BerandaNusantaraPulang Mudik: Selebrasi A...

Pulang Mudik: Selebrasi Agama dan Budaya

Pulang mudik secara sosiologis sangat instrumental untuk menjaga identitas diri dan akar sosial seseorang.

Oleh Henny Haryanto

25 Mar 2025 11:57 WIB ยท Nusantara

Acara pulang mudik Lebaran selalu disambut dengan antusias oleh masyarakat layaknya sebuah selebrasi kolosal. Pulang mudik bukan sekadar melepas rindu kampung halaman, melainkan juga dihayati sebagai rangkaian rasa syukur dengan berakhirnya ibadah puasa selama sebulan.

Ada keyakinan bagi mereka yang berpuasa bahwa ampunan Tuhan yang dijanjikan dalam bulan Ramadhan akan terganjal jika antara anak dan orangtua dan antara sesama teman serta keluarga belum saling memaafkan. Makanya acara pulang mudik juga punya makna spiritual yang kental, di samping melepas rindu dan napak tilas dengan kampung halaman. Mereka berkumpul dan berhalalbihalal saling memaafkan terutama dengan keluarga dan tetangga.

Selama bulan Ramadhan umat Islam bagaikan berjalan memasuki lorong waktu yang suasananya serba bernuansa spiritual. Tiba-tiba mereka lebih dekat dengan Tuhan, dekat dengan masjid, dengan kitab suci, rajin sembahyang, rajin mendengarkan ceramah keagamaan, dan semua ucapan serta tindakannya pun serba terkontrol. Yang unik, jadwal tidur dan jadwal makan juga berubah, tetapi semuanya dilakukan dengan suka cita.

cara pulang mudik Lebaran selalu disambut dengan antusias oleh masyarakat layaknya sebuah selebrasi kolosal. Pulang mudik bukan sekadar melepas rindu kampung halaman, melainkan juga dihayati sebagai rangkaian rasa syukur dengan berakhirnya ibadah puasa selama sebulan.

Ada keyakinan bagi mereka yang berpuasa bahwa ampunan Tuhan yang dijanjikan dalam bulan Ramadhan akan terganjal jika antara anak dan orangtua dan antara sesama teman serta keluarga belum saling memaafkan. Makanya acara pulang mudik juga punya makna spiritual yang kental, di samping melepas rindu dan napak tilas dengan kampung halaman. Mereka berkumpul dan berhalalbihalal saling memaafkan terutama dengan keluarga dan tetangga.

Selama bulan Ramadhan umat Islam bagaikan berjalan memasuki lorong waktu yang suasananya serba bernuansa spiritual. Tiba-tiba mereka lebih dekat dengan Tuhan, dekat dengan masjid, dengan kitab suci, rajin sembahyang, rajin mendengarkan ceramah keagamaan, dan semua ucapan serta tindakannya pun serba terkontrol. Yang unik, jadwal tidur dan jadwal makan juga berubah, tetapi semuanya dilakukan dengan suka cita.


Cookies Injector