Bantuan Pembaca ”Kompas” Ringankan Beban Korban Banjir di Aceh Utara
Dana Kemanusiaan Kompas membantu korban banjir di Aceh Utara awal Januari 2022. Bantuan sengaja disalurkan setelah banjir surut agar warga tetap bisa berdaya pada masa pemulihan.
Oleh
ZULKARNAINI MASRY
·3 menit baca
KOMPAS/ZULKARNAINI MASRY
Warga di Desa Rayeuk Pange, Kecamatan Pirak Timur, Kabupaten Aceh Utara, Aceh, membawa bantuan dari Dana Kemanusiaan Kompas untuk korban banjir, Minggu (16/1/2022).
BANDA ACEH, KOMPAS — Sebanyak 950 paket sembako dan kebutuhan lain dari pembaca Kompas melalui Dana Kemanusiaan Kompas disalurkan bagi korban banjir di 16 desa di Kecamatan Matang Kuli dan Kecamatan Pirak Timur, Kabupaten Aceh Utara, Aceh, Minggu (16/1/2022). Bantuan disalurkan oleh Forum Komunikasi Daerah Kompas Gramedia Provinsi Aceh.
Bantuan berupa beras, minyak goreng, gula, biskuit, peralatan sekolah, dan deterjen itu diantar langsung ke desa-desa sasaran penerima.
Sekretaris Forum Komunikasi Daerah (FKD) Kompas Gramedia Aceh Firdaus mengatakan, warga penerima adalah korban dampak banjir yang melanda desa pada awal Januari 2022. Bantuan sengaja disalurkan setelah banjir surut agar warga tetap bisa berdaya pada masa pemulihan. ”Warga sangat membutuhkan beras karena banjir telah membuat sawah mereka gagal panen,” kata Firdaus.
Firdaus berharap bantuan masa pemulihan pascabencana itu dapat meringankan beban korban. ”Bantuan ini tidak besar, tetapi semoga bermanfaat,” kata Firdaus.
KOMPAS/ZULKARNAINI MASRY
Warga menerobos banjir di pusat perdagangan di Kota Lhoksukon, Kabupaten, Aceh Utara, Aceh, Senin (3/1/2022). Mobil menerobos banjir di jalan nasional Banda Aceh-Medan, di Kota Lhoksukon, Kabupaten Aceh Utara, Aceh, Senin (3/1/2022). Kawasan Lhoksukon nyaris setiap tahun dilanda banjir. Intensitas hujan yang tinggi, kondisi daerah aliran sungai yang kritis, dan deforestasi memicu banjir semakin masif.
Di Aceh Utara banjir yang terjadi awal Januari merendam 15 kecamatan. Kecamatan Matang Kuli dan Pirak Timur termasuk kawasan yang parah. Di kedua kecamatan itu, banjir berlangsung selama tujuh hari hingga 10 hari. Ketinggian air di permukiman mencapai 2 meter. Akibatnya, warga pun harus mengungsi ke lokasi yang aman. Harta benda mereka banyak yang rusak karena banjir.
Kepala Desa Rayeuk Pange, Kecamatan Pirak Timur, Irfandi Daud mengatakan, bantuan sembako memang sangat dibutuhkan oleh warganya, sebab sawah banyak gagal panen, padahal sawah menjadi sumber pangan utama menopang kehidupan mereka.
”Lebih kurang 150 hektar sawah warga kami rusak, padahal mau panen. Kami rugi modal dan rugi tidak bisa menikmati panen,” kata Irfandi.
Kecamatan Pirak Timur menjadi kawasan yang nyaris setiap tahun dilanda banjir. Posisi desa ini diapit tiga sungai sekaligus, yaitu sungai Keureuto, Peuto, dan Pirak. Saat hujan dalam intensitas tinggi mengguyur, desa-desa di kawasan itu berada dalam ancaman.
”Kalau sudah kedengaran suara hujan di hulu, itu tanda kami harus siaga,” kata Irfandi.
Kepala Desa Tanjong Haji Muda, Kecamatan Matang Kuli, M Husen mengatakan, bantuan dari Dana Kemanusiaan Kompas (DKK) sangat bermanfaat bagi warga. Dirinya menyampaikan terima kasih atas bantuan dari DKK itu. ”Ini menjadi bantuan paling besar yang pernah kami terima saat bencana banjir,” ujar Husin.
Ini menjadi bantuan paling besar yang pernah kami terima saat bencana banjir. (M Husen)
Terus berulang
Bencana banjir di Aceh Utara terus berulang. Selain karena intensitas hujan yang tinggi, kerusakan daerah aliran sungai (DAS) juga memicu banjir. Data dari Balai Pengelolaan Daerah Aliran Sungai dan Hutan Lindung Krueng Aceh menunjukkan, 20 DAS dan sedikitnya 251.696 hektar DAS di Aceh rusak dan harus segera dipulihkan.
Beberapa DAS tersebut berada di Aceh Utara, seperti DAS Keureuto, Jambo Aye, dan Pasee. Sementara di Aceh Timur adalah DAS Peureulak dan Bayeun. Sungai-sungai itulah yang selama ini meluap ke permukiman warga.
Data dari Badan Penanggulangan Bencana Aceh (BPBA) menunjukkan, bencana banjir luapan, bandang, dan longsor, atau disebut bencana hidrometeorologi mendominasi bencana alam yang terjadi di Aceh. Pada tahun 2018, bencana hidrometeorologi terjadi sebanyak 127 kali, pada tahun 2019 sebanyak 126 kali, dan pada 2020 sebanyak 170 kali.
Kompas
Warga di Desa Rayeuk Pange, Kecamatan Pirak Timur, Kabupaten Aceh Utara, Aceh, membawa bantuan dari Dana Kemanusiaan Kompas untuk korban banjir, Minggu (16/1/2022).
Nilai kerugian dari bencana hidrometeorologi itu tidak kecil. Pada 2018, kerugian akibat bencana hidrometeorologi mencapai Rp 655,8 miliar, tahun 2019 sebesar Rp 69,4 miliar, dan 2020 sebesar 157,9 miliar.
Direktur Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) Aceh Ahmad Shalihin menuturkan, Pemprov Aceh harus segera menyusun rencana induk penanganan banjir jangka panjang agar banjir dapat tertanggulangi.