Meski Tahun Baru Imlek 2576 Kongzili/2025 masih tiga pekan lagi, nuansa Imlek di Kawasan Pecinan, Glodok, Tamansari, Jakarta Barat, mulai terasa. Tak hanya jual beli langsung, pedagang juga mengirimkan beragam pernak-pernik ke sejumlah daerah.
Di sela hiruk pikuk dan kemacetan lalu lintas yang berpadu dengan pembangunan proyek MRT Fase 2 Glodok-Kota, Sabtu (11/1/2025), sejumlah kios yang memerah oleh pernak-pernik Imlek mulai memenuhi trotoar Jalan Pancoran di Pasar Jaya Glodok. Kios yang memerah itu mulai dari gapura ”China Town” sampai 300 meter ke arah barat laut.
KOMPASSukar Mudjiono (49), yang telah puluhan tahun menjadi dalang wayang potehi, tengah berlatih di Klenteng Hong Tiek Hian, Surabaya, Jawa Timur, Kamis (15/1). Menjelang perayaan Tahun Baru Cina (Imlek), kelompok wayang potehi
Sukar mendapat banyak tawaran berpentas di berbagai daerah, membawakan cerita tentang kerajaan-kerajaan zaman Cina kuno. Kesenian wayang potehi saat ini hampir
punah karena kurangnya minat generasi muda untuk mempelajarinya.
Di ujung kios, Andre (40) dan salah satu rekannya tampak sibuk mengemas bunga sakura berbahan plastik setinggi 1,5 meter. Memiliki kelopak berwarna merah muda, bunga seharga Rp 2 juta itu hendak dikirim ke Klaten, Jawa Tengah.
”Permintaannya mulai ramai karena Imlek semakin dekat. Kemarin-kemarin juga ada, tetapi hari ini makin banyak,” tutur Andre yang menyewa kios di tempat itu.
Bunga-bunga hias seperti itu biasanya dimanfaatkan sebagai pajangan di rumah hingga tempat usaha. Selain sakura berukuran besar, peningkatan permintaan juga terjadi pada jenis pernak-pernik yang lain, salah satunya lampion. Kemarin Andre baru saja mengirim lampion ke Pontianak, Kalimantan Barat, dan Merauke di Papua Selatan. ”Untuk lampion ada enam variasi,” ucapnya.
Andre optimistis antusiasme warga keturunan Tionghoa menyambut Imlek tahun ini lebih ramai daripada tahun sebelumnya lantaran pesta politik telah berlalu.
Anggi (25), pedagang yang lain, juga mengakui hari ini mulai ada peningkatan transaksi ketimbang sebelumnya. Pembeli tidak saja datang langsung, tetapi juga membeli secara daring.
”Yang paling banyak diburu seperti patung dewa, shio, angpau terutama angpau itu banyak yang memburu,” ucapnya.
Mengenai harga, dia menyebut tidak banyak berbeda dengan tahun lalu. Untuk patung dewa dari bahan keramik, misalnya, yang berukuran 1 meter mencapai Rp 5 juta lebih. Sedangkan untuk gambar dewa berbahan stiker dijual mulai Rp 85.000 sampai Rp 100.000 per lembar.
Pegy (36), warga Bekasi, Jawa Barat, pun terlihat mengunjungi kios demi kios untuk belanja persiapan Imlek. Bersama keluarganya, dia tengah mencari amplop merah untuk wadah angpau, baju imlek, dan berbagai hiasan. Setiap tahun ia selalu menyempatkan diri belanja di pernak-pernik Imlek di Glodok.
“Imlek tahun ini dengan tahun-tahun sebelumnya kurang lebih sama sih. Tak ada persiapan khusus juga,” katanya.
Hanya saja Pegy berharap di tahun yang baru nanti keluarganya bisa lebih jaya, banyak rezeki, sehat, dan kondisi Indonesia bisa lebih baik. Tidak ada bencana atau apapun yang bersifat negatif.
Budayawan Tionghoa dari Cirebon Jeremy Huang Wijaya mengatakan, kemeriahan Imlek sudah mulai terasa sejak 2 Januari lalu. Di mal-mal dan hotel telah memasang dekorasi bernuansa Imlek. Namun, kemeriahan itu belum tentu mendatangkan keuntungan bisnis karena situasi ekonomi secara umum tengah lesu.
