Patrick Owen menyuguhkan koleksi terbarunya bertajuk ”Botanical Rendezvous”. Rancangan busananya cukup mampu menggambarkan kerinduan untuk melekat dengan alam tanpa hiruk-pikuk sekitar yang melelahkan.
Oleh
Riana A Ibrahim
·5 menit baca
ARSIP PATRICK OWEN
Koleksi rancangan Patrick Owen
Embusan angin yang menyejukkan. Rerumputan hijau. Gerak bebas tanpa khawatir rasanya begitu lama tak dinikmati. Meski kondisi pandemi masih membayangi, sesekali mulai lagi mencoba menghirup udara segar dengan lebih lega di ruang terbuka. Pertemuan dengan alam yang kembali memberi kekuatan untuk bertahan.
Gambaran itu tertuang pada presentasi virtual yang ditampilkan desainer Patrick Owen untuk menyuguhkan koleksi terbarunya bertajuk ”Botanical Rendezvous”. Video berdurasi singkat yang diluncurkan pada Jumat (14/1/2022) ini cukup mampu menggambarkan kerinduan untuk melekat dengan alam tanpa hiruk-pikuk sekitar yang melelahkan.
Mengambil lokasi di Hutan Kilometer 5, Ciputat, Tangerang Selatan, Banten, hamparan hijau rerumputan dibiarkan apa adanya dengan seorang model yang berjalan pelan dengan mengenakan busana dalam koleksi ini. Perpaduan cericit burung, musik latar yang syahdu, hingga detail belalang yang menghinggapi salah satu tampilan dalam busananya menguatkan kesan berkawan dengan alam. Dan berhasil membuat mata hanya jatuh memperhatikan detail baju yang ditampilkan.
Di tengah hari-hari yang panjang ketika orang-orang hanya bisa berada di dalam rumah dan menjaga jarak dengan sesamanya, alam sejatinya menjadi tempat berpulang. Patrick pun merasakan hal serupa yang membuatnya menuangkannya dalam koleksi kali ini. Meski konsep ”Botanical Rendezvous” ini telah tercetus sejak 2018, momen yang ada saat ini justru mampu menyempurnakan.
”Dari 2018, sudah posting dan bagiin juga snippet-nya. Ini dari momen yang aku alami, seperti saat melihat bunga yang aku terima dari keluarga, teman itu terpikir ini hal yang cantik yang bisa aku buat sesuatu. Sampai di masa pandemi, we need some brave moment. Enggak mungkin juga dalam kondisi begini kreasi baru terus-menerus. Pressure-nya besar. Lalu, kenapa enggak menghidupkan yang sudah ada,” kata Patrick ketika berbincang, Jumat (14/1/2022).
ARSIP PATRICK OWEN
Koleksi rancangan Patrick Owen15-1-2022
Di sisi lain, ia juga tak mau menciptakan sesuatu yang baru dengan tekanan yang besar yang justru membuatnya tergesa sehingga mengakibatkan karyanya sekadar numpang lewat. ”Jadinya, gak memorable, aku enggak mau yang kayak gitu. ’Botanical Rendezvous’ ini juga direncanakan berkelanjutan. Nantinya, akan ada lagi ’Botanical Rendezvous’ dengan hal yang berbeda sehingga orang akan terus mengingatnya,” ujarnya.
Untuk itu, koleksi kali ini cukup menampilkan 12 tampilan ditambah dengan ragam aksesori yang dapat dipadupadankan dengan pakaian lain di luar dari koleksi ini. Meski siluet yang ada pada 12 tampilan ini terkesan santai, playful, dan sederhana, proses pembuatan detailnya ternyata memakan waktu yang lama.
Sudah menjadi khas dari seorang Patrick menghadirkan tampilan yang enggak neko-neko, tetapi tetap nyaman dan cantik ketika dikenakan. Kali ini, ia memberikan detail berupa payet yang dibentuk bunga dan daun sesuai dengan tema yang diusung. Kemudian ada juga rajutan crochet berbentuk bunga yang menjadi sorotan utama pada sejumlah tampilan.
