Xi Jinping Perkuat Kerja Sama dengan Asia Tenggara
Dibayangi perang dagang AS, lawatan Xi Jinping ke Vietnam, Malaysia, dan Kamboja, antara lain, menekankan perlunya penguatan rantai pasok dan perdagangan di Asia Tenggara.
HANOI, SENIN — Presiden China Xi Jinping menegaskan upaya China dan Vietnam untuk mempererat kerja sama dalam rantai pasok dan perdagangan di tengah disrupsi yang ditimbulkan oleh kebijakan tarif Presiden Amerika Serikat Donald Trump.
Dalam lawatan Xi Jinping di Hanoi, Senin (14/4/2025), belasan perjanjian kerja sama ditandatangani oleh China dan Vietnam. Setelah kunjungan dua hari di Vietnam, Xi diagendakan melanjutkan lawatannya ke Malaysia dan Kamboja.

Baca Berita Seputar Pilkada 2024
Xi, yang menjabat Presiden China sejak 2012, terakhir berkunjung ke Kamboja sembilan tahun lalu dan mengunjungi Malaysia terakhir 12 tahun lalu.
Di tengah perang dagang global yang dipicu kebijakan tarif Trump, lima pemimpin negara mengunjungi Vietnam dalam sebulan terakhir.
Sebelum Xi, Vietnam menyambut Perdana Menteri Spanyol Pedro Sanchez, Raja Philippe dari Belgia, Presiden Luis Inacio Lula da Silva dari Brasil, dan PM Lawrence Wong dari Singapura.
Vietnam juga mengutus pejabat ke Rusia dan AS dalam tiga pekan terakhir. AS menetapkan tarif bea masuk impor sebesar 145 persen kepada China dan 46 persen kepada Vietnam.
”Tidak ada pemenang dalam perang dagang dan perang tarif,” sebut Xi dalam artikel opininya yang diterbitkan Nhandan, koran partai komunis Vietnam, Senin, bersamaan dengan kedatangannya di Hanoi.
Melansir Vietnam News, kedatangan Xi atas undangan Sekretaris Jenderal Partai Komunis Vietnam To Lam dan Presiden Vietnam Luong Cuong. Adapun Xi merangkap sebagai Sekjen Partai Komunis China.
Ini adalah kunjungan luar negeri pertama Xi pada 2025. Sebelumnya, dia telah melawat ke Vietnam sebanyak tiga kali. Setelah dari Vietnam, Xi melanjutkan kunjungan ke Malaysia dan Kamboja.
”Vietnam dan China pada 2025 memperingati 75 tahun hubungan bilateral. Suatu kehormatan menjadi negara pertama yang dikunjungi Presiden Xi tahun ini,” kata Duta Besar Vietnam di Beijing, Pham Thanh Binh.
Setelah pertemuan Xi dan To Lam, belasan persetujuan kerja sama ditandatangani kedua negara.
Reuters menyebutkan, kerja sama yang disepakati, antara lain, perihal penguatan rantai pasok dan kerja sama pengembangan jalur kereta.
Akan tetapi, tidak diungkapkan lebih jauh cakupan isi persetujuan tersebut.
Diplomasi bambu
Pada Minggu (13/4), Trump menangguhkan penetapan semua tarif impor untuk 90 hari ke depan, kecuali terhadap China.
Dibayangi perang dagang yang menajam antara AS dan China, Hanoi berada di posisi tengah karena dekat dengan Beijing ataupun Washington.
Pendekatan Vietnam ke berbagai negara ini kerap disebut ”diplomasi bambu”, lentur meliuk ke sana-sini tanpa kehilangan akar dan kekuatan sendiri.
Pada masa jabatan pertama Trump, yaitu 2017-2021, juga terjadi perang dagang antara AS dan China. Akibatnya, perusahaan-perusahaan memecah rantai produksi mereka.
Produksi yang awalnya terpusat di China dipecah ke berbagai negara di Asia Tenggara, yakni Vietnam, Indonesia, Kamboja, Thailand, dan Malaysia. Hal ini memajukan perekonomian Vietnam, mulai dari pabrik telepon seluler sampai alas kaki ada di sana.