Kompas/tokKelompok Gentra Ewangga menarikan tari lampion saat
Perayaan Tahun Baru Imlek Nasional 2558 yang diadakan
oleh Majelis Tinggi Agama Khonghucu Indonesia di Jakarta
Convention Center, Jakarta, Sabtu (24/2). Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, Wapres Jusuf Kalla, dan mantan Presiden Abdurrahman Wahid, hadir.
Berdasarkan kacamata hongsui dan fengsui, tahun 2025 merupakan tahun ular kayu. Menurut dia, ular memiliki sifat licik, bisa menipu mangsa dan mengandung bisa atau racun. Adapun unsur kayu memiliki sifat mudah keropos, seperti halnya pohon juga mudah tumbang, tidak kuat air.
“Artinya akan banyak bencana, banjir, angin kencang, gelombang. Tahun ini kemungkinan juga terjadi kemarau panjang, gempa, dan ada wabah karena kayu itu mudah keropos. Namun, semoga semua baik-baik saja,” katanya saat dihu
Ular juga memiliki ciong (musuh/berlawanan) dengan naga, harimau, dan anjing. Tetapi, dia bersahabat dengan ayam, kelinci, kambing, kuda, dan babi.
Bagi mereka yang ciong, kata Jeremy, tidak boleh datang ke lokasi orang yang meninggal agar tidak terkena sial. Mereka juga harus banyak beramal dan berdoa serta hati-hati dalam berbisnis. Sedangkan bagi mereka yang tidak ciong akan memiliki banyak rezeki.
Artinya akan banyak bencana, banjir, angin kencang, gelombang. Tahun ini kemungkinan juga terjadi kemarau panjang, gempa, dan ada wabah karena kayu itu mudah keropos. Namun, semoga semua baik-baik saja.
Karena mengandung elemen kayu, kata Jeremy, maka bisnis yang cocok adalah kuliner, traveling, wisata, perkebunan, dan perikanan. Sedangkan bisnis elektronika dan kendaraan yang mengandung logam dan api tidak cocok dengan unsur kayu.
”Air dan tanah menghidupkan dan menyuburkan kayu, tetapi rayap dan angin menumbangkan pohon. Rayap artinya virus, hati-hati dengan api dapat membakar kayu,” ucapnya.
Jeremy juga mengingatkan tahun ini jangan berbisnis dengan modal besar karena sifat kayu yang mudah keropos tadi. ”Membangunnya harus di atas batu, jangan di atas pasir. Rumah kayu akan kokoh jika dibangun di atas batu. Itu semua kalau berdasarkan kacamata hongsui dan fengsui,” ucapnya.
Ekspresi kultural
Terlepas dari segala harapan dan proyeksi peruntungan tahun ini, Imlek senantiasa menghadirkan kemeriahan di berbagai penjuru dunia. Mengutip pendapat Purnawan Andra yang bekerja di Direktorat Pengembangan dan Pemanfaatan Kebudayaan, Direktorat Jenderal Kebudayaan, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi, Imlek merupakan ritus tahunan yang dirayakan kelompok etnis Tionghoa di seluruh dunia, termasuk Indonesia.
Sebagai sebuah tradisi, Imlek menjadi wahana yang berperan sebagai ekspresi kultural sekaligus representasi komunal yang reflektif dan menguatkan. Hal itu terwujud, antara lain, dalam simbolisme elemen budaya yang menyertainya, seperti memberi angpau amplop merah berisi uang dari orang yang lebih tua atau sudah menikah ke orang yang lebih muda. Itu menjadi perlambang akan harapan masa depan yang lebih baik. Juga mengunjungi dan makan malam bersama keluarga dengan menu tertentu.
Imlek memuat ikatan komunal yang di dalamnya tentang konsep hidup, norma, dan kualitas nilai keluarga. Ia menciptakan momentum dan membangun ”rumah” kontekstual sebagai sebuah entitas bersama (Kompas.id/10/2/2024).
Tidak dimungkiri, tantangan di tahun ini, terutama dari aspek perekonomian, tidaklah mudah. Namun, harapan agar kondisi di tahun ular kayu ini bisa lebih baik dari tahun-tahun sebelumnya mesti tetap dijaga.
