BerandaOlahragaTesting publish article A...

Testing publish article Arga

testing public article

Oleh Arga -

23 Sep 2024 13:04 WIB · Olahraga

MILAN, SENIN — Dua kemenangan beruntun di Stadion San Siro menjadi cara AC Milan mengirim sinyal kebangkitan mereka di musim ini. Seiring belum adanya tim yang konsisten meraup kemenangan beruntun, kans Milan untuk merangsek ke papan atas terbuka lebar di pekan-pekan selanjutnya. Memasuki pekan kelima, Torino merebut capolista alias puncak klasemen dari Udinese.

Inter Milan merasakan perbaikan permainan Milan di bawah asuhan Paulo Fonseca pada laga Derby della Madonnina, Senin (23/9/2024) WIB, di Stadion Giuseppe Meazza, nama lain San Siro ketika Inter menjadi tuan rumah. Milan mengejutkan Inter, sang juara bertahan Liga Italia, dengan keunggulan 2-1.

Milan membuka keunggulan pada menit ke-10 melalui aksi solo run ”Kapten Amerika”, Christian Pulisic. Penyerang sayap bernomor punggung 11 itu hanya butuh lima detik untuk menggetarkan jala gawang Inter yang diawali keberhasilannya mencuri bola dari pemain Inter, Henrikh Mkhitaryan, lalu mendribel bola untuk mengungguli empat pemain Inter hingga menaklukkan kiper, Yann Sommer.

Meskipun Inter sempat menyamakan skor melalui sepakan bek sayap kiri Federico Dimarco pada menit ke-27, ”I Rossoneri” mengunci kemenangan berkat sundulan bek tengah Matteo Gabbia ketika waktu normal babak kedua tersisa satu menit.

Baca juga: AC Milan Meraba Identitas, Inter Milan Menjaga Tren Menang

Duel derbi itu adalah gim kedua Gabbia diturunkan sejak sepak mula di musim ini. Gabbia menyambut tendangan bebas gelandang Belanda keturunan Indonesia, Tijjani Reijnders.

Setelah meraih dua kemenangan beruntun, sebelumnya menaklukkan Venezia, 4-0, Milan merangkak naik ke peringkat ketujuh berkat raihan delapan poin. Milan menyamai koleksi poin Inter, tetapi mereka satu posisi di bawah rival sekotanya itu akibat inferior selisih gol. I Rossoneri hanya berjarak tiga poin dari Torino yang memuncaki papan klasemen pekan kelima.

AFP/GABRIEL BOUYS

Gelandang Inter Milan Henrikh Mkhitaryan (kiri) berebut bola dengan penyerang AC Milan Christian Pulisic pada laga Serie A di San Siro, Milan, Senin (23/9/2024) dini hari WIB.

”Laga derbi ini sudah lama tidak Milan menangkan. Tentu ini adalah hasil yang penting bagi performa kami saat ini. Saya melihat pemain menampilkan keberanian sehingga kami pantas menang. Saya tidak ingat melihat tim lain yang menyulitkan Inter seperti kami,” ujar Fonseca seusai pertandingan dilansir La Gazzetta dello Sport.

Keberhasilan Milan mengalahkan Inter seusai enam gim beruntun kalah dalam Derby della Madonnina tidak lepas dari pendekatan taktik Fonseca. Memang laga berjalan sesuai prediksi yang melihat Inter lebih dominan menekan Milan di zona pertahanan sendiri, tetapi Milan tampil baik dalam menjalankan transisi negatif dan positif.

Milan membiarkan Inter lebih superior dalam mengendalikan bola yang terlihat dengan catatan 57 persen penguasaan bola dan 504 operan, sedangkan Alvaro Morata dan kawan-kawan hanya menghasilkan 398 operan dari 43 persen penguasaan bola.

Baca juga: Pahit Manis Wajah Baru Juventus

Namun, Milan menghasilkan peluang lebih banyak dengan 16 tembakan. Tingkat akurasi tembakan itu mencapai 50 persen karena delapan tembakan tepat sasaran. Adapun Inter hanya empat kali menguji kiper Milan Mike Maignan dari 13 kali percobaan tembakan.

