Mari Lewati Pandemi, dari Menjahit hingga Main Tiktok
Kehidupan yang banyak di rumah saja menyisakan banyak waktu kosong. Jika tidak dimanfaatkan, jeda waktu ini bisa menurunkan produktivitas. Kalau itu terjadi, berarti Anda selama ini kurang adaptif dengan hidup.
Oleh
MACHRADIN WAHYUDI RITONGA
·4 menit baca
KOMPAS/MACHRADIN WAHYUDI RITONGA
Septian (17), warga Kampung Ciawitali, Desa Pasirhuni, Kecamatan Cimaung, Kabupaten Bandung, belajar menjahit di tempat tetangganya, Minggu (8/8/2021).
Pandemi Covid-19 memaksa hampir semua manusia tetap bertahan di rumah lebih lama dibandingkan sebelumnya. Waktu luang akhirnya banyak tercipta. Jika bijak, jeda waktu ini bisa dimanfaatkan untuk mencoba hal baru yang menghasilkan uang hingga ketenangan diri.
Mata Septian (17) tekun mengamati tusukan jarum jahit yang menghunjam kain perca saat mengoperasikan mesin jahit di kediaman Encih (52), pengusaha jahit di Kampung Ciawitali, Desa Pasirhuni, Kecamatan Cimaung, Kabupaten Bandung. Pada Minggu (8/8/2021), adalah kali kesekian bagi Septian belajar menjahit dari tetangganya ini.
Encih mengamati kerapian dua kain yang bersatu setelah dijahit Septian. Bagi Septian, siswa kelas III sekolah menengah atas, menjahit menjadi keterampilan baru. Dia yakin, suatu saat nanti keterampilan ini akan berguna. Bukan tidak mungkin menjahit bisa membantunya mencari nafkah kelak.
”Bu Encih mengajak saya belajar menjahit di sini. Lumayan bisa mengisi waktu luang,” ujar Septian disambut anggukan Encih.
Perajin membuat sulam airguci atau arguci dalam kegiatan pelatihan wirausaha baru di Banjarmasin, Kalimantan Selatan, Rabu (14/7/2021). Selama pandemi Covid-19, permintaan pasar produk kerajinan sulam airguci merosot cukup tajam. Meskipun demikian, perajin tetap berproduksi untuk memenuhi permintaan yang datang sewaktu-waktu.
Tidak hanya Septian, Encih juga mengajak anak-anak lain di sekitar rumahnya untuk belajar menjahit saat mengisi waktu luang. Apalagi, 12 mesin jahit yang dia kelola kini jarang beroperasi karena terdampak pandemi. Pesanan konfeksinya tidak sebanyak dulu.
”Yang punya mesin jahit mengizinkan alatnya dipakai anak-anak untuk belajar. Paling penting, mereka bisa mengisi waktu luang. Apalagi kalau sudah bisa, ilmu menjahit ini bisa jadi modal untuk bekerja,” ujar Encih.
Terbaik
Dosen Manajemen Komunikasi di Fakultas Ilmu Komunikasi (Fikom) Universitas Padjadjaran, Ira Mirawati, menyatakan, waktu luang selama pandemi penting dimanfaatkan. Jika tidak, kekosongan ini bisa mengubah seseorang menjadi tidak produktif dan berdampak panjang pada pola kesehariannya.
”Kalau tidak dirancang untuk tetap produktif, kita akan bablas. Manfaatkan perangkat di sekeliling untuk mendukung niat untuk menjaga produktivitas yang konsisten,” ujarnya dalam acara ”Bincang Seru Radio 1.0 How to be Productive During Pandemi” di Radio Unpad, Jumat (6/8/2021).
Menurut Ira, niat untuk produktif harus diteruskan dengan langkah dan strategi berupa kegiatan yang konsisten dan bermanfaat. Jadi, selain mengisi waktu luang, produktivitas yang ada bisa menambah kualitas dan kemampuan diri.
Seperti Septian, Ira pun mencoba hal baru untuk menjaga produktivitasnya di tengah pandemi. Tidak tanggung-tanggung, dosen Unpad ini menjadi tiktokers, sebutan bagi pengguna akun media sosial Tiktok yang didominasi anak muda.
