Menikmati Keajaiban Geologi Taman Bumi Kaldera Toba
Pesona Taman Bumi Kaldera Toba memang menyihir. Keajaiban geologi di sana menyuguhkan mahakarya alam yang sangat sayang dilewatkan saat libur Natal dan Tahun Baru.
Menikmati Keajaiban Geologi Taman Bumi Kaldera Toba
Suara lonceng gereja terdengar sampai ke Geosite Sipinsur di puncak bukit Kaldera Toba di Kabupaten Humbang Hasundutan, Sumatera Utara. Sore itu, cuaca dingin menyelinap di antara hutan pinus. Dinginnya menusuk hingga ke tulang. Namun, tetap saja keajaiban geologi kaldera itu menyihir wisatawan untuk berlama-lama menikmati keindahannya.
”Saya sudah mendatangi destinasi alam di berbagai belahan dunia. Rasanya tak ada satu pun yang mampu menandingi keindahan dan keajaiban Danau Toba,” kata Eliper Simanjuntak (58), wisatawan dari Kota Bontang, Kalimantan Timur, Sabtu (21/12/2024).
Pesona Taman Bumi Kaldera Toba memang menyihir. Dari atas Geosite Sipinsur yang berada 1.231 meter di atas permukaan laut (mdpl), terlihat dua pulau di Danau Toba sangat menawan, yakni Pulau Samosir dan Pulau Sibandang.
KOMPAS/NKSON SINAGAWisatawan menikmati keindahan bentang alam Taman Bumi Kaldera Toba dari Geosite Sipinsur di Kabupaten Humbang Hasundutan, Sumatera Utara, Sabtu (21/12/2024).
Sambil meringkuk menahan dingin di tengah cuaca berawan dan sesekali turun gerimis, wisatawan tak henti-henti berdecak kagum menikmati keajaiban geologi Bumi itu. Wisata alam di Taman Bumi (Geopark) Kaldera Toba kian diminati beberapa tahun terakhir setelah penerbangan langsung Jakarta-Silangit dibuka untuk menopang pariwisata Danau Toba. Dua geosite yang berada dekat Bandara Silangit semakin banyak dikunjungi, yakni Geosite Sipinsur dan Geosite Huta Ginjang di Tapanuli Utara.
Dari Bandara Silangit, Huta Ginjang dapat ditempuh dengan berkendara sekitar 20 menit dan Sipinsur sekitar 30 menit. Sipinsur dan Huta Ginjang adalah dua dari 16 geosite yang berada di Taman Bumi Kalera Toba. Keduanya berjejer di sisi Pulau Sumatera di Selatan Danau Toba.
Taman Bumi Kaldera Toba memberikan perspektif baru dalam berwisata ke Danau Toba. Wisata Danau Toba tak lagi sekedar menikmati pemandangan alam atau mandi-mandi di danau. Pariwisata berbasis Taman Bumi Kaldera Toba mencakup tiga pilar utama, yakni konservasi, pemberdayaan masyarakat lokal, dan edukasi.
Pembangunannya memadukan unsur kekayaan geologi, keanekaragaman hayati, dan kebudayaan masyarakat lokal. Narasi Taman Bumi Kaldera Toba membuat pengalaman berwisata di Geosite Sipinsur dan Huta Ginjang menjadi berbeda.
KOMPAS/NIKSON SINAGAJembatan Aek Tano Ponggol sepanjang 294 meter membentang di atas perairan Danau Toba menghubungkan Pulau Samosir (sisi kanan) dengan Pulau Sumatera, di Kabupaten Samosir, Sumatera Utara, Jumat (20/9/2024).
Di Huta Ginjang, wisatawan tak hanya menikmati keindahan alam. Mereka membaca sejumlah papan edukasi sambil merasakan magis geologi Kaldera Toba. Di papan edukasi itu disebutkan, Taman Bumi Kaldera Toba tercipta dari letusan supervulkanik Gunung Api Toba purba 74.000 tahun lalu.
Letusan gunung api itu paling dahsyat di dunia dalam 2,5 juta tahun terakhir yang meninggalkan kawah terbesar di seluruh Bumi yang kini menjadi Danau Toba. Letusannya juga mengubah kehidupan dunia.
Dari puncak Huta Ginjang yang berada di ketinggian 1.500 mdpl, terlihat Pulau Samosir di kejauhan. Disebutkan, Pulau Samosir adalah kubah lava atau sumbat lava di atas kawah raksasa Gunung Api Toba.
