Lewat Klepon dan Batik, Mahasiswa Indonesia Sapa Dunia
Sumpah Pemuda menjadi momentum bagi mahasiswa Indonesia yang tengah menempuh studi di luar negeri untuk menunjukkan eksistensi melalui kontribusi akademik dan kegiatan budaya.
Oleh
M Paschalia Judith J, dari Glasgow, Skotlandia
·4 menit baca
KOMPAS/M PASCHALIA JUDITH J
Mahasiswa Indonesia mendampingi pengunjung ”Indonesian Fair” dalam rangka memperingati Hari Sumpah Pemuda di gedung Glasgow University Union, Glasgow, Skotlandia, Selasa (26/10/2021).
Colette McGowan bersiap-siap melahap bola-bola hijau mungil bertabur parutan kelapa alias klepon. Berikutnya ia mulai mengunyah jenis kudapan yang baru pertama kali ia cicipi itu. Lalu berkomentar, ”Saya diberitahu untuk memakannya dalam satu gigitan sekaligus. Ternyata, rasa manis dari bagian tengahnya sangat menyenangkan. Kelapanya juga terasa.”
Bersama pisang cokelat, perkedel, dan risol, klepon disajikan di pentas kancah mancanegara. Mereka berada di dalam jajaran wadah kudapan yang tertutup dan dibagikan pada pergelaran bertajuk ”Indonesian Fair” untuk memperingati Sumpah Pemuda. Acara itu dihelat di gedung Glasgow University Union, Glasgow, Skotlandia, Selasa (26/10/2021).
Bagi Colette yang bekerja di University of Glasgow, jajanan Nusantara yang dia cicipi berkesan menyenangkan. Sebelum ia melahap klepon, mahasiswa Indonesia yang berbusana batik dan kebaya menghampirinya dan bercerita tentang setiap jenis kudapan tradisional Indonesia yang dia coba. ”Merupakan sebuah privilese untuk bisa hadir di sini dan menyaksikan anak-anak muda Indonesia begitu penuh semangat mengadakannya,” katanya.
Di seberang gerai cemilan Tanah Air terdapat area bermain. Lembaran kertas bertuliskan kata ”terima kasih”, ”sama-sama”, ”selamat datang,”, dan ”sampai jumpa” disertai pelafalan dalam bahasa Indonesia menanti untuk dibaca dan diambil. Ada juga laptop yang layarnya siap menantang pengunjung dalam kuis tebak kata bahasa Indonesia.
Nils Thörnevik, mahasiswa University of Glasgow asal Swedia, yang mencoba kuis itu, terkesan dengan sejumlah kata dalam bahasa Indonesia. Dia ingat, ”mobil” adalah ”car” dalam bahasa Inggris. ”Yang paling menarik adalah kata ’air’. Meskipun hurufnya sama dengan ’air’ (udara), ternyata artinya adalah ’water’,” ujarnya.
Bersebelahan dengan meja permainan kata terbentang sehelai kain batik bersama barisan wayang. Pada kain batik itu disematkan kertas warna-warni untuk menjawab pertanyaan ”Apa yang kamu ketahui tentang Indonesia?” dan ” Apa yang kamu suka dari Indonesia?”.
KOMPAS/M PASCHALIA JUDITH J
Sejumlah mahasiswa internasional mencicipi jajanan Nusantara yang disuguhkan di ”Indonesian Fair” dalam rangka memperingati Hari Sumpah Pemuda di gedung Glasgow University Union, Glasgow, Skotlandia, Selasa (26/10/2021).
Menurut Aubrey, mahasiswa University of Glasgow asal Amerika Serikat, desain pada kain batik itu mengingatkannya pada motif yang terinspirasi dari paisley, salah satu tanaman yang ada di Skotlandia. Baginya, kemiripan itu menandakan ada sejumlah kesamaan antara Indonesia dan Skotlandia.
Dia berpendapat, acara Indonesian Fair menjadi salah satu cara untuk mengenal beragam sudut pandang. ”Berbagi perspektif penting untuk membuat kita mengenal sudut pandang dan cara bertindak yang berbeda serta menjadi dasar agar kita dapat saling terhubung dalam menyelesaikan permasalahan global,” katanya.
Berbagi perspektif penting untuk membuat kita mengenal sudut pandang dan cara bertindak yang berbeda serta menjadi dasar agar kita dapat saling terhubung dalam menyelesaikan permasalahan global.
Dalam kesempatan yang sama, Director of International Recruitment & Partnerships University of Glasgow Ian Thomson menggarisbawahi kontribusi komunitas pemuda dari beragam negara, termasuk Indonesia maupun Skotlandia, dalam menyikapi tantangan global.
