ArtikelPushNotif06
asdsadsadsadsadsadasdsadsad
AKARTA, KOMPAS — Forum ASEAN Indo-Pasifik atau AIPF yang perdana diusung Indonesia dalam keketuaan ASEAN tahun ini telah mengumpulkan tawaran proyek kerja sama hingga puluhan miliar dollar AS. Ajang tersebut ingin mengubah rivalitas di kawasan menjadi kerja sama konkret saling menguntungkan, tanpa ada negara yang dikucilkan.
Hingga hari pertama penyelenggaraan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ASEAN dan pembukaan AIPF di Jakarta, Selasa (5/9/2023), sudah terkumpul 93 proyek kerja sama konkret antara negara-negara ASEAN dan mitra di kawasan Indo-Pasifik senilai total 38,2 miliar dollar AS serta 73 proyek potensial senilai 17,8 miliar dollar AS.
Dari total 93 proyek, sebanyak 81 proyek senilai 34,53 miliar dollar AS berurusan dengan pembangunan infrastruktur hijau dan penguatan rantai pasok, 4 proyek senilai 736,36 juta dollar AS terkait dengan inisiatif pembiayaan yang inovatif dan berkelanjutan, serta 8 proyek senilai 2,93 miliar dollar AS berkaitan dengan transformasi digital inklusif di kawasan.
Baca juga : Tawaran 129 Miliar Dollar AS di Sela KTT ASEAN
Indonesia terlibat dalam 49 proyek strategis, dengan 45 proyek di antaranya ditawarkan sendiri melalui pemerintah, badan usaha milik negara (BUMN), dan swasta. Sementara empat proyek merupakan tawaran kerja sama dari negara-negara ASEAN dan Indo-Pasifik lainnya.
Saat membuka AIPF di hadapan para pemimpin negara ASEAN dan Indo-Pasifik, Presiden Joko Widodo mengatakan, ASEAN tidak imun dari berbagai tantangan global dan rivalitas geopolitik, khususnya potensi konflik di Indo-Pasifik. Lewat AIPF, yang merupakan bentuk implementasi dari skema ASEAN Outlook on Indo-Pacific, keketuaan Indonesia ingin mengubah rivalitas di kawasan menjadi kerja sama yang bermanfaat.
Presiden Joko Widodo (kiri) berbincang dengan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto (kanan) saat meninjau pameran proyek inovatif dan inklusif dari sejumlah perusahaan di Hotel Mulia, Jakarta, Selasa (5/9/2023). Presiden Jokowi resmi membuka rangkaian ASEAN Indo-Pacific Forum sebagai bagian dari KTT Ke-43 ASEAN.
KOMPAS/ADRYAN YOGA PARAMADWYA
Presiden Joko Widodo (kiri) berbincang dengan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto (kanan) saat meninjau pameran proyek inovatif dan inklusif dari sejumlah perusahaan di Hotel Mulia, Jakarta, Selasa (5/9/2023). Presiden Jokowi resmi membuka rangkaian ASEAN Indo-Pacific Forum sebagai bagian dari KTT Ke-43 ASEAN.
”Kita perlu membangun kebiasaan bekerja sama yang saling menguntungkan tanpa satu pun merasa dikucilkan. Berbagai proyek kerja sama ini mencerminkan komitmen kita untuk walk the talk membangun Indo-Pasifik yang damai, stabil, dan makmur,” kata Presiden Jokowi saat membuka forum AIPF di sela-sela perhelatan KTT ASEAN Ke-43, di Jakarta.
Ada tiga agenda utama AIPF yang diharapkan bisa membuahkan kerja sama konkret di setiap bidang. Pertama, membangun infrastruktur hijau dan rantai pasok yang resilien. Kedua, mendorong pembiayaan yang berkelanjutan dan inovatif. Ketiga, mengembangkan transformasi digital dan ekonomi kreatif.
Kita perlu membangun kebiasaan bekerja sama yang saling menguntungkan tanpa satu pun merasa dikucilkan.
Berbagai inisiatif kerja sama itu akan dibahas dalam sesi-sesi diskusi dan temu bisnis (business matching) antara pemerintah dan pelaku bisnis di ASEAN dan Indo-Pasifik selama dua hari ke depan menjelang puncak KTT.
Presiden mengatakan, beberapa inisiatif konkret yang dibahas adalah membangun hilirisasi industri serta ekosistem rantai pasok kendaraan listrik yang solid di kawasan ASEAN. Selain itu, mencari dukungan pembiayaan untuk mendukung transisi energi di kawasan.
”ASEAN membutuhkan 24,9 triliun dollar AS untuk transisi energi sehingga dibutuhkan skema pembiayaan yang inovatif melalui kemitraan yang saling menguntungkan dan berkelanjutan,” katanya.
https://cdn-assetd.kompas.id/VmSGx3r4GmnDr_ztOnmUrN7NSq8=/1024x2007/https%3A%2F%2Fasset.kgnewsroom.com%2Fphoto%2Fpre%2F2023%2F09%2F02%2Fad2f3df7-e7cd-4869-ac42-ed010a846d93_png.png
Mengikat
Wakil Menteri Luar Negeri RI Pahala Mansury mengatakan, sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari kawasan Indo-Pasifik, AIPF diharapkan tidak sekadar menjadi forum diskusi rutin yang melibatkan negara-negara ASEAN. Namun, forum tersebut harus bisa menelurkan kerja sama yang konkret antara para negara mitra dengan ASEAN sebagai motor utamanya.
Agar lebih mengikat, daftar 93 proyek kerja sama yang ditawarkan dan dikurasi lewat AIPF itu akan dimasukkan dalam bagian lampiran (annex) dari dokumen deklarasi para pemimpin ASEAN.
