Saat pandemi, tempat wisata bernuansa alam menjadi pilihan tepat untuk melepas penat.
Oleh
Nizar Amir Musaffa dan Ni Wayan Shintya Pratista Santhi
·4 menit baca
NI WAYAN SHINTYA PRATISTA SANTHI
Suasana Pantai Kuta, Badung, Bali, yang diramaikan oleh wisatawan domestik (23/11/2021).
Tahun 2019 dunia digemparkan oleh munculnya pandemi Covid-19. Upaya pencegahan dan mitigasi penularan virus tersebut mendorong masyarakat untuk beradaptasi dalam gaya hidup baru atau new normal di berbagai sektor. Di antaranya pariwisata.
Kini pemerintah berusaha merampungkan tiga fase strategi penyelamatan pariwisata Indonesia, yaitu tanggap darurat, pemulihan, dan normalisasi. Upaya ini disambut gempita berbagai tempat wisata, dapat dilihat lewat antusiasme kooperasi antara pemerintah dan pengelola lokasi pariwisata.
Sinergi tersebut memantik kembali minat pengunjung yang juga telah penat dengan kondisi pandemi yang mengungkung mereka di dalam rumah. Di antara berbagai pilihan tempat wisata, wisata alam tampil sebagai primadona karena keindahan dan rasa aman yang diberikan suasana outdoor (luar ruang).
Jawara wisatawan
Bagai mewakili langit dan samudra, tempat wisata Hutan Pinus Yogyakarta dan Pantai Kuta Bali semakin menunjukkan denyut kehidupan. Walau pernah ditutup selama beberapa bulan, kawasan wisata Hutan Pinus yang berlokasi di Kabupaten Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta, ini kembali ramai oleh rombongan wisatawan dari berbagai kalangan.
Asrinya rimbunan pohon pinus menemani wisatawan yang sedang mengambil foto di wahana-wahana foto yang disediakan pengelola dalam bentuk bangunan-bangunan unik terbuat dari kayu. Suasana yang sejuk mengundang wisatawan dari berbagai daerah untuk menghirup udara segar di sana.
”Covid-19 bener-bener membelenggu kita enggak bisa ke mana-mana. Jadi sekarang karena sudah bisa, pengin dapat positive energy karena sebentar lagi mengajar full,” ungkap Indah, wisatawan asal Boyolali, Jawa Tengah, yang merupakan pengajar di taman kanak-kanak.
Dengan pakaian santai dan kacamata hitam, Indah menikmati keindahan hutan pinus bersama rombongannya. Ia mengungkapkan bahwa hutan pinus menawarkan suasana yang eksklusif karena kota asalnya, Boyolali, tidak memiliki lokasi wisata serupa.
SHINTYA PRATISTA
Keseruan Wisatawan Domestik Mengepang Rambut di Pantai Kuta, Badung, Bali (23/11/21).
Komentar lain diungkapkan Sabda Pujangga, mahasiswa dari Bali, yang tengah duduk di pinggir pantai Kuta, Bali. Ia tergoda untuk kembali ke Pantai Kuta karena jaraknya yang dekat dengan rumah serta kenangan-kenangan yang Ia miliki di sana.
Sabda mengungkapkan, aksesibilitas kawasan wisata Pantai Kuta mudah untuk dijangkau. Ia dapat langsung sampai ke kawasan pantai sejak turun dari motor, tanpa perlu perjalanan tambahan.
Ia merasa bisa melepaskan penat dari hiruk-pikuk kehidupan kota ketika bersantai di pantai. Aktivitas wisatawan yang sedang berselancar dan rona jingga di kala senja menjadi tontonan yang menarik bagi Sabda.
Dari apa yang diungkapkan Indah dan Sabda, kita dapat melihat bahwa wisatawan memiliki minat yang tinggi terhadap tempat wisata alam karena nuansa baru yang dibawa olehnya. Kepadatan dan keramaian kota yang diperparah pembatasan mobilitas masyarakat menyumbang kepenatan bagi banyak orang.
