Kepedulian Sosial dalam Balutan K-Pop untuk Dunia Lebih Baik
Penggemar K-Pop tidak hanya menggandrungi idola mereka melalui aksi panggung dan pesona setiap artisnya. Mereka juga membawa nilai-nilai sosial yang mendorong budaya partisipatif, seperti kepedulian terhadap sesama.
Oleh
MACHRADIN WAHYUDI RITONGA
·5 menit baca
KOMPAS/ELSA EMIRIA LEBA
Tampilan Youtube Shorts pada sebuah ponsel pintar yang menunjukkan gambar grup asal Korea Selatan BTS, Jakarta, Jumat (23/7/2021). Youtube Shorts secara resmi meluncur di Indonesia pada 23 Juli 2021. Untuk menarik pengguna, Youtube bekerja sama dengan BTS untuk mengadakan #PermissiontoDance challenge hingga 14 Agustus 2021.
Penggemar musik populer Korea Selatan atau dikenal dengan K-Pop tidak hanya menjadi konsumen budaya di tengah peradaban. Mereka ikut berkontribusi membentuk budaya partisipatif atau aktivisme di ranah digital, dan itu juga terjadi di Indonesia.
Para penggemar tidak hanya berlomba-lomba untuk mengumpulkan foto, diskografi, atau menyukai video musik mereka di media sosial. Berbagai aksi berupa kampanye sosial, pemberian bantuan, dan kegiatan lingkungan dilakukan pada saat hari penting grup musik yang mereka gandrungi.
Salah satu grup yang tengah menjadi sorotan adalah BTS (Bangtan Sonyeondan atau Beyond the Scene), kelompok musik besutan Big Hits Entertainment yang berdiri tahun 2013. Di grup itu ada Kim Namjoon (RM), Kim Seokjin (Jin), Min Yoongi (Suga), Jung Hoseok (J-Hope), Park Jimin (Jimin), Jeon Jeongguk (Jungkook), dan Kim Taehyung (V). Karya mereka merajai tangga lagu dunia lewat hits seperti ”Dynamite” dan ”Butter”.
Tidak hanya memukau para penggemar dengan musik dan aksi di panggung, mereka mampu menggerakkan penggemarnya secara sosial. Karlina Octaviany (36), salah satu penggemar BTS asal Jakarta, menyadari hal itu sekitar tahun 2020 dan memutuskan aktif di dalam berbagai kegiatan ARMY, sebutan untuk penggemar BTS.
”Saya sudah mulai mengikuti BTS sejak tahun 2017 saat menjadi penulis musik. Setelah mengikuti berbagai kegiatannya, saya melihat para penggemar membawa beragam isu-isu sosial di setiap kegiatan. Ini menjadi hal menarik sehingga saya ikut menjadi ARMY,” ujarnya saat dihubungi di Bandung, Sabtu (11/9/2021).
BIG HIT ENTERTAINMENT
Grup K-Pop asal Korea Selatan, BTS atau Bangtan Boys.
Menurut Karlina, kondisi ini sejalan dengan nilai-nilai yang BTS bawakan di beberapa musik dan performanya. Dia mencontohkan, salah satu lagu BTS, Silver Spoon (Baepsae), menceritakan kondisi generasi muda yang mendapatkan tekanan dari hierarki sosial di Korsel.
”BTS ini sendiri terdiri dari masyarakat yang teropresi, masyarakat yang termarjinalkan. Jadi, banyak penggemar yang merasa relate sehingga memberikan dukungan. Ini tidak hanya sekadar kekaguman dari apa yang terlihat,” ujarnya.
Militansi ARMY terhadap aksi sosial kerap terlihat dari berbagai kegiatan yang mereka adakan. Setiap ada hari penting bagi para penggemar, seperti ulang tahun dari salah satu anggota, hari berdirinya BTS, dan terbentuknya ARMY dari setiap negara, selalu diisi dengan berbagai kegiatan.
Pengaruhnya tidak main-main. Jutaan rupiah terkumpul untuk menggalang dana sosial hingga ribuan pohon ditanam di saat idola mereka ulang tahun. Karlina mencontohkan, grup fanbase yang dia ikuti mampu mengumpulkan Rp 38 juta dalam seminggu saat menyambut hari ulang tahun BTS pada 13 Juni.
ARMY se-Indonesia mampu mengumpulkan Rp 250 juta di pekan ulang tahun BTS. Semua disalurkan kepada orang-orang yang membutuhkan di tengah pandemi. (Karlina Octaviany)
KOMPAS/SEKAR GANDHAWANGI
Para penggemar Blackpink menghadiri acara temu idola-penggemar di Jakarta, Selasa (14/1/2020) dalam rangka peluncuran ponsel Samsung A51 dan A71.
Dana tersebut untuk bantuan sosial bagi pengemudi ojek daring yang kesulitan di tengah pandemi. Karlina berujar, walaupun berasal dari berbagai latar belakang, para ARMY bersedia berbagi walau dengan hal kecil karena merasa sama-sama mencintai BTS.