”Itu yang aku mau memang. Baju yang nyaman untuk ke mana saja, enggak banyak macam, tapi tetap ada sisi high craft-nya. Semua payet, crochet yang ada ini semuanya handmade. Motif bunganya yang dibentuk payet itu dari organdi yang digunting-gunting, ada yang pakai poliester plastik untuk tampilan 3D-nya. Stripes pada beberapa baju juga itu gunting jahit dari beberapa bahan, bukan kainnya sudah jadi begitu,” ungkap Patrick.
Ya, dari 12 tampilan itu ada shirtdress dengan tangan gelembung di atas siku, boxy tops, celana pendek, hingga setelan kemeja dan celana palazzo yang bermotif garis biru, putih, dan transparan, yang merupakan penggabungan dari beberapa bahan yang disatukan menjadi motif baru.
ARSIP PATRICK OWEN
Koleksi rancangan Patrick Owen15-1-2022
Sementara crochet bunga berwarna putih, salem, hijau muda, dan kuning muda memenuhi kemeja panjang dan rok maxi bersiluet lurus dengan sedikit belahan di bagian belakangnya. Payet bunga berwarna putih dan kuning yang timbul dipasang pada kaus putih polos dan kemeja putih berlengan gelembung di atas siku. Payet juga menghiasi aksesori berupa kerah pasang yang dapat dipadupadankan untuk busana apa pun.
Ada juga scarf persegi dengan warna dasar kuning bermotif bunga yang juga dapat dikenakan dengan beragam pakaian. ”Pakai T-shirt dengan scarfajaudah cantik. Pakai embellishment yang payet itu bisa dengan baju apa aja dan udah cantik. Enggak usah teriak-teriak, orang udah bakal ngeliat karena cantiknya natural,” ujar Patrick.
Ini pun sejalan dengan tiga frase utama yang ditekankan pada karyanya kali ini, yakni unusual beauty, relevant, dan relatable, serta light dan at ease.
Natural
Pemilihan warna juga menjadi kekuatan pada koleksi kali ini. Sesuai dengan frase utama yang diangkatnya, tak ada warna mencolok di sini. Putih mendominasi hampir semua tampilan berpadu dengan kuning muda, biru, hijau muda, salem, hingga transparan.
”Natural tone, play a big role. Transparan ini juga salah satu tone warna yang kita ingin. Bukan semata-mata transparan aja,” kata pria lulusan University of New South Wales (UNSW), Australia, ini.
Memang, sejak pertengahan 2021 hingga memasuki 2022, gelombang busana yang menerawang atau dikenal dengan istilah see through ini kembali naik daun. Namun, bagi Patrick, pilihannya ini tidak semata-mata memenuhi tren, tetapi karena spirit melalui tiga frase utama yang ingin disebarkannya lewat koleksi kali ini.
Terbukti memang, meski warna yang ditampilkan bukan warna terang, tidak beralih pandang. Justru kekuatan dalam siluet dan detail buatan tangan dapat dinikmati dengan saksama. Warna yang natural ini juga memudahkan untuk padu padan. Di sisi lain, target menonjolkan kecantikan secara alami pun tercapai. Sejalan dengan alam yang keindahannya pasti mencuri perhatian.
ARSIP PATRICK OWEN
Aksen Patrick Owen15-1-2022
Koleksi kali ini, menurut rencana, juga akan ditunjukkan secara langsung melalui private session pada akhir Januari 2022. Pilihan ini diambil sebagai jalan tengah. Sebab, untuk mengadakan peragaan busana secara umum belum jadi opsi baginya mengingat situasi dan kondisi saat ini. Namun, pengalaman melihat secara langsung tetap perlu untuk suatu koleksi busana.
”Online itu lebih untuk membangun awareness. Offline itu orang bisa experiencing. Contohnya begini aja, orang ngelihat foto sebuah bunga dengan melihat bunga secara langsung itu jelas berbeda yang dirasakannya. Begitu pula dengan busana. Tapi, kalau fashion show, belum ya. Jadi private session dulu,” ujarnya.