Tidak hanya itu, Vietnam juga menjadi terminal bagi barang-barang China untuk dikirim ke beberapa negara di dunia. Ini pula faktor yang menjadikan 90 persen perekonomian Vietnam bergantung pada perdagangan internasional.
Sistem ini diprotes oleh pemerintahan Trump. Penasihat Ekonomi Gedung Putih Pete Navarro menuduh barang-barang dengan cap buatan Vietnam sebenarnya adalah produk jadi dari China. Oleh sebab itu, AS merasa dicurangi.
Untuk melancarkan negosiasi penurunan tarif, Hanoi berjanji menyelidiki hal itu dan mencegahnya terulang. Vietnam mengincar tarif bisa diturunkan ke angka 22-28 persen.
Sementara Xi mengatakan ingin memperkuat koordinasi dan kerja sama dengan Vietnam. Salah satunya melalui penguatan rantai pasok.
”Penguatan kerja sama ini bisa melalui inisiatif kawasan, misalnya Kerja Sama Asia Timur dan Kerja Sama Lancang-Mekong,” demikian keterangan dari Kementerian Luar Negeri China.
Para pengamat internasional mengatakan, di tengah perang dagang, China berusaha tampil sebagai mitra dagang yang tepercaya dan stabil.
Hal ini tampak dari pernyataan China yang bertentangan dengan proteksionisme Trump. China berjanji membuka pasar mereka seluas-luasnya dan meningkatkan kerja sama serta perdagangan dengan semua negara.
Negara-negara Perhimpunan Bangsa-bangsa Asia Tenggara (ASEAN) pada 2024 secara kumulatif mengimpor 586,5 miliar dollar AS produk dari China. Vietnam adalah pengimpor terbesar dengan nilai 161,9 miliar dollar AS dan Malaysia menyusul dengan 101,5 miliar dollar AS.
Sebagai mitra penting
Trump memang menangguhkan tarif untuk tiga bulan mendatang. Akan tetapi, dampaknya tidak bisa dihentikan. Negara-negara, terutama negara berkembang, belum bisa bernapas lega karena masih khawatir tarif akan kembali.
”Tidak ada pilihan bagi dunia selain meninggalkan atau mengurangi kerja sama dengan AS,” kata Wakil Direktur Urusan Asia International Crisis Group Huong Le Thu.
Dikatakan Menteri Komunikasi Malaysia Fahmi Fadzil, kunjungan Xi adalah bagian dari upaya Pemerintah Malaysia mengembangkan perdagangan internasional. Mereka mencari mitra-mitra dagang baru. China adalah salah satu mitra besar.
Perdana Menteri Kamboja Hun Manet di Phnom Penh mengatakan, hubungan Kamboja-China tidak akan surut. China adalah penyokong penting pembangunan infrastruktur di negara tersebut.
Adapun kantor berita nasional China, Xinhua, melaporkan, Xi menelepon Presiden Indonesia Prabowo Subianto sebelum bertolak ke Vietnam. Indonesia memang tidak masuk dalam jadwal lawatan Xi kali ini. Namun, Indonesia dan China merayakan 75 tahun hubungan bilateral.
Xi Jinping menyampaikan ucapan selamat atas perayaan 75 tahun hubungan RI-China. Xi menyebut Indonesia tetangga baik yang dihubungkan dengan lautan. RI-China adalah mitra yang berbagi masa depan bersama.
Xi mengingat pertemuannya dengan Presiden Prabowo Subianto di Beijing pada 2024. Dalam pertemuan itu, RI-China setuju saling mendukung pembangunan masing-masing. Disepakati pula peningkatan hubungan kedua negara. Hubungan RI-China diperhatikan secara khusus oleh Xi.
BACA JUGA:
Wujud ”Diplomasi Bambu”
Vietnam telah menerima para pemimpin sejumlah negara dalam beberapa pekan terakhir. Hanoi menjaga keseimbangan di tengah perang dagang.
KOMPAS.ID
komp.as/diplomasibambu
Grafik: Kilas Balik Kunjungan Xi Jinping ke Negara Asia Tenggara x