Penyelenggaraan Pembelajaran Tatap Muka 100 Persen, Sekolah di Kota Kupang Tunggu Petunjuk Atasan
Sebanyak 217 sekolah dasar dan sekolah menengah pertama di Kota Kupang masih menunggu petunjuk dari dinas pendidikan dan kebudayaan setempat terkait penyelenggaraan PTM digelar 100 persen.
Oleh
KORNELIS KEWA AMA
·4 menit baca
Kompas/ Kornelis Kewa Ama
Peresmian dua gedung SD di Desa Tanglapui 2, Kecamatan Alor Timur, Kabupaten Alor, NTT, Rabu (25/10/2017). Siswa SD Tanglapui 2 sedang membawa tas berisikan alat sekolah yang juga sumbangan dari pembaca Kompas. Dua unit sekolah ini dibangun pembaca Kompas melalui Yayasan Dana Kemanusiaan Kompas.
KUPANG, KOMPAS — Sebanyak 217 sekolah dasar dan sekolah menengah pertama di Kota Kupang masih menunggu petunjuk dari dinas pendidikan dan kebudayaan setempat. Saat ini kegiatan belajar mengajar masih berlangsung secara terbatas. Paling penting bagaimana membangun kesadaran siswa menerapkan protokol kesehatan secara ketat di sekolah dan di luar sekolah.
Kepala Sekolah Menengah Pertama 11 Naimata, Kota Kupang, Warmansyah, Selasa (4/1/2022), mengatakan, jumlah siswa di sekolah itu 956 orang. Sejak Juli 2021 sampai awal masuk sekolah tahun ajaran 2022, murid masih menjalani kegiatan belajar mengajar (KBM) terbatas.
Dia mengakui sudah mengetahui melalui media massa mengenai kebijakan pemerintah pusat untuk pembelajaran tatap muka 100 persen. Kendati demikian, pengelola sekolah harus menunggu petunjuk teknis dari Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Kupang. ”Apakah nanti satu rombongan belajar tetap 15-20 orang seperti berlangsung selama masa PTM terbatas, atau 30-40 siswa seperti semula. Kami tunggu saja,” katanya.
Selama PTM terbatas, setiap rombongan belajar berjumlah 15-20 anak, sesuai petunjuk 50 persen. Setiap siswa mengikuti PTM terbatas tiga hari dalam satu pekan, dengan durasi 1 -2 jam per hari, sebelumnya 8 jam per hari.
Guru Lambertus Klau Seran (42) sedang menulis di papan tulis, menjelaskan materi kepada para siswa SMA Sta Maria Ratu Rosari di Desa Mota Ulun Kecamatan Malaka Barat, Belu, NTT, Senin (23/7/2018). Ruang kelas ini tanpak berantakan karena keseluruhan gedung sekolah sedang dalam keadaan rusak parah, bahkan terancam roboh. Meski demikian sekolah ini tetap mengukir prestasi di tengah segala keterbatasan.
Dalam PTM terbatas itu guru menjelaskan materi yang benar-benar sulit dipahami siswa, kemudian dilanjutkan dengan penugasan dari guru bagi siswa untuk dipelajari atau dikerjakan di rumah. Siswa diwajibkan menyampaikan pokok bahasan mana yang belum dipahami sehingga perlu dijelaskan guru selama PTM terbatas itu.
Proses PTM terbatas itu tetap menerapkan protokol kesehatan secara ketat. Sekolah menyediakan alat pengukur suhu di depan sekolah atau depan kelas, siswa mengenakan masker, dan menggunakan cairan cuci tangan yang disiapkan sekolah. Sekolah pun menyediakan sabun dan air setiap saat sehingga bisa dimanfaatkan siswa dan guru.
Kepala Sekolah Dasar Negeri Liliba Kota Kupang Johanes Tukan juga mengatakan belum menerapkan PTM 100 persen. ”Saya masih tunggu petunjuk dari dinas pendidikan dan kebudayaan Kota. Saat ini kami masih menjalankan PTM terbatas. Soal PTM 100 persen, kapan dilaksanakan, tergantung atasan, tentu dengan pertimbangan-pertimbangan khusus,” kata Tukan.
Belum merata
Ia mengatakan, vaksinasi tahap pertama bagi siswa di sekolah itu sampai 29 Desember 2021 mencapai 518 siswa dari total 864 siswa. Masih ada 346 siswa belum divaksin. Semua siswa mendapatkan vaksin Sinovac. ”Kami belum tahu kapan pelaksanaan vaksin tahap kedua. Intinya pertama selesai, dilanjutkan dengan vaksin tahap kedua bagi semua siswa,” katanya.
