
Air susu ibu atau ASI merupakan sumber gizi terbaik bagi bayi. Selain itu, ASI melindungi bayi dari berbagai penyakit infeksi serta menangkal kejadian penyakit yang muncul saat dewasa, seperti obesitas, diabetes, dan penyakit radang usus.
Tidak seperti susu formula, ASI tidak memiliki rasa dan aroma yang sama setiap hari. Perbedaan tersebut disebabkan oleh pola makan ibu.
Penelitian Katharina N’Diaye dan kolega dari Universitas Teknik Muenchen (TUM), Jerman, yang dimuat di Molecular Nutrition & Food Research, 11 Oktober 2021, menunjukkan, piperin, yakni senyawa alkaloid pada lada, terdeteksi dalam ASI satu jam setelah ibu menyantap hidangan kari.
Tidak semua rasa dan aroma makanan masuk ke ASI. Dalam penelitian sebelumnya diketahui, zat aktif yang menimbulkan rasa dan aroma pada bawang putih dan kopi sebagian terdeteksi dalam ASI. Namun, rasa dan aroma minyak ikan dan teh tidak terdeteksi.
Baca juga : Pastikan Proses Menyusui Dilakukan secara Optimal
Tim yang melibatkan berbagai lembaga penelitian lain di Jerman itu meneliti sejauh mana zat aktif dari cabai, lada, dan jahe, yakni capsaicin, piperin, dan 6-gingerol, ditemukan dalam ASI. Tim merekrut sejumlah ibu, kemudian mengambil contoh ASI tiga kali berturut-turut tiap jam setelah satu jam ibu menyantap kari.
Melalui analisis spektometri massa yang ekstensif didapatkan, setelah satu jam menyantap hidangan kari, piperin terdeteksi dalam ASI hingga beberapa jam setelahnya. Namun, zat aktif dari cabai, jahe, dan kurkumin yang juga berlimpah dalam kari tidak terdeteksi dalam ASI.
”Konsentrasi maksimum piperin yang diamati adalah 14 hingga 57 mikrogram per liter. Hal itu sekitar 70 hingga 350 kali di bawah ambang batas rasa orang dewasa,” kata Corinna Dawid, Guru Besar Kimia Pangan dan Ilmu Sensorik Molekuler di TUM yang terlibat dalam penelitian itu, dikutip Science Daily, 29 November 2021.
Kadar zat aktif itu sangat rendah untuk secara sadar dirasakan bayi. Namun, paparan sering terhadap ambang batas subrasa tersebut bisa mendesensitisasi TRPV1 atau reseptor potensi transien vanilloid tipe 1 sehingga berkontribusi pada peningkatan toleransi bayi terhadap senyawa itu dan preferensi makanannya di kemudian hari.
Prebiotik dalam ASI
Penelitian lain yang dilakukan Maxim D Seferovic dan kolega dari Fakultas Kedokteran Baylor, Houston, Amerika Serikat, Rumah Sakit Anak Texas, dan institusi lain, yang dilaporkan di Nature Scientific Reports, 16 Desember 2020, menemukan, pola makan ibu saat menyusui dapat membentuk profil oligosakarida susu manusia (human milk oligosaccharides/HMO), sejenis karbohidrat kompleks dalam ASI. Oligosakarida merupakan komponen ASI terbanyak ketiga setelah laktosa dan lemak.

Diketahui ASI mengandung biomassa dalam jumlah rendah, tetapi memiliki jenis bakteri sangat beragam yang diyakini merupakan penyemaian awal bakteri (misalnya Staphylococcus, Streptococcus, Lactobacillus, Bifidobacterium infantis) pada usus bayi. Berbagai penelitian menunjukkan, mikrobioma pada tinja bayi baru lahir yang disusui secara signifikan lebih bervariasi dibandingkan bayi yang diberi susu formula.
HMO pada dasarnya adalah prebiotik atau makanan bagi mikroba. Mengubah HMO bisa mengubah kemampuan fungsional mikrobioma ASI.
Mikrobioma adalah materi genetik dari semua mikroba, yakni bakteri, jamur, protozoa, dan virus, yang hidup di permukaan dan di dalam tubuh manusia. Jumlah gen pada semua mikroba dalam mikrobioma satu orang 200 kali jumlah gen dalam genom manusia. Mikrobioma dapat memiliki berat lima pon (setara 2.268 gram).
Tim peneliti merekrut dua kelompok masing-masing terdiri atas tujuh ibu menyusui. Peserta diberi makanan dalam pengaturan terkontrol di Pusat Penelitian Nutrisi Anak Kementerian Pertanian AS. Para ibu mengonsumsi makanan tertentu selama 30 hingga 70 jam. Setelah jeda dua minggu, ibu yang sama makan makanan berbeda yang disediakan oleh para peneliti dalam kurun waktu yang sama.
Para peneliti mengumpulkan sampel ASI para peserta pada titik waktu yang berbeda, termasuk saat pergantian makanan. Dengan desain penelitian cross-over ini setiap ibu dapat berperan sebagai kontrolnya sendiri. Kemudian tim menganalisis komposisi HMO dan mikrobioma ASI untuk mengumpulkan petunjuk tentang efek pola makan ibu.