NFT akan menjadi masa depan bagi para pekerja seni yang cepat beradaptasi dengan dunia digital. Karya pianis dan komponis Indonesia, Ananda Sukarlan, laku 61.000 dollar AS atau hampir Rp 1 miliar.
Oleh
Sarie Febriane
·2 menit baca
KOMPAS/SOELASTRI SOEKIRNO
Ananda Sukarlan
Pianis dan komponis Indonesia, Ananda Sukarlan, resmi menjadi musikus klasik pertama dari Asia yang karyanya terdaftar dalam NFT (non-fungible token) akhir tahun 2021. Tiga karya Ananda Sukarlan untuk piano telah menghasilkan dana 61.000 dollar AS (hampir Rp 1 miliar) dalam penggalangan oleh Yayasan Habitat.
Ketiga karya itu telah dibeli oleh dua pengusaha Edwin Soeryadjaya dan Hilmi Panigoro. Keduanya kini juga tercatat sebagai pembeli pertama NFT karya musik klasik pertama di Asia.
”Ada perusahaan teknologi digital yang approach ke saya tahun lalu. Saya pikir kenapa enggak coba aja karena melalui model NFT ini memungkinkan seniman dihargai semestinya. Konsep HAKI selama ini belum sempurna. Melalui NFT, transparansi menjadi kuncinya, semua bisa dilacak karya kita larinya ke siapa, ke mana aja. Autentikasi karya benar-benar terjamin, tidak membuka ruang pembajakan,” tutur Ananda.
Kini ada dua lagi karya piano Ananda Sukarlan yang terdaftar di NFT dan dapat dibeli oleh publik, yaitu ”Rapsodia Nusantara No 26 (berdasarkan lagu rakyat dari Pulau Nias, ”Tano Niha”) dan ”Rapsodia Nusantara No 29 (berdasarkan lagu-lagu rakyat dari Kepulauan Mentawai).
Ananda sendiri meyakini NFT akan menjadi masa depan bagi para pekerja seni yang cepat beradaptasi dengan dunia digital. ”Sudah saatnya musisi, khususnya klasik, harus mencoba metode baru dalam memperkenalkan dan menjual karyanya, termasuk salah satunya adalah melalui NFT. NFT juga memiliki lisensi otentik yang menjamin keamanan karya,” kata Ananda yang juga penerima gelar kesatriaan ”Cavaliere Ordine della Stella d’Italia” dari Presiden Italia Sergio Mattarella.