JAKARTA, KOMPAS — Sejumlah menteri anggota Kabinet Merah Putih mengunjungi kediaman Presiden ke-7 RI Joko Widodo di Surakarta, Jawa Tengah. Pernyataan sejumlah menteri yang mengunjungi Jokowi memunculkan sejumlah tafsir, seperti adanya kutub-kutub kekuatan di internal pemerintahan.
Beragam tafsir juga muncul karena kunjungan itu dilakukan sejumlah menteri saat Presiden Prabowo Subianto melawat ke lima negara di Timur Tengah pada pekan lalu dan setelah Presiden Prabowo bertemu dengan Ketua Umum PDI-P yang juga Presiden ke-5 RI Megawati Soekarnoputri.
Kunjungan ke kediaman Jokowi, antara lain, dilakukan Menteri Kelautan dan Perikanan Sakti Wahyu Trenggono serta Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin. Kendati tak datang bersamaan, keduanya hadir di rumah Jokowi pada Jumat (11/4/2025) siang.
Seusai bertemu Jokowi, keduanya menyampaikan bahwa kunjungan tersebut dilakukan dalam nuansa silaturahmi Lebaran. Namun, sekalipun menyampaikan pernyataan di waktu yang berbeda, Trenggono dan Budi Gunadi sama-sama menyebut bahwa silaturahmi dilakukan terhadap Jokowi sebagai pimpinan mereka. ”Silaturahmi sama bekas bos saya. Sekarang masih bos saya,” kata Trenggono yang juga menjabat Menteri Kelautan dan Perikanan di era pemerintahan Jokowi.
Budi Gunadi juga menyebut Jokowi sebagai pemimpinnya. ”Ini silaturahmi karena Pak Jokowi, kan, bosnya saya. Jadi, saya dan ibu mau silaturahmi, mohon maaf lahir dan batin,” ucapnya.
Sebelum kedatangan Trenggono dan Budi Gunadi, Menteri Koordinator Bidang Pangan Zulkifli Hasan, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Bahlil Lahadalia, serta Menteri Kependudukan dan Pembangunan Keluarga/Kepala BKKBN Wihaji juga datang ke rumah Jokowi.
Zulkifli Hasan yang juga Ketua Umum Partai Amanat Nasional datang ke rumah Jokowi pada Rabu (9/4). Sementara Bahlil yang kini juga Ketua Umum Partai Golkar datang bersama Wihaji pada Selasa (8/4) malam.
Saat Bahlil, Wihaji, Zulfikli, Trenggono, ataupun Budi Gunadi bersilaturahmi ke kediaman Jokowi, Presiden Prabowo melakukan lawatan kenegaraan ke lima negara di Timur Tengah.
Prabowo bertolak dari Pangkalan TNI AU Halim Perdanakusuma untuk memulai lawatannya pada Rabu (9/4) sekitar pukul 00.00 dan kembali pada Selasa (15/4) pagi. Dalam periode itu, Prabowo melawat ke Uni Emirat Arab, Turki, Mesir, Qatar, dan Jordania.
Multitafsir
Pemerhati komunikasi politik dari Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, Gun Gun Heryanto, Selasa (15/4), mengatakan, kehadiran sejumlah menteri ke kediaman Jokowi dapat dimaknai sebagai peristiwa biasa, yakni silaturahmi antarpribadi.
Di sekitar hari-H Idul Fitri, sejumlah menteri juga datang ke kediaman Jokowi, misalnya Menteri Koperasi Budi Arie Setiadi serta Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Pratikno. Presiden Prabowo pun bersilaturahmi ke kediaman Ketua Umum PDI-P Megawati Soekarnoputri pada Senin (7/4).
Akan tetapi, lanjut Gun Gun, kunjungan para menteri itu juga bisa ditafsirkan secara politis mengingat posisi Jokowi yang tidak lagi menjabat sebagai presiden, tetapi disebut sebagai pimpinan oleh mereka. Penggunaan diksi ”bos” oleh sejumlah menteri memberikan kesan hierarkis dan struktural. Padahal, secara formal mereka merupakan para menteri di kabinet Presiden Prabowo.
”Dalam konteks yang lebih luas itu menunjukkan Jokowi masih diposisikan sebagai significant other bagi sebagian menteri. Padahal, mereka seharusnya lebih menjaga manajemen privasi komunikasi agar tidak mengesankan adanya matahari kembar di pemerintahan,” ujar Gun Gun.
Ia menambahkan, para menteri perlu menyadari bahwa setiap tindakan dan ucapan mereka akan menjadi sorotan. Untuk itu, mereka semestinya bisa menjaga marwah Presiden Prabowo yang merupakan pemimpin tertinggi mereka di Kabinet Merah Putih.
Selain itu, Gun Gun melihat, momen lawatan Presiden Prabowo bisa saja sengaja digunakan oleh para menteri untuk mengadakan kegiatan lain. Sebab, ketika Presiden berada di luar negeri, mereka memiliki waktu yang lebih fleksibel.
Akan tetapi, dalam konteks komunikasi politik, kunjungan mereka ke kediaman Jokowi juga bisa mengundang tafsir politik lain. Tafsir dimaksud adalah soal hubungan politik yang intens di antara para menteri dan Jokowi.
Silaturahmi
Ketua DPR yang juga Ketua DPP PDI-P Puan Maharani juga menyinggung kunjungan sejumlah menteri ke rumah Jokowi. Puan mengatakan, silaturahmi Lebaran merupakan tradisi yang baik untuk men- jaga tali persaudaraan dan harmoni di masa transisi pemerintahan.
Namun, itu tidak berarti ada kekuatan lain di luar Presiden yang tengah menjabat. ”(Soal isu) matahari kembar, Presiden saat ini Presiden Prabowo Subianto,” ujar Puan, di Kompleks Parlemen, Jakarta, Senin (14/4).
Secara terpisah, Sekretaris Jenderal Golkar Muhammad Sarmuji mengatakan, sowan kepada orang yang dituakan dan dianggap dekat dalam nuansa Lebaran merupakan hal yang lazim. Tak hanya dilakukan oleh beberapa menteri dari Golkar, hal yang sama juga dilakukan menteri lain, misalnya Menteri Keuangan Sri Mulyani. Sri Mulyani juga sempat berkunjung ke kediaman Megawati untuk berlebaran.
”Mereka tahu siapa bosnya sekarang, siapa yang mengangkat, dan bisa memberhentikan mereka,” kata Sarmuji.
Menurut Sarmuji, jika semua interaksi ditafsirkan secara politis, para politisi akan menjadi asosial. Mereka mungkin tidak akan berani untuk menjenguk orang sakit, menghadiri ulang tahun seseorang, ataupun memenuhi undangan dari rekan sesama politisi untuk menghindari persepsi yang berkembang.
Secara terpisah, diambil dari KompasTV, Bahlil menegaskan, menteri-menteri Kabinet Merah Putih taat kepada Presiden Prabowo. Ia menegaskan, kunjungan sejumlah menteri ke rumah Jokowi bukan konsolidasi untuk menyikapi pertemuan Prabowo-Megawati.
Grafik: Menteri Kabinet Merah Putih Berkunjung ke Rumah Jokowi Saat Presiden Prabowo di Luar Negeri