Saat ini, banyak anak muda yang berkarier menjadi atlet e-sport.
Oleh
Bernadien Pramudita Tantya Kirana dan Devintya Wu Meyli
·4 menit baca
JUSTIN AMUDRA PATMADIWIRIA
Bryan Meyer sedang bermain gim e-sport di rumahnya, Tangerang Selatan, Kamis (25/11/2021).
Tidak dapat dimungkiri bahwa gim pada saat ini diminati oleh khalayak umum. Gim tidak hanya diminati oleh anak-anak, tetapi juga remaja hingga dewasa. Awalnya, gim dijadikan sebagai hobi dan hiburan, hingga sekarang menjadi sebuah bidang pekerjaan atau profesi yang disebut pro player e-sport.
Di kalangan anak muda saat ini, istilah e-sport pasti sudah tidak asing lagi. E-sport merupakan bidang olahraga yang menggunakan media gim daring. Cabang olahraga elektronik ini berpotensi menjadi jalur prestasi untuk mengharumkan nama bangsa karena sudah resmi dianggap sebagai salah satu cabang olahraga.
Pada awalnya, turnamen esport hanya beberapa orang saja yang tahu. ”E-sport mulai berkembang karena dampak masa pembatasan pandemi Covid-19 dan turnamen e-sport juga mulai bertambah, seperti Dota, Mobile Legend, Valorant, dan Counter Strike (CS),” kata Valerie Trishya Hamihardja, yang biasa dipanggil Trishya, yang pernah menjadi perwakilan Indonesia dalam Valorant Champions Tour (VCT) tahun 2020.
Saat ini, industri permainan digital bertumbuh pesat akibat pandemi sehingga e-sport diadakan dan dimainkan melalui gawai. ”Tahun 2022 diprediksi bakal ada banyak pergelaran esport secara offline baik di sekolah, stadion, maupun mal,” kata Aqila Athalladika, yang diwawancarai pada November 2021 lalu. Aqila merupakan Kapten Tim Dota 2 Universitas Indonesia yang mewakili Indonesia di China pada Desember 2019.
JUSTIN AMUDRA PATMADIWIRIA
Salah satu perangkat yang bisa digunakan bermain gim e-sport adalah komputer.
Pemain profesional Indonesia memiliki banyak potensi, bahkan banyak yang berhasil menorehkan prestasi hingga ke kancah internasional. ”Untuk mewakili Indonesia di turnamen Dota di China tahun 2019 diperlukan tahap kualifikasi nasional. Tim saya menghabiskan waktu lima hari di sana, hari ketiga setiap negara diberikan waktu latihan karena tempat terbatas. Tim saya masuk top tiga melawan Singapura, kemudian berakhir di top empat melawan Filipina,” ujar Aqila.
Selain mengikuti turnamen, mereka juga mendapat teman baru. ”Setelah turnamen pun hingga sekarang, kami masih kontak dengan mereka. Ada juga yang sudah menjadi orang hebat di Filipina,” kata Aqila.
Ada pula pemain profesional Indonesia lainnya yang mendunia karena sering bertanding hingga ke kancah internasional, seperti Kenny ”Xepher” Deo (pemain profesional DOTA 2), Made Bagas ”Zuxxy” Pramudita (pemain profesional PUBG Mobile), Hansel ”BnTeT” Ferdinand (pemain profesional CS:GO), dan Muhammad ”Lemon” Ikhsan (pemain profesional Mobile Legends). Hal tersebut membuktikan potensi pemain profesional Indonesia bersaing di kancah internasional semakin besar.
Mengatur waktu
Menjadi atlet e-sport butuh keseriusan dalam menekuni bidang tersebut. Manajemen waktu menjadi tantangan utama anak-anak muda yang ingin menekuni dunia e-sport.
”Saya sebagai ketua selalu mengatur waktu latihan di Google Calendar dan memenuhi kewajiban sebagai mahasiswa bersama tim saya,” ujar Aqila ketika ditanya salah satu cara timnya bisa bertahan menjadi pemain profesional hingga membawa nama Indonesia di turnamen China.
JUSTIN AMUDRA PATMADIWIRIA
Banyak anak muda yang berminat bermain gim daring.
Manajeman waktu perlu dilakukan bila ingin menjadi pemain gim profesional. Apalagi, saat ini profesi itu menjanjikan masa depan. Para atlet e-sport juga mendapat penghasilan cukup lumayan. Rata-rata upah yang mereka peroleh berada di atas upah minimum regional (UMR). Hal itu meliputi upah yang diterima dari tim e-sport yang memiliki kontrak kerja sama, sponsor, dan hasil memenangkan turnamen. Tetapi, jalan yang harus ditempuh untuk menjadi pemain gim profesional tidaklah mudah. ”Menjadi pro player itu high risk high return,” kata Trishya.
Senada dengan Thrisya, Aqila pun merasa banyak pengorbanan yang harus dilakukan untuk meraih prestasi. Untuk menjadi pro player dengan menghasilkan uang tidak hanya dengan menang gim, tetapi juga membutuhkan kemampuan public speaking. ”Dibutuhkan banyak pengorbanan, seperti latihan 16 jam per hari, material berupa uang untuk ambil course, dan melatih public speaking jika mau menghasilkan uang lewat content creator,” katanya.
Meskipun bermain gim di zaman modern tidak lagi terdengar buruk, gim tidak seharusnya dimainkan secara berlebihan. Apa pun yang berlebihan akan membawa dampak negatif, karena itu diperlukan kebijaksanaan pengguna dalam memainkan gim.
Magangers Kompas Muda Batch XII Kelompok Sawarna
Bernadien Pramudita Tantya Kirana, SMA Santa Ursula Jakarta
Devintya Wu Meyli, Universitas Diponegoro Semarang
Cheicylia Grevelyn Hutasoit, Universitas Gadjah Mada Yogyakarta
Justin Amudra Patmadiwiria, Universitas Indonesia
Andre Christianto, Universitas Muhammadiyah Tangerang