Peran anyar Morata

Milan menyerang lebih baik berkat menurunkan dua penyerang tengah sejak awal laga. Tammy Abrahan berduet dengan Alvaro Morata. Dalam eksekusi di lapangan, Morata lebih berperan sebagai pemain bernomor 10 alias trequartista yang mengubungkan lini tengah dengan pemain depan.

Etos kerja tinggi dengan bersedia turun menjemput bola dan kemampuan mempertahankan bola mumpuni milik Morata dimanfaatkan Fonseca untuk peran baru itu. Kehadiran Morata membuat Reijnders dan Youssouf Fofana lebih fokus menjaga keseimbangan permainan dan berduel dengan gelandang kreatif Inter. Dengan taktik itu, Milan mengimbangi tiga gelandang tengah milik Inter.

AFP/GABRIEL BOUYS

Striker AC Milan Alvaro Morata (kiri) berebut bola dengan gelandang Inter Milan Turkish Hakan Calhanoglu pada laga Serie A di San Siro, Milan, Senin (23/9/2024) dini hari WIB.

”Morata memiliki peran yang sama dengan Reijnders sebelumnya (sebagai gelandang serang), tetapi Morata memiliki kemampuan lebih baik untuk memaksimalkan ruang di lini serang. Jadi, tidak ada perubahan struktur permainan, hanya kami melakukan sedikit perbedaan,” tutur Fonseca.

”Milan tampil lebih baik dari kami. Kami lakukan pendekatan yang keliru dan tidak dalam bentuk permainan yang seharusnya. Kami juga kurang bermain sebagai sebuah tim,” kata Pelatih Inter Simone Inzaghi dilansir Sky Sport Italia.

Gabbia menyatakan, pemain-pemain Milan telah memetik hasil dari kemauan mereka untuk memberikan kemampuan maksimal di pertandingan. ”Saya berharap semangat kami ini bisa bertahan menjadi identitas tim. Kami selalu berada di sisi pelatih walaupun banyak hal dikatakan di luar,” ujarnya.

Nyaris setengah abad

Setelah dua laga besar pekan kelima, yakni Juventus kontra Napoli dan derbi duo Milan, puncak klasemen diambil alih oleh Torino yang tampil apik awal musim ini. ”Si Banteng” menggeser Udinese yang menelan kekalahan pertama akibat tumbang 0-3 dari AS Roma.

Torino mengalahkan Hellas Verona, 3-2, Sabtu (21/9/2024) WIB. Alhasil, anak asuhan Paolo Vanoli memiliki 11 poin. Mereka unggul satu poin dari Napoli dan Udinese yang berada di posisi kedua dan ketiga.

LAPRESSE VIA AP/SPADA

Pemain Torino, Che Adams (kanan), mencetak gol ke gawang Verona pada laga Serie A pada Sabtu (21/9/2024) WIB. Torino memuncaki klasemen setelah menang 3-2 pada laga ini.

Si Banteng pun mengakhiri penantian nyaris setengah abad untuk berada di peringkat pertama di pekan kelima musim. Catatan itu kali terakhir dicapai Torino pada musim 1976-1977 atau 48 tahun silam.

Dalam sejarah klub yang berdiri pada 1906 itu, mereka baru enam kali merasakan posisi puncak pada lima gim awal. Torino menduduk capolista pada pekan kelima pada 1936-1937, 1938-1939, 1947-1948, 1948-1949, dan 1976-1977. Pada periode itu, Torino dua kali mampu menjaga posisi puncak untuk merebut scudetto pada 1947-1948 dan 1948-1949.

”Kami bermain demi memberikan kebahagiaan kepada suporter. Jadi, mereka pantas bermimpi kami bisa menjaga tren performa saat ini. Namun, kami hanya berpikir untuk mempersiapkan diri dan bermain sebaik mungkin di laga-laga selanjutnya. Kami harus tetap rendah hati,” ujar Vanoli, yang membawa Venezia meraih tiket promosi Serie A pada musim lalu, seperti dikutip Tuttosport.


Cookies Injector