Selain keasrian dan kesegaran suasana, ternyata wisata alam juga dapat memberikan rasa bahagia dan rileks bagi pengunjungnya. Dengan demikian, tempat wisata alam sangat cocok untuk mengisi kembali perasaan yang sudah lelah oleh tekanan kehidupan sehari-hari.
NI WAYAN SHINTYA PRATISTA SANTHI
Suasana Pantai Kuta, Badung, Bali, yang diramaikan wisatawan domestik (23/11/2021).
Tak menghalangi
Di sisi lain, kawasan wisata alam juga tak lepas dari tuntutan untuk beradaptasi akibat pandemi Covid-19. Berbagai upaya untuk memfasilitasi wisatawan dalam kondisi yang penuh keterbatasan telah dilakukan pihak pengelola.
Sumar, Ketua Sub-Operator Hutan Pinus, mengungkapkan, jumlah wisatawan yang datang mengalami penurunan. Sejak pandemi, angka pengunjung di hari-hari kerja hanya 200-300 orang.
Walau begitu, pria yang tampil unik dengan blankon di kepalanya ini menyatakan tetap bersyukur karena kawasan wisata Hutan Pinus dapat dibuka kembali. Pasalnya, banyak orang menggantungkan mata pencariannya pada aktivitas pariwisata di sana.
Ia sempat menceritakan, penyesuaian fasilitas untuk mengakomodasi wisatawan di kala pandemi sempat terkendala oleh ruang yang tersedia di lokasi wisata. Kendala tersebut terjadi saat pendirian pos pemeriksaan aplikasi Peduli Lindungi yang ditempatkan di depan gerbang masuk lokasi wisata.
Hal tersebut, ujarnya, ternyata justru menimbulkan kerumunan dan risiko keselamatan bagi pengunjung karena dekat dengan jalan raya. Oleh karena itu, pos tersebut kini digabungkan dengan area parkir motor yang lebih luas.
Fasilitas lain untuk mengikuti protokol kesehatan pun disediakan oleh pihak pengelola berupa wastafel cuci tangan, sabun, alat cek suhu, dan petugas yang senantiasa membantu pengunjung untuk melakukan check-in melalui aplikasi Peduli Lindungi. Persepsi masyarakat terkait dengan fasilitas tersebut cenderung positif dan pengunjung merasa cukup dengan fasilitas yang disediakan.
Potensi masa depan
Secara umum, pengunjung kawasan wisata Hutan Pinus dan Pantai Kuta merasa puas dengan suasana yang dirasakan dalam kunjungannya. Namun, hal itu tidak menutup ruang perbaikan bagi pengelola supaya pengalaman berkunjung wisatawan dapat menjadi lebih baik.
Selain pengadaan fasilitas dan wahana yang disediakan untuk menciptakan rasa nyaman bagi pengunjung, pengelola juga dapat mengevaluasi kondisi saat ini dan terus melakukan upaya perawatan dan peningkatan supaya destinasi wisata alam senantiasa menjadi pilihan bagi wisatawan.
Sangat disayangkan jika pola hidup baru yang lebih sehat ini dibatasi oleh fasilitas-fasilitas yang tergerus waktu dan tidak dapat dioperasikan secara optimal. Oleh karena itu, sebagai pengunjung, kita dapat memberikan kontribusi dengan menggunakan fasilitas yang disediakan, dengan bertanggung jawab dan mengomunikasikan masalah yang kita temui kepada pengelola tempat wisata.
Magangers Kompas Muda Batch XII
Kelompok 5KM:
Nizar Amir Musaffa, Universitas Gadjah Mada Yogyakarta
Antonius Alvin Sudirdja, SMK Bhakti Anindya Tangerang
Silvia Halim, SMAK Tiara Kasih Jakarta
Lidwina Afriani Sianturi, Universitas Sumatera Utara Medan
Ni Wayan Shintya Pratista Santhi, Universitas Airlangga Surabaya