Pulau dengan luas sekitar 640 kilometer persegi tersebut merupakan pengangkatan dasar danau yang diperkirakan terjadi 35.000 tahun lalu. Keajaiban geologi itu semakin lengkap dengan unsur kebudayaan masyarakat lokal yang hidup di dalamnya. Pulau Samosir bisa disebut sebagai satu-satunya kubah lava gunung api yang dihuni ratusan ribu masyarakat.
Letusan gunung api itu paling dahsyat di dunia dalam 2,5 juta tahun terakhir yang meninggalkan kawah terbesar di seluruh Bumi yang kini menjadi Danau Toba.
Demikian juga dengan Pulau Sibandang yang lebih kecil. Pulau itu merupakan lava dome dasitic pasca terangkatnya Samosir. Pulau ini juga sudah dihuni turun-temurun oleh masyarakat. Di sisi Pulau Sumatera juga membentang perbukitan yang dalam istilah geologi disebut “Batak Tumor”, yakni morfologi bukit raksasa yang menjorok hingga ke perairan Danau Toba.
Kekaguman wisatawan semakin lengkap dengan narasi ilmu pengetahuan yang sangat kuat. Tusdi Siahaan (44) yang datang dari perantauannya di Kota Tangerang, Banten, tak henti-henti menuturkan kejaiban Danau Toba kepada istri dan tiga anaknya.
Dia menunjukkan Pulau Samosir dan Pulau Sibandang sebagai pulau yang terbentuk dari letusan gunung api purba. “Kami baru tiba di kawasan Danau Toba setelah perjalanan darat selama tiga hari tiga malam dari Tangerang. Keindahan Danau Toba ini pengobat lelah kami,” kata Tusdi.
Tusdi dan keluarganya baru pertama kali menikmati Danau Toba dari puncak bukit Geosite Sipinsur. Dia dan keluarganya pulang kampung untuk merayakan Natal dan Tahun Baru bersama keluarga besar sekaligus pelesiran ke berbagai destinasi di Danau Toba. Dari Sipinsur, mereka berencana melanjutkan perjalanan ke destinasi Patung Yesus Kristus Penyelamat di Bukit Sibea-Bea di Kabupaten Samosir yang merupakan patung Yesus tertinggi di dunia.
KOMPAS/NIKSON SINAGA
Taman Bumi Kaldera Toba
Unsur kebudayaan di Taman Bumi Kaldera Toba juga seharusnya bisa dikemas menjadi daya tarik wisata. Unsur ini bukan hanya pertunjukan seni, tetapi kehidupan masyarakatnya yang sudah ribuan tahun hidup di atas gunung api purba. Di lapisan abu letusan supervulkanik, masyarakat Batak membangun kebudayaan pertanian.
Di dataran tinggi di sekeliling dinding Kaldera Toba tumbuh subur kopi arabika Sumatera. Dalam perjalanan menuju Geosite Sipinsur, misalnya, wisatawan dapat melihat hamparan kebun kopi arabika Lintong yang kenikmatannya tersohor ke berbagai belahan dunia.
Wisatawan juga dapat melihat pengolahan kopi Lintong mulai dari kebun hingga menikmatinya dalam secangkir kopi. Apalagi, belakangan ini sudah muncul industri pengolahan kopi hingga kafe di berbagai tempat di Toba.
Demikian juga dengan kuliner makanan khas Toba yang terus berkembang. Wisatawan bisa menyantap berbagai jenis sambal khas dari kawasan Kaldera Toba seperti sambal andaliman, natinombur, dan sambal tuktuk. Semua itu menjadi bagian dari pembangunan pariwisata berbasis Taman Bumi Kaldera Toba.
KOMPAS/NIKSON SINAGAPetani kopi, Abdul Gani Silaban menjemur kopi arabika Sumatera Lintong di Kecamatan Lintong Nihuta, Kabupaten Humbang Hasundutan, Sumatera Utara, Jumat (21/6/2024).
Ketua Jendela Toba Mangaliat Simarmata, salah satu organisasi penggagas Taman Bumi Kaldera Toba, mengatakan, wisata berbasis geopark mulai muncul sejak pembangunan berbasis geopark digagas di kawasan itu. ”Wisatawan yang berkunjung ke kawasan Danau Toba mulai tertarik dengan konsep wisata berbasis geopark. Meskipun harus diakui belum masif sesuai dengan yang diharapan,” kata Mangaliat.
