TEL AVIV, SELASA — Sejumlah hotel di Jepang menerapkan aturan baru bagi pelancong Israel. Warga Israel yang berwisata ke Jepang diwajibkan menandatangani pernyataan tidak terlibat kejahatan perang jika mereka mau menginap di hotel-hotel tersebut.
Media Qatar, The New Arab, melaporkan isu itu pada Senin (28/4/2025). Sementara media Turki, Anadolu dan TRT, serta sejumlah media Israel melaporkan lebih dulu perihal ketentuan bagi wisatawan Israel di Jepang itu.
Seorang anggota korps kesehatan pada angkatan bersenjata Israel, Tzahal, mengaku dirinya diminta meneken formulir tersebut. Permintaan disampaikan saat prajurit yang tidak disebut namanya itu akan menginap di salah satu hotel di Kyoto.
Awalnya, prajurit itu keberatan. Belakangan, karena merasa tidak terlibat kejahatan perang, ia akhirnya meneken formulir pernyataan tersebut.
Formulir itu berisi pernyataan bahwa calon tamu dari Israel tidak terlibat kejahatan perang. Bentuk kejahatan itu termasuk, tetapi tidak terbatas, pada pembunuhan dan perusakan harta warga sipil, pemerkosaan, hingga pembunuhan orang yang sudah menyerah.
Kepada media Israel, prajurit menyebutkan, formulir sejenis disodorkan kepada setiap calon tamu hotel yang berasal dari Israel dan Rusia. Sejumlah orang Israel dan Rusia sama- sama sedang dibawa ke Mahkamah Kriminal Internasional atas tudingan kejahatan perang.
”Saya tidak pernah terlibat dalam kejahatan perang dan pelanggaran Hukum Internasional dan Hukum Perang, termasuk menyerang warga sipil (perempuan, anak-anak, dan lain-lain), membunuh atau bertindak kejam terhadap orang yang menyerah atau tawanan perang, perlakuan tidak manusiawi, kekerasan seksual, pengusiran warga, penjarahan, dan berbagai tindakan yang bertentangan dengan Pasal 8 Statuta Roma dari Mahkamah Kriminal Internasional (ICC),” demikian isi formulir tersebut.
”Saya tidak pernah merencanakan, memerintahkan, membantu, mendukung kejahatan, atau terlibat dalam kejahatan perang, ataupun sengaja melakukan kejahatan perang. Saya menyatakan mematuhi Hukum Internasional dan Hukum Perang dan tidak terlibat dalam kejahatan perang dalam bentuk apa pun,” demikian selanjutnya bunyi dokumen tersebut.
Poin-poin yang disebutkan dalam formulir yang disodorkan kepada turis Israel itu mencakup hampir semua ulah tentara Israel sehari-hari di Palestina dan Lebanon.
Di Gaza, beredar banyak video tentara Israel dengan sengaja merusak harta benda warga sipil. Berbagai serangan dilancarkan ke fasilitas dan tenaga kesehatan. Video-video itu direkam dan disebarkan oleh tentara Israel ke media sosial.
Rekaman itu menjadi salah satu bukti sebagian pihak untuk melaporkan tentara Israel sebagai penjahat perang. Hind Rajab Foundation telah menyerahkan nama banyak tentara Israel ke aparat di sejumlah negara. Selain yayasan tersebut, sejumlah pihak telah melakukan langkah sejenis.
Sementara di Tepi Barat, tentara Israel kerap terekam menghancurkan kebun dan rumah warga Palestina. Mereka juga menghancurkan dan menutup jalan ke berbagai permukiman warga Palestina.
Banyak pula beredar video aparat Israel menutup sumur dengan cor beton. Dampaknya, warga Palestina kesulitan air untuk irigasi dan kebutuhan lain.
Israel protes
Duta Besar Israel di Tokyo Gilad Cohen dilaporkan telah menyurati Gubernur Kyoto Takatoshi Nishiwaki. Cohen memprotes kewajiban itu dan menyatakannya diskriminasi.
Sementara manajemen hotel berkeras, tindakan itu patut. Manajemen akan terus mempertahankan kebijakan tersebut. ”Perang yang terjadi jauh dari kami dan kami tidak kenal dengan orang-orang yang membunuh perempuan dan anak- anak, dan mengebom sekolah,” demikian pernyataan manajemen hotel itu.
Penolakan terhadap prajurit Israel telah dilakukan sejumlah hotel di Kyoto, pusat wisata di Jepang. Manajemen hotel menekankan, mereka tidak mau tersangkut dengan orang-orang yang terlibat kejahatan perang. Hotel menerima siapa pun dengan tangan terbuka bila mereka tidak terlibat kejahatan perang.
Tidak hanya Jepang, sejumlah negara juga mulai mengawasi pelancong dari Israel dengan alasan serupa. Bahkan, di sejumlah negara yang selama ini dianggap ramah kepada Israel pun berlaku kebijakan itu.
Beberapa waktu lalu, Israel harus menyelamatkan prajuritnya yang dilaporkan ke aparat di Brasil. Prajurit itu dilaporkan Hind Rajab Foundation sebagai penjahat perang. Laporan tersebut didasarkan pada rekaman video kejahatan perang yang diunggah oleh si prajurit dan teman-temannya ke media sosial.