Meski sempat ragu, Ira tetap mencoba membuat konten edukasi terkait lika-liku perkuliahan, mulai dari menghubungi dosen sampai ujian skripsi. Ternyata, ada banyak pengguna Tiktok yang tertarik dan mengapresiasi Ira di setiap konten yang dia produksi.
KOMPAS/MACHRADIN WAHYUDI RITONGA
Potongan layar dari akun Tiktok @buiramira yang diambil di Kota Bandung, Senin (9/8/2021). Akun yang dimiliki oleh dosen Manajemen Komunikasi Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Padjadjaran Ira Mirawati ini berisi edukasi dan informasi dalam kegiatan perkuliahan.
Sejak bergabung akhir Juni 2020, akun Tiktok milik Ira, @buiramira, telah memiliki lebih dari 740.000 pengikut hingga awal Agustus 2021. Seluruh konten di akun ini disukai 11,4 juta kali (likes). Sejumlah konten bahkan disaksikan lebih dari 1 juta kali, terutama tentang cara berkomunikasi dengan dosen pembimbing hingga menghadapi sidang skripsi.
Ira membuka akun Tiktok karena program layanan curhat daring yang dia kelola bersama sejumlah dosen Fikom Unpad, yaitu Sobatmu.com, tertahan akibat pandemi. Sejumlah sosialisasi ke mahasiswa di beberapa kampus pun tersendat karena pembatasan mobilitas selama pandemi.
”Awalnya saya ragu main Tiktok karena identik dunia remaja. Namun, target program kami juga mahasiswa dan remaja. Jadi, saya coba membuat konten edukasi di Tiktok. Responsnya positif,” ujarnya.
Ira menuturkan, banyak yang mengapresiasi dan merasa terbantu dengan konten yang dihasilkan. Bahkan, dia menjadi salah satu nomine pada ajang Tiktok Awards Indonesia 2020 kategori ”Best of Learning and Education”, awal Januari 2021.
Ira pun akhirnya semakin bersemangat untuk terus menciptakan konten positif dan edukatif di tengah jeda kuliah daring dan waktu luangnya. Apalagi, dia menilai Tiktok menjadi media efektif dalam menyampaikan pesan, khususnya untuk kelompok remaja.
”Media adalah alat menyampaikan pesan secara efektif. Karena sekarang yang happening (marak) itu Tiktok, kami manfaatkan media itu sebagai edukator dan komunikatornya,” ujar Ira.
Adaptasi
Produktivitas di tengah pandemi, mulai dari mendalami hal yang baru hingga mendalami hobi, diperlukan untuk beradaptasi. Ketua Komunitas Jabar Bergerak Zillenial, Emmeril Kahn Mumtadz berujar, rendahnya produktivitas bukan sepenuhnya karena situasi pandemi. Salah satu pemicunya bisa jadi kurangnya adaptasi dari kondisi yang ada.
KOMPAS/PRIYOMBODO
Aisyah Shofyatun (10), pelajar yang bersekolah di Yogyakarta, menjadikan hobi menggambarnya sebagai salah satu pelepasan penatnya. Gambar peri bersayap ini dibuatnya di tengah pandemi dengan harapan, anak-anak dapat bisa bermain dengan bebas seperti para peri yang terbang.
”Ada banyak ruang kosong yang dirasakan generasi muda akibat pembatasan aktivitas. Ruang itu semestinya diisi aktivitas, seperti magang, pelatihan, hingga mencoba hal yang baru,” tutur putra Gubernur Jabar Ridwan Kamil ini.
Menurut Eril, aktivitas yang akan dipilih harus sesuai kebutuhan saat ini dan masa depan. Hal ini bisa memberikan konsistensi dari orang-orang yang beraktivitas. ”Semua bisa dilakukan karena waktunya banyak,” ujarnya.
Di tengah waktu luang ini, mencoba hal yang baru bisa melepaskan diri dari jerat beragam keluhan. Konsistensi melakukannya menjadi bentuk adaptasi menghadapi kebiasaan baru di tengah pandemi. Jadi, sudahi keluhanmu, mari berkarya bersama-sama.