengan setiap kelurahan, melakukan foging di rumah-rumah penduduk.
Warga pun diajak agar segera ke Puskesmas atau rumah sakit terdekat kalau mengalami gejala DBD seperti demam tinggi 3-14 hari, mual dan sakit kepala, nyeri otot dan pegal linu di seluruh tubuh, ruam kemerahan pada kulit, dan pembengkakan pada kelenjar getah bening. Salah satu korban meninggal dunia di Kupang akibat komplikasi dengan TBC dan gizi buruk.
Jumlah kasus DBD di Kota Kupang bakal terus bertambah. Musim hujan masih berlangsung sampai dengan April 2022. Masyarakat tetap waspada.
“Jika pandemi Covid-19 dicegah dengan menjalankan secara ketat protocol kesehatan, DBD cukup dengan menjaga lingkungan yang bersih agar terhindar dari nyamuk Aedes agypti, sumber virus DBD,”katanya.
Ny Magda Natonis (52) di rumah gubuknya di Desa Raknamo Kabupaten Kupang, Agustus 2019. Kondisi rumah seperti ini mudah menjadi sarang nyamuk baik di dalam rumah maupun di pekarangan rumah.
Pengamatan di lapangan, sistem drainase di jalan-jalan di Kota Kupang belum terbangun secara baik. Terjadi genangan air di sejumlah titik selokan dan got air, pembuangan sampah sembarangan di sejumlah titik, dan wadah-wadah dari sampah rumah tangga seperti kaleng bekas, dan bekas botol air mineral dengan mudah ditemukan di pemukiman warga.