Meski Tahun Baru Imlek 2576 Kongzili/2025 masih tiga pekan lagi, nuansa Imlek di Kawasan Pecinan, Glodok, Tamansari, Jakarta Barat, mulai terasa. Tak hanya jual beli langsung, pedagang juga mengirimkan beragam pernak-pernik ke sejumlah daerah.
Di sela hiruk pikuk dan kemacetan lalu lintas yang berpadu dengan pembangunan proyek MRT Fase 2 Glodok-Kota, Sabtu (11/1/2025), sejumlah kios yang memerah oleh pernak-pernik Imlek mulai memenuhi trotoar Jalan Pancoran di Pasar Jaya Glodok. Kios yang memerah itu mulai dari gapura ”China Town” sampai 300 meter ke arah barat laut.
KOMPASSukar Mudjiono (49), yang telah puluhan tahun menjadi dalang wayang potehi, tengah berlatih di Klenteng Hong Tiek Hian, Surabaya, Jawa Timur, Kamis (15/1). Menjelang perayaan Tahun Baru Cina (Imlek), kelompok wayang potehi
Sukar mendapat banyak tawaran berpentas di berbagai daerah, membawakan cerita tentang kerajaan-kerajaan zaman Cina kuno. Kesenian wayang potehi saat ini hampir
punah karena kurangnya minat generasi muda untuk mempelajarinya.
Di ujung kios, Andre (40) dan salah satu rekannya tampak sibuk mengemas bunga sakura berbahan plastik setinggi 1,5 meter. Memiliki kelopak berwarna merah muda, bunga seharga Rp 2 juta itu hendak dikirim ke Klaten, Jawa Tengah.
”Permintaannya mulai ramai karena Imlek semakin dekat. Kemarin-kemarin juga ada, tetapi hari ini makin banyak,” tutur Andre yang menyewa kios di tempat itu.
Bunga-bunga hias seperti itu biasanya dimanfaatkan sebagai pajangan di rumah hingga tempat usaha. Selain sakura berukuran besar, peningkatan permintaan juga terjadi pada jenis pernak-pernik yang lain, salah satunya lampion. Kemarin Andre baru saja mengirim lampion ke Pontianak, Kalimantan Barat, dan Merauke di Papua Selatan. ”Untuk lampion ada enam variasi,” ucapnya.
Andre optimistis antusiasme warga keturunan Tionghoa menyambut Imlek tahun ini lebih ramai daripada tahun sebelumnya lantaran pesta politik telah berlalu.
Anggi (25), pedagang yang lain, juga mengakui hari ini mulai ada peningkatan transaksi ketimbang sebelumnya. Pembeli tidak saja datang langsung, tetapi juga membeli secara daring.
”Yang paling banyak diburu seperti patung dewa, shio, angpau terutama angpau itu banyak yang memburu,” ucapnya.
Mengenai harga, dia menyebut tidak banyak berbeda dengan tahun lalu. Untuk patung dewa dari bahan keramik, misalnya, yang berukuran 1 meter mencapai Rp 5 juta lebih. Sedangkan untuk gambar dewa berbahan stiker dijual mulai Rp 85.000 sampai Rp 100.000 per lembar.
Pegy (36), warga Bekasi, Jawa Barat, pun terlihat mengunjungi kios demi kios untuk belanja persiapan Imlek. Bersama keluarganya, dia tengah mencari amplop merah untuk wadah angpau, baju imlek, dan berbagai hiasan. Setiap tahun ia selalu menyempatkan diri belanja di pernak-pernik Imlek di Glodok.
“Imlek tahun ini dengan tahun-tahun sebelumnya kurang lebih sama sih. Tak ada persiapan khusus juga,” katanya.
Hanya saja Pegy berharap di tahun yang baru nanti keluarganya bisa lebih jaya, banyak rezeki, sehat, dan kondisi Indonesia bisa lebih baik. Tidak ada bencana atau apapun yang bersifat negatif.
Budayawan Tionghoa dari Cirebon Jeremy Huang Wijaya mengatakan, kemeriahan Imlek sudah mulai terasa sejak 2 Januari lalu. Di mal-mal dan hotel telah memasang dekorasi bernuansa Imlek. Namun, kemeriahan itu belum tentu mendatangkan keuntungan bisnis karena situasi ekonomi secara umum tengah lesu.
