Masker kain yang modis dan penuh warna bisa membantu kelestarian lingkungan.
Oleh
Soelastri Soekirno dan Riana A Ibrahim
·6 menit baca
KOMPAS/RIZA FATHONI
Koleksi masker bertema wayang oleh desainer Ghea Sukasah Panggabean.
Pandemi korona membuat semua orang wajib melindungi diri sendiri dan orang lain, antara lain dengan memakai masker. Disayangkan, demi alasan praktis, sebagian orang memilih masker sekali pakai yang tak sehat bagi sesama dan bumi kita. Demi kebaikan bersama, yuk kembali memakai masker kain yang lebih sehat.
Tak usah khawatir tak bisa mengikuti mode terkini jika memakai masker kain. Justru para desainer terus berinovasi membuat motif masker-masker cantik dan lucu yang akan membuat penampilan makin ciamik. Desainer Lenny Agustin yang selalu menampilkan gaya muda dan ceria tetap membuat masker lucu yang memunculkan rona keceriaan.
Adapun desainer senior Ghea Panggabean tetap membuat masker bergaya klasik nan elegan, tak lekang oleh waktu dan pergantian mode lewat masker seri wayang beber, wayang purwa, dan kamasan (wayang Bali).
Ghea yang ditemui di butiknya di kawasan Menteng, Jakarta Pusat, Kamis (6/1/2022), menunjukkan puluhan koleksi masker kain karyanya. Semua masker bergambar wayang yang dicetak di atas kain satin atau katun dicampur scuba di bagian luar dan hanya katun di bagian dalam. Pilihan jenis kain tersebut agar pemakai merasa nyaman.
”Jatuhnya masker di hidung enak dan nyaman saat dipakai, ukurannya pun pas, dan menutup hidung sampai dagu. Katun di bagian dalam juga sangat nyaman bagi pemakai. Tak membuat sesak bernapas dan panas,” jelasnya.
KOMPAS/RIZA FATHONI
Koleksi masker bertema wayang satu setel dengan busana, topi, dan tas oleh desainer Ghea Sukasah Panggabean.
Sebelum menjualnya, ia berkali-kali membuat masker kain sampai menemukan ukuran pas bagi wajah orang dewasa. Ia juga menambah kantong di dalam maskernya untuk menambahkan kain atau tisu sebagai pelapis tambahan.
Sebenarnya pilihan membuat masker kain diambil secara tak sengaja. Pada akhir tahun 2019, Ghea membuat set cangkir dan gelas bergambar wayang. ”Aku senang wayang. Ketika masih sekolah di SD, aku tinggal di Yogyakarta sehingga mengenal budaya Jawa, termasuk wayang yang penuh filosofi,” tutur Ghea.
Pengetahuannya tentang wayang makin bertambah dengan banyak membaca komik tentang wayang. Semua cerita pewayangan, seperti Ramayana, Mahabharata, misalnya, sudah ia lahap sejak kecil dan mengisi jiwanya.
ARSIP GHEA FASHION STUDIO
Masker modis
Menurut Ghea, ia memilih produk dengan seri wayang untuk mengenalkan budaya Indonesia, baik kepada pembeli di dalam negeri maupun luar negeri. Ketika penularan virus korona menghebat sehingga menjadi pandemi, bisnis mode miliknya sepi. Toko dan unit produksi juga harus tutup.
”Yang terpikir saat itu bagaimana nasib 40 karyawan saya? Kemudian orang mulai mencari masker kain. Saat itulah saya membuat masker kain dari sisa bahan jumputan. Eh, laku,” kata Ghea.
Permintaan terus naik. Terbetiklah ide untuk membuat masker kain bergambar wayang, seperti pada baju dan cangkir. Kedua putri kembarnya, Amanda dan Janna, kemudian mengenalkan lewat media sosial. Tak disangka, permintaan berdatangan. Tak kurang dari 2.000 masker kainnya terjual. Bahkan, Kedutaan Besar Indonesia di India dan negara lain ikut memesan masker untuk dipakai pada acara nonton bareng pementasan sendratari Ramayana di India.
ARSIP GHEA FASHION STUDIO
Masker modis
Tak berhenti pada masker bergambar Rama-Sinta, Ghea juga membuat masker bergambar Srikandi, Krisna, dan lainnya. Masker berwarna dasar hitam, coklat muda laris dipesan orang. ”Sampai sekarang masih banyak yang cari warna itu,” kata Ghea. Inovasi terus ia lakukan. Pada Natal dan Tahun Baru lalu, ia meluncurkan masker kain bergambar wayang dengan manik-manik cantik warna merah, hijau. Ia menjual masker dari harga Rp 195.000 hingga Rp 395.000 (masker manik).