”Bahkan, ARMY se-Indonesia mampu mengumpulkan Rp 250 juta di pekan ulang tahun BTS. Semua disalurkan kepada orang-orang yang membutuhkan di tengah pandemi,” ujarnya.
Sebagai antropolog digital, Karlina melihat BTS dan ARMY tidak hanya menjadi wadah untuk menyalurkan fanatisme semata. Di sana, mereka juga memberikan dorongan sosial hingga berbagi pengetahuan sehingga aktivisme di ranah media sosial menjadi tinggi.
”ARMY menjadi ruang aman bagi penggemarnya untuk berdiskusi. Saya suka melakukan transfer pengetahuan, tentunya dengan bahasa yang mudah dipahami. Biasanya diskusi diadakan di media sosial, terkadang kami juga membuka zoom meeting,” ujarnya.
Gelombang Korea
Kondisi ini tidak terlepas dari empasan gelombang budaya populer Korea (Hallyu) yang melanda Indonesia, bahkan global. Tidak hanya K-Pop, drama Korea (drakor) juga mampu mencuri perhatian audiens sehingga memiliki banyak peminat.
NETFLIX
Adegan dalam Move to Heaven (2021), sebuah serial K-drama yang merupakan konten orisinal Netflix. Disutradarai Kim Sung-ho, serial berisi 10 episode ini tayang sejak 14 Mei 2021. Serial drama ini menceritakan tentang profesi membersihkan rumah orang yang meninggal karena berbagai sebab di Korea Selatan. Aktor yang berperan dalam film adalah Tang Joon-Sang dan Lee Je-hoon.
Di media sosial, para penggemar media sosial selalu bertanya-tanya, berkomentar, hingga memotong dan memutar kembali adegan yang mereka rasa menarik. Berbagai akun fans juga bermunculan di saat drakor yang diputar mendapatkan respon positif.
Dari survei yang dilakukan Statista tahun 2020 dan ditulis di Kompas, Selasa (9/3/2021), popularitas drakor dan K-Pop telah mendunia. Dari 8.500 responden yang tersebar di 19 negara termasuk Indonesia, mayoritas mengenal drakor. Bahkan, 13 persen responden dari masyarakat umum, bukan penggemar, merasa drakor sangat populer.
Separuh responden mengatakan cukup mengetahui drakor meski bukan bagian dari penggemar. Selain itu, dua dari sepuluh responden bahkan merasa drakor sangat populer dan mereka mengaku sangat menggemarinya.
Untuk K-Pop, survei Statista ini menunjukkan sembilan dari sepuluh responden mengaku mengetahui keberadaan K-Pop di industri musik global. Sejumlah grup K-Pop yang populer antara lain BTS, Super Junior, Blackpink, dan SuperM.
Aktivisme digital
Dosen di Faculty of Arts and Design, University of Canberra, Australia, Lee Jee Young, memaparkan penggemar K-Pop memegang nilai-nilai progresif dan berhasil membuat aktivisme daring dengan kreatif. Dengan mengatasnamakan idola mereka, penggemar K-Pop aktif dalam isu sosial dan politik di ranah digital.
KOMPAS/RADITYA HELABUMI
Pengemudi ojek daring menunjukan menu melalui layanan aplikasi pada ponsel di restoran cepat saji McDonald\'s Green Garden, Jakarta Barat, Rabu (9/6/2021). Sejumlah gerai McDonald dipadati pengojek daring dari berbagai aplikator yang akan mengambil pesanan BTS Meal, menu yang baru diluncurkan kolaborasi McDonald’S Indonesia dan salah satu grup K-pop BTS.
Dalam kuliah virtual ”K-Pop and Social Media” oleh Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Padjadjaran, Jee mencontohkan, keberhasilan ARMY yang mampu mengumpulkan dana 1 juta dollar AS untuk kampanye #MatchAMillion. Aksi sosial untuk gerakan antikekerasan terhadap warga kulit hitam atau Black Lives Matter mengumpulkan dana setara Rp 14,2 miliar ini terkumpul dalam 25 jam.
”Para penggemar K-Pop terlibat aktif dalam aktivisme sosial dan politik di ranah digital, seperti isu hak asasi manusia, kampanye sosial dan lingkungan, dan pendidikan. Penggemar BTS di Indonesia membuat gerakan positif dalam media sosial, seperti penggalangan dana korban bencana,” kata Jee, dalam kelas daring yang digelar Program Studi Hubungan Masyarakat Fikom Unpad bekerja sama dengan University of Canberra ini.
Kondisi ini menunjukkan gelombang Hallyu tidak hanya menarik perhatian publik sebagai konsumen, tetapi juga mendorong mereka bergerak merespons berbagai isu di tengah masyarakat. Kepedulian terhadap sesama hingga kritis terhadap perkembangan isu-isu yang ada muncul bersama-sama untuk tujuan mulia. Seperti kata RM, pemimpin BTS, dia dan kawan-kawannya percaya seni bisa membantu dunia menjadi lebih baik.