Anak-anak sekolah dasar berjalan seusai pulang sekolah di atas pasir putih di Desa Darat Pantai, Kecamatan Talibura, Kabupaten Sikka, NTT, Kamis (3/8/2017). Anak-anak sudah terbiasa berjalan kaki pulang sekolah yang berjarak 2,5 kilometer dari rumahnya.
Jika semua siswa telah mendapatkan vaksin lengkap, penerapan protokol kesehatan di sekolah tetap dijalankan. Hanya siswa kelas satu dan kelas dua tetap dikawal para guru dan kakak-kakak kelas karena sering lalai menggunakan masker secara benar dan rutin selama di sekolah.
Selama penerapan PTM terbatas, Juli 2021, belum ada siswa terpapar Covid-19 meski wilayah Kelurahan Liliba sempat masuk zona merah Covid-19. Kini, kasus Covid-19 di kelurahan itu sisa tiga orang dan dirawat di rumah sakit.
Jangan tunggu kasus meledak kemudian PTM terbatas diterapkan lagi. Mumpung penyebaran kasus itu masih sedikit, kita hilangkan dulu, lalu bebas beraktivitas. (Riwu Kaho)
Hari pertama dan kedua masuk sekolah, sebagian besar siswa dan guru masih melakukan pembersihan halaman sekolah untuk mengatasi nyamuk demam berdarah dengue (DBD) yang saat ini sedang melanda Kota Kupang. Mereka mengubur kaleng bekas, menguras bak dan kamar mandi, membersihkan rumput-rumput di halaman sekolah sebagai tempat sarang nyamuk, dan membersihkan got atau selokan air.
Jumlah sekolah dasar dan sekolah menengah pertama di Kota Kupang 217 unit, terdiri dari SD sebanyak 154 unit dan SMP 63 unit. Total siswa 170.000 orang terdiri dari siswa SD sebanyak 125.000 anak, dan siswa SMP 45.000 orang. Jumlah guru dan pegawai tingkat SD dan SMP sebanyak 1.020 orang.
Pelajar Sekolah Menengah Pertama Silawan di Kabupaten Belu, Nusa Tenggara Timur, mengantre untuk menukarkan uang di mobil Teras BRI di Pos Lintas Batas Negara (PLBN) Mota’ain, Atambua, Kabupaten Belu, Nusa Tenggara Timur, Senin (17/7/2017). PLBN Mota’ain adalah perbatasan antara NTT di wilayah RI dan Timor Leste.
Paul Hekin, guru Agama di SMKN I Lewoleba Lembata, mengatakan belum ada petunjuk dari Pemprov NTT soal PTM 100 persen. Sekolah itu masih menerapkan PTM terbatas, tetapi setiap hari siswa masuk kelas.
”Jumlah siswa 415 anak. Setiap rombongan belajar sebanyak 18-20 siswa. Mereka masuk setiap hari, masing-masing rombongan belajar mengikuti KBM dua jam,” kata Hekin.
Ketua Dewan Pendidikan NTT Simon Riwu Kaho mengatakan, Covid-19 tidak akan hilang. Paling utama bagaimana guru membangun kesadaran siswa untuk menjalankan protokol kesehatan di sekolah dan selama mereka di rumah atau lingkungan masyarakat. Masih banyak siswa yang mengabaikan protokol kesehatan karena kesadaran untuk itu masih rendah.
Soal PTM 100 persen, ia mengatakan, pemerintah jangan gegabah. Kasus Covid-19 varian baru, Omicron, sedang mengancam. ”Jangan tunggu kasus meledak kemudian PTM terbatas diterapkan lagi. Mumpung penyebaran kasus itu masih sedikit, kita hilangkan dulu, lalu bebas beraktivitas,” kata Riwu Kaho.
Siswa kelas 1 dan kelas 2 SD Katolik Gulung di Desa Pong Ruan, Manggarai Timur, NTT, hingga Kamis (29/3/2015) masih memanfaatkan rumah ibadah untuk KBM-nya setelah bangunan sekolah rusak parah akibat bencana puting beliung, 14-17 Maret lalu.
Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Kupang Dumul Djami mengatakan sedang berkoordinasi dengan dinas kesehatan dan Satgas Covid-19 terkait kebijakan pemerintah pusat mengenai PTM 100 persen itu. ”Sedang dibahas dengan semua pihak terkait,” katanya.