”Saya akan tetap melayani pembelian. Walau stok habis, kami akan buatkan lagi,” kata Ghea yang melengkapi masker kain karyanya dengan keterangan agar pembeli paham mengenai wayang. Ia bahkan membuat tempat khusus untuk pemesan yang mengirimkan hadiah masker kain bergambar wayang lengkap dengan tas.
ARSIP GHEA FASHION STUDIO
Masker modis
Tidak mudah
Desainer Lenny Agustin juga tak berhenti membuat masker meski permintaan masker kain kini menurun. Pada awal pandemi sampai pertengahan 2021, pesanan mencapai 3.000 masker tiap bulan. Motif warna-warni yang ditawarkannya menjadi daya tarik tersendiri.
Semula sasarannya anak-anak agar mereka bersedia mengenakan masker. Masker kain dengan motif animasi karakter ”My Little Pony” laku keras. Pembuatannya diakui tidak mudah karena ia harus memotong kain secara pas agar gambar karakternya tetap utuh.
Belakangan orang dewasa pun mulai melirik dan berburu masker kainnya, bahkan banyak keluarga yang memesan seragam untuk acara tertentu. Lembaga seperti Polri pun turut memesan. Ada juga yang menjadikan masker produksinya sebagai cendera mata pernikahan atau hadiah.
ARSIP LENNY AGUSTIN
Masker modis karya Lenny Agustin.
”Kenapa warna-warni, ini sesuai dengan karakter desain baju yang aku buat juga selalu cheerful. Orang-orang suka juga ternyata karena bisa membawa vibes lebih happy dan ceria di tengah pandemi ini. Penting juga kan booster saat pandemi seperti ini,” tutur Lenny.
Tadinya, harga yang dipatok sebesar Rp 10.000-Rp 12.000 per masker. ”Itu diprotes katanya kok murah banget. Karena niat awal juga sekalian charity gitu dan enggak ambil untung. Tapi diprotes, ha-ha-ha. Harganya akhirnya naik, tetapi hasilnya tetap disumbangkan, misal untuk pemenuhan sembako di daerah sekitar,” ujarnya.
Namun, saat ini, masker sekali pakai menjadi primadona dan mulai berkreasi dengan aneka warna dan motif sehingga makin menggeser popularitas masker kain ini. Di sisi lain, masker sekali pakai dipilih karena dirasa lebih aman menghalau virus. Padahal, ia melihat sampah masker medis yang menggunung bahkan kerap terlihat dibuang sembarangan.
Ia berharap tren masker kain dapat berlanjut kembali. Untuk keamanan terkait kesehatan, Lenny memberikan keleluasaan kepada para peminat masker besutannya untuk memilih kain dan tebal lapisan yang ia anggap nyaman dan aman.
”Umumnya dua lapis, tetapi kalau ada yang meminta tiga atau empat lapis juga boleh. Yang pasti keamanan diutamakan. Kain juga bisa milih. Umumnya, aku pakai katun, satin, dan sempat poliester. Tapi pelapisnya hampir selalu katun karena itu paling nyaman memang,” ujar perempuan yang semula akrab mengolah kebaya dan wastra.
Perihal penggunaan masker sekali pakai yang makin naik, data yang dihimpun Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta mencatat, hanya dalam tempo enam bulan (April-Desember 2021), ada 1,5 ton limbah masker sekali pakai dari rumah tangga. Angka itu belum mencatat masker sekali pakai dari rumah sakit, mal, dan tempat publik lain.
Tak usah heran apabila melihat masker sekali pakai bergeletakan di tempat makan, di jalanan, atau di sekitar bak sampah yang bisa menularkan kuman ke orang yang berada di dekatnya. Bisa jadi banyak orang tidak memahami bahaya dari memakai masker sekali pakai.
Selain berdampak buruk bagi sesama manusia, jumlahnya yang amat besar juga mengancam bumi. Masker sekali pakai butuh waktu ratusan tahun untuk terurai ke pori-pori tanah. Satu-satunya cara memusnahkannya adalah dengan membakarnya di mesin insinerator. Masalahnya, belum semua daerah di Indonesia memilikinya.