Dengan Gerilya, Mahasiswa Bisa Jadi Ujung Tombak Energi Bersih
Dunia kini tengah memperlambat laju perubahan iklim, salah satunya dengan inovasi yang mendorong pemanfaatan energi bersih. Mahasiswa dapat menjadi bagian untuk memecahkan tantangan global tersebut.
Oleh
M Pachalia Judith J
·3 menit baca
Kompas/Wawan H Prabowo
Deretan kincir angin pembangkit listrik tenaga bayu (PLTB) menghiasi puncak bukit di Dusun Tanarara, Desa Maubokul, Kecamatan Pandawai, Sumba Timur, Nusa Tenggara Timur, Rabu (3/2/2021). Sebagian besar dari 48 kincir angin yang dibangun pada 2013 itu hingga kini masih berfungsi dengan baik dalam memenuhi kebutuhan listrik masyarakat sekitar.
Melalui Gerakan Inisiatif Listrik Tenaga Surya atau Gerilya, mahasiswa dapat mengembangkan kompetensi dan keterampilan dalam energi surya. Setelah menyelesaikan program Gerilya, mereka diharapkan menjadi aktivis energi bersih yang mampu mendorong partisipasi masyarakat dan industri, khususnya dalam pemanfaatan pembangkit listrik tenaga surya atau PLTS atap.
”Saya mengajak mahasiswa untuk aktif mengikuti Gerilya sebagai proses mempelajari pemberdayaan masyarakat dan industri untuk berpartisipasi dalam menyediakan energi bersih sekaligus melestarikan lingkungan. Program ini akan melahirkan aktivis energi bersih dari generasi muda dengan turut mempercepat pemanfaatan pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) atap,” tutur Menteri ESDM Arifin Tasrif saat peluncuran program Gerilya yang diadakan secara daring, Jumat (13/8/2021).
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) berkolaborasi dengan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi menghadirkan Gerilya.
Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Nadiem Anwar Makarim menilai, dunia kini tengah memperlambat laju perubahan iklim, akibat ketergantungan pada bahan bakar fosil, salah satunya dengan inovasi yang mendorong pemanfaatan energi bersih. Mahasiswa dapat menjadi bagian untuk memecahkan tantangan global tersebut. Dia optimistis, mahasiswa bisa berperan besar dalam pembangunan berkelanjutan yang melindungi bumi sekaligus memajukan Indonesia.
Dunia kini tengah memperlambat laju perubahan iklim, akibat ketergantungan pada bahan bakar fosil, salah satunya dengan inovasi yang mendorong pemanfaatan energi bersih.
Energi Baru Terbarukan (EBT) Jenis EBT Tahun 2020 dan Target EBT Per Sumber Pembangkit Target Bauran Eenergi Nasional 2025.
Program Gerilya melibatkan 15 pengajar profesional dan 20 pendamping guna mengedukasi pentingnya pemanfaatan energi bersih serta meningkatkan kapasitas terpasang PLTS atap di Indonesia. Mahasiswa aktif jenjang sarjana (S-1) dan vokasi menjadi sasaran program ini yang turut menjadi wujud kerangka metode pembelajaran Merdeka Belajar Kampus Merdeka.
Direktur Jenderal Energi Baru, Terbarukan, dan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian ESDM Dadan Kusdiana memerinci, Gerilya diinisiasi sebagai sarana pembekalan teknis dan praktik bagi mahasiswa untuk terjun langsung dalam pengembangan PLTS atap, mulai dari perencanaan, pemasangan, pengoperasian, dan pengkajian keekonomian, komersialisasi, hingga pemasaran. Program selama satu semester ini terdiri dari tiga bulan pembekalan dan tiga bulan berikutnya praktik.