”Mengingat adanya COP 26 di Glasgow, anak-anak muda perlu bersama-sama menghadapi permasalahan iklim. Kita perlu meleburkan beragam batas dengan memahami kita sebagai umat manusia yang tinggal dalam satu planet yang sama,” tuturnya.
KOMPAS/M PASCHALIA JUDITH J
Director of International Recruitment & Partnerships University of Glasgow Ian Thomson (kiri) menerima cenderamata dari mahasiswa Indonesia dalam acara ”Indonesian Fair” yang memperingati Sumpah Pemuda di gedung Glasgow University Union, Glasgow, Skotlandia, Selasa (26/10/2021).
Menceritakan Indonesia
Perwakilan Mahasiswa Indonesian International Student Mobility Awards (IISMA) Awardee di University of Glasgow, M Solahudin Al Ayubi, memaparkan, perayaan Sumpah Pemuda yang diisi dengan kegiatan memperkenalkan budaya Indonesia merupakan salah satu bentuk diplomasi halus (soft diplomacy). Diharapkan warga lokal Glasgow dan mahasiswa internasional ”penasaran” dengan Indonesia.
Konsep peringatan Sumpah Pemuda itu, lanjut Solahudin, salah satunya dilatarbelakangi masih adanya kelompok masyarakat global yang belum mengenal Indonesia. Dia mencontohkan, ada orang yang tahu Bali, tetapi tidak tahu Indonesia.
Perayaan Sumpah Pemuda melalui pengenalan budaya Indonesia berjudul ”Nusantara” juga diadakan di University of Strathclyde, Glasgow, Rabu (27/10/2021). Selain kuliner, mahasiswa Indonesia juga mengajak pengunjung untuk bermain memasukkan paku ke dalam botol dan mengeja kata dalam bahasa Indonesia.
Sebelum acara digelar, Putu Althea Putri Wiradani, mahasiswa IISMA Awardee di University of Strathclyde, mengatakan, terdapat eksperimen sosial. Dia dan tim menanyakan tentang mata uang, lokasi, hingga musim di Indonesia kepada teman-teman mahasiswa dari negara lain.
Bahkan, ada yang mengira Indonesia memiliki musim dingin dan musim gugur. Setelah menceritakan Indonesia adalah negara tropis, mereka tertarik untuk datang ke Indonesia demi berjemur di bawah paparan matahari.
Dari eksperimen sosial itu, dia menyimpulkan, banyak warga internasional yang belum mengetahui tentang Indonesia. ”Bahkan, ada yang mengira Indonesia memiliki musim dingin dan musim gugur. Setelah menceritakan Indonesia adalah negara tropis, mereka tertarik untuk datang ke Indonesia demi berjemur di bawah paparan matahari,” tuturnya.
Azriela Aurell Novisa Sari, mahasiswa IISMA Awardee di University of Strathclyde, pun bersemangat menceritakan Indonesia kepada teman-temannya dari negara lain. Dia tidak menyangka, informasi yang biasa dia ketahui tentang Tanah Air menjadi pengetahuan baru bagi mereka.
Pada perhelatan itu, seperti dijelaskan D Danang Karuna Harjanto, mahasiswa IISMA Awardee di University of Strathclyde, terdapat pembacaan puisi, penampilan lagu ”Sajojo”, hingga cerita tentang Sumpah Pemuda. Menurut dia, Glasgow patut mengenal budaya Indonesia.
KOMPAS/M PASCHALIA JUDITH J
Perwakilan Mahasiswa Indonesian International Student Mobility Awards (IISMA) Awardee di University of Glasgow, M Solahudin Al Ayubi (kanan) dan Ketua Perhimpunan Pelajar Indonesia Greater Glasgow 2021/2022 Gilang Laksana Purnama (kiri) pada acara ”Indonesian Fair” dalam rangka memperingati Sumpah Pemuda di gedung Glasgow University Union, Glasgow, Skotlandia, Selasa (26/10/2021).
Ketua Perhimpunan Pelajar Indonesia Greater Glasgow 2021/2022 Gilang Laksana Purnama menambahkan, perhelatan budaya yang diadakan mahasiswa-mahasiswi tersebut dapat menegaskan Sumpah Pemuda merupakan salah satu tonggak sejarah yang penting bagi Indonesia kepada komunitas mancanegara.
”Sumpah Pemuda juga menjadi momentum bagi mahasiswa Indonesia yang tengah menempuh studi di luar negeri untuk menunjukkan eksistensinya melalui kontribusi akademik dan lingkup yang lebih besar,” katanya.
Tak ada tangan yang bergandengan tanpa perkenalan. Mengenalkan budaya mencerminkan niat pelajar Indonesia untuk membuka diri pada negara lain agar dapat bergandengan tangan menghadapi tantangan dunia.