”Kita harapkan proyek-proyek yang sudah kita identifikasi ini bisa direalisasikan supaya AIPF bukan sekadar menjadi forum diskusi saja, tetapi forum untuk men-showcase proyek-proyek yang dapat segera dijalankan atau potensial dikembangkan,” kata Pahala.
Baca juga : Indonesia Angkat Ancaman Rivalitas Adidaya di Kawasan
Wakil Menteri BUMN Rosan Roeslani menambahkan, pemerintah membidik potensi kerja sama senilai 50 miliar dollar AS dari forum AIPF. Potensi itu terdiri dari 35 proyek kerja sama yang ditawarkan BUMN, 4 proyek oleh Bappenas, dan 11 proyek yang berasal dari tawaran kerja sama dengan negara-negara ASEAN lainnya, seperti Filipina, Thailand, Malaysia, Myanmar, dan Brunei Darussalam.
Proyek yang ditawarkan tidak semuanya baru, tetapi juga mengembangkan proyek lama yang sudah ada. Ia mencontohkan kerja sama untuk pembangunan jalan tol di Bali serta pengelolaan bandara di DI Yogyakarta. ”Kita terbuka untuk bekerja sama dengan investor lain dan mengelolanya bersama agar operasionalnya bisa lebih baik,” kata Rosan.
Wakil Menteri Luar Negeri Pahala Nugraha Mansury (tengah) bersama Wakil Menteri BUMN Rosan Perkasa Roeslani (kanan) dan moderator Hartyo Harkomoyo menyampaikan penjelasan mengenai ASEAN Indo-Pacific Forum (AIPF) di media center KTT Ke-43 ASEAN di Jakarta, Selasa (5/9/2023).
KOMPAS/HERU SRI KUMORO
Wakil Menteri Luar Negeri Pahala Nugraha Mansury (tengah) bersama Wakil Menteri BUMN Rosan Perkasa Roeslani (kanan) dan moderator Hartyo Harkomoyo menyampaikan penjelasan mengenai ASEAN Indo-Pacific Forum (AIPF) di media center KTT Ke-43 ASEAN di Jakarta, Selasa (5/9/2023).
Beberapa proyek bernilai besar meliputi pembangunan smelter aluminium oleh MIND ID senilai 1,8 miliar dollar AS, pembangunan Pelabuhan Benoa oleh PT Pelindo senilai 4,3 miliar dollar AS, pengembangan hidrogen hijau oleh PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) senilai 5 miliar dollar AS, serta proyek pengembangan amonia biru oleh PT Pupuk Indonesia senilai 4,8 miliar dollar AS.
”Proyek-proyek yang kita tawarkan itu yang sudah matang, misalnya proses tendernya sudah dimulai dan kita tinggal mengundang negara-negara ASEAN untuk berpartisipasi,” katanya.
Pemerintah membidik potensi kerja sama senilai 50 miliar dollar AS dari forum AIPF.
Menjaga momentum
Potensi kerja sama pembangunan di kawasan itu diharapkan bisa menjaga momentum pertumbuhan ekonomi ASEAN di tengah kondisi politik dan ekonomi dunia yang semakin terfragmentasi akibat rivalitas geopolitik yang menajam.
Dalam proyeksi terbarunya, Organisasi Kerja Sama dan Pembangunan Ekonomi (OECD) memperkirakan, laju pertumbuhan ekonomi rata-rata negara ASEAN tahun ini akan melambat menjadi 4,2 persen, lebih rendah dari proyeksi OECD sebelumnya pada Maret lalu sebesar 4,6 persen, akibat faktor ketidakpastian perekonomian global yang bisa merambat ke kawasan.
Suasana jalan protokol Jenderal Sudirman, Jakarta, jelang Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Ke-43 ASEAN 2023, Senin (4/9/2023). Pengamanan Jakarta ditingkatkan, terutama di kawasan Gelora Bung Karno yang menjadi tempat berlangsungnya KTT dan penginapan bagi para delegasi.
KOMPAS/PRIYOMBODO
Suasana jalan protokol Jenderal Sudirman, Jakarta, jelang Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Ke-43 ASEAN 2023, Senin (4/9/2023). Pengamanan Jakarta ditingkatkan, terutama di kawasan Gelora Bung Karno yang menjadi tempat berlangsungnya KTT dan penginapan bagi para delegasi.
Direktur Pelaksana Dana Moneter Internasional (IMF) Kristalina Georgieva meyakini, terlepas dari ancaman risiko akibat perlambatan ekonomi global, ASEAN akan tetap bertahan sebagai titik terang dalam perekonomian global yang suram.
Pertumbuhan ekonomi global tahun ini diperkirakan hanya akan mencapai 3 persen, tetapi ASEAN diprediksi tetap bertahan di rentang pertumbuhan ekonomi 4,5-4,6 persen. ”Kawasan ini akan tetap bertumbuh secara dinamis. Menjaga momentum pertumbuhan ini sangat penting, dan untuk itu dibutuhkan stabilitas dan perdamaian di kawasan,” katanya.
Kristalina pun mendorong negara-negara ASEAN untuk bersuara lebih lantang dalam mendorong kerja sama internasional di tengah dunia yang semakin terfragmentasi itu. ”Tidak ada yang lebih pantas menyuarakannya selain ASEAN, karena kalian (ASEAN) mampu menjaga kesatuan di tengah begitu banyaknya perbedaan,” ujarnya saat berbicara di sesi diskusi AIPF.
Baca juga : Cegah Perlambatan Ekonomi Kawasan, ASEAN Perkuat Rantai Pasok Regional