Mahasiswa yang berminat mengikuti Gerilya dapat mendaftarkan diri secara daring pada 13-20 Agustus 2021 dengan mengunjungi laman https://www.esdm.go.id/id/page/gerilya. Tahap setelah pendaftaran terdiri dari pengumuman seleksi administrasi pada 21 Agustus 2021, tes tertulis pada 22 Agustus 2021, wawancara pada 23-24 Agustus 2021, serta pengumuman peserta pada 25 Agustus 2021.
PLTS atap menjadi obyek program karena peluang pemanfaatannya menjanjikan. Potensi PLTS atap mencapai 32.500 megawatt (MW) dan dapat dipasang di skala rumah tangga, industri, bisnis, hingga perkantoran. Jumlah pengguna pun meningkat dari 350 pelanggan pada awal 2018 menjadi sekitar 4.000 pelanggan pada saat ini.
Dalam bauran energi baru terbarukan (EBT), PLTS atap dapat meningkatkan kontribusi energi surya yang potensinya lebih dari 200.000 MW. Hingga 2020, pemanfaatan energi surya di Indonesia baru 153 megawatt. Jumlah ini perlu ditingkatkan guna mencapai target bauran EBT sebesar 23 persen dalam bauran energi nasional pada 2025.
Gerilya diinisiasi sebagai sarana pembekalan teknis dan praktik bagi mahasiswa untuk terjun langsung dalam pengembangan PLTS atap, mulai dari perencanaan, pemasangan, pengoperasian, dan pengkajian keekonomian, komersialisasi, hingga pemasaran.
Petugas mengisi daya mobil listrik di Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum (SPKLU) Pertamina, Jalan Fatmawati, Jakarta, Selasa (15/12/2020). Gerai SPKLU ini merupakan bentuk komitmen PT Pertamina (Persero) untuk mendorong tumbuhnya ekosistem kendaraan listrik dan mendukung penggunaan energi bersih serta energi terbarukan di Indonesia. SPKLU komersial yang terpasang di SPBU Fatmawati ini merupakan stasiun pengisian daya fast charging 50 kW yang mendukung pengisian daya dari berbagai tipe gun mobil listrik di Indonesia.
Pelaksana Tugas Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi, Riset, dan Teknologi Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Nizam menambahkan, terdapat sekitar 4.000 perguruan tinggi di Indonesia yang berpotensi menjadi pelanggan PLTS atap. ”Kalau 10 persen dari perguruan tinggi memasang masing-masing 1 MW saja, kontribusinya pada peningkatan EBT tergolong lumayan,” katanya.
Pelabuhan hijau
Tak mau ketinggalan, industri dan bisnis turut meningkatkan pemanfaatan energi surya. Hal ini tampak dari penandatanganan nota kesepahaman antara Badan Pengusahaan Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Sabang (BPKS), PT Empat Mitra Indika Tenaga Surya (EMITS), dan Enertec Mitra Solusi (ENERTEC) untuk mewujudkan Pelabuhan Bebas Sabang menjadi pelabuhan hijau (green port). Deputi Koordinator Bidang Kedaulatan Maritim dan Energi Kementerian Koordinator Bidang Maritim dan Investasi Basilio Dias Araujo menyaksikan penandatanganan tersebut.
”Kerja sama ini bertujuan memajukan potensi Sabang sebagai kota niaga dan pelabuhan bebas melalui pengembangan infrastruktur PLTS atap. Kolaborasi ini juga sudah mengintegrasikan kajian bisnis dan investasi dengan keterlibatan investor domestik dan luar negeri, termasuk dalam pengembangan sarana dan prasarana, terutama di Pelabuhan Sabang,” ujar Basilio dalam siaran pers.
Menurut Managing Director ENERTEC, sekaligus Wakil Ketua Umum Asosiasi Energi Surya Indonesia Mada Ayu Habsari, penggunaan PLTS dapat menekan biaya pengoperasian kelistrikan dan menurunkan tagihan listrik di Kota Sabang. Selain itu, pemanfaatan PLTS atap turut menumbuhkan tenaga kerja lokal karena ENERTEC dan EMITS berkolaborasi dengan pemuda setempat untuk melakukan perawatan.