Kompas/tokKelompok Gentra Ewangga menarikan tari lampion saat
Perayaan Tahun Baru Imlek Nasional 2558 yang diadakan
oleh Majelis Tinggi Agama Khonghucu Indonesia di Jakarta
Convention Center, Jakarta, Sabtu (24/2). Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, Wapres Jusuf Kalla, dan mantan Presiden Abdurrahman Wahid, hadir.
Berdasarkan kacamata hongsui dan fengsui, tahun 2025 merupakan tahun ular kayu. Menurut dia, ular memiliki sifat licik, bisa menipu mangsa dan mengandung bisa atau racun. Adapun unsur kayu memiliki sifat mudah keropos, seperti halnya pohon juga mudah tumbang, tidak kuat air.
“Artinya akan banyak bencana, banjir, angin kencang, gelombang. Tahun ini kemungkinan juga terjadi kemarau panjang, gempa, dan ada wabah karena kayu itu mudah keropos. Namun, semoga semua baik-baik saja,” katanya saat dihu
Ular juga memiliki ciong (musuh/berlawanan) dengan naga, harimau, dan anjing. Tetapi, dia bersahabat dengan ayam, kelinci, kambing, kuda, dan babi.
Bagi mereka yang ciong, kata Jeremy, tidak boleh datang ke lokasi orang yang meninggal agar tidak terkena sial. Mereka juga harus banyak beramal dan berdoa serta hati-hati dalam berbisnis. Sedangkan bagi mereka yang tidak ciong akan memiliki banyak rezeki.
Artinya akan banyak bencana, banjir, angin kencang, gelombang. Tahun ini kemungkinan juga terjadi kemarau panjang, gempa, dan ada wabah karena kayu itu mudah keropos. Namun, semoga semua baik-baik saja.
Karena mengandung elemen kayu, kata Jeremy, maka bisnis yang cocok adalah kuliner, traveling, wisata, perkebunan, dan perikanan. Sedangkan bisnis elektronika dan kendaraan yang mengandung logam dan api tidak cocok dengan unsur kayu.
”Air dan tanah menghidupkan dan menyuburkan kayu, tetapi rayap dan angin menumbangkan pohon. Rayap artinya virus, hati-hati dengan api dapat membakar kayu,” ucapnya.
Jeremy juga mengingatkan tahun ini jangan berbisnis dengan modal besar karena sifat kayu yang mudah keropos tadi. ”Membangunnya harus di atas batu, jangan di atas pasir. Rumah kayu akan kokoh jika dibangun di atas batu. Itu semua kalau berdasarkan kacamata hongsui dan fengsui,” ucapnya.
Ekspresi kultural
Terlepas dari segala harapan dan proyeksi peruntungan tahun ini, Imlek senantiasa menghadirkan kemeriahan di berbagai penjuru dunia. Mengutip pendapat Purnawan Andra yang bekerja di Direktorat Pengembangan dan Pemanfaatan Kebudayaan, Direktorat Jenderal Kebudayaan, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi, Imlek merupakan ritus tahunan yang dirayakan kelompok etnis Tionghoa di seluruh dunia, termasuk Indonesia.
Sebagai sebuah tradisi, Imlek menjadi wahana yang berperan sebagai ekspresi kultural sekaligus representasi komunal yang reflektif dan menguatkan. Hal itu terwujud, antara lain, dalam simbolisme elemen budaya yang menyertainya, seperti memberi angpau amplop merah berisi uang dari orang yang lebih tua atau sudah menikah ke orang yang lebih muda. Itu menjadi perlambang akan harapan masa depan yang lebih baik. Juga mengunjungi dan makan malam bersama keluarga dengan menu tertentu.
Imlek memuat ikatan komunal yang di dalamnya tentang konsep hidup, norma, dan kualitas nilai keluarga. Ia menciptakan momentum dan membangun ”rumah” kontekstual sebagai sebuah entitas bersama (Kompas.id/10/2/2024).
Tidak dimungkiri, tantangan di tahun ini, terutama dari aspek perekonomian, tidaklah mudah. Namun, harapan agar kondisi di tahun ular kayu ini bisa lebih baik dari tahun-tahun sebelumnya mesti tetap dijaga.