Mangaliat menyebut, pembangunan berbasis Geopark Kaldera Toba menempuh perjalanan panjang sejak 2009. Taman Bumi Kaldera Toba akhirnya diterima menjadi anggota UNESCO Global Geopark (UGGp) pada 2020.
Mangaliat menyebut, kawasan Danau Toba akan sangat menarik jika dikemas untuk wisata berbasis ilmu pengetahuan. Para ahli kaldera dunia pernah mengadakan International Workshop on Collapse Caldera (IWCC) ke-7 di Samosir pada 2018. Mereka sangat mengagumi kekayaan geologi Kaldera Toba.
Cuaca semakin dingin saat senja menjemput malam. Dari kejauhan, kapal-kapal wisata yang terlihat kecil masih hilir mudik menyeberang dari Pulau Sumatera ke Samosir. Wisatawan mengabadikan keindahannya dengan berswafoto sambil menikmati lanskap keajaiban geologi Kaldera Toba yang menyuguhkan mahakarya alam.
Suara lonceng gereja terdengar sampai ke Geosite Sipinsur di puncak bukit Kaldera Toba di Kabupaten Humbang Hasundutan, Sumatera Utara. Sore itu, cuaca dingin menyelinap di antara hutan pinus. Dinginnya menusuk hingga ke tulang. Namun, tetap saja keajaiban geologi kaldera itu menyihir wisatawan untuk berlama-lama menikmati keindahannya.
”Saya sudah mendatangi destinasi alam di berbagai belahan dunia. Rasanya tak ada satu pun yang mampu menandingi keindahan dan keajaiban Danau Toba,” kata Eliper Simanjuntak (58), wisatawan dari Kota Bontang, Kalimantan Timur, Sabtu (21/12/2024).
Pesona Taman Bumi Kaldera Toba memang menyihir. Dari atas Geosite Sipinsur yang berada 1.231 meter di atas permukaan laut (mdpl), terlihat dua pulau di Danau Toba sangat menawan, yakni Pulau Samosir dan Pulau Sibandang.
KOMPAS/NKSON SINAGAWisatawan menikmati keindahan bentang alam Taman Bumi Kaldera Toba dari Geosite Sipinsur di Kabupaten Humbang Hasundutan, Sumatera Utara, Sabtu (21/12/2024).
Sambil meringkuk menahan dingin di tengah cuaca berawan dan sesekali turun gerimis, wisatawan tak henti-henti berdecak kagum menikmati keajaiban geologi Bumi itu. Wisata alam di Taman Bumi (Geopark) Kaldera Toba kian diminati beberapa tahun terakhir setelah penerbangan langsung Jakarta-Silangit dibuka untuk menopang pariwisata Danau Toba. Dua geosite yang berada dekat Bandara Silangit semakin banyak dikunjungi, yakni Geosite Sipinsur dan Geosite Huta Ginjang di Tapanuli Utara.
Dari Bandara Silangit, Huta Ginjang dapat ditempuh dengan berkendara sekitar 20 menit dan Sipinsur sekitar 30 menit. Sipinsur dan Huta Ginjang adalah dua dari 16 geosite yang berada di Taman Bumi Kalera Toba. Keduanya berjejer di sisi Pulau Sumatera di Selatan Danau Toba.
Taman Bumi Kaldera Toba memberikan perspektif baru dalam berwisata ke Danau Toba. Wisata Danau Toba tak lagi sekedar menikmati pemandangan alam atau mandi-mandi di danau. Pariwisata berbasis Taman Bumi Kaldera Toba mencakup tiga pilar utama, yakni konservasi, pemberdayaan masyarakat lokal, dan edukasi.
Pembangunannya memadukan unsur kekayaan geologi, keanekaragaman hayati, dan kebudayaan masyarakat lokal. Narasi Taman Bumi Kaldera Toba membuat pengalaman berwisata di Geosite Sipinsur dan Huta Ginjang menjadi berbeda.
KOMPAS/NIKSON SINAGAJembatan Aek Tano Ponggol sepanjang 294 meter membentang di atas perairan Danau Toba menghubungkan Pulau Samosir (sisi kanan) dengan Pulau Sumatera, di Kabupaten Samosir, Sumatera Utara, Jumat (20/9/2024).
Di Huta Ginjang, wisatawan tak hanya menikmati keindahan alam. Mereka membaca sejumlah papan edukasi sambil merasakan magis geologi Kaldera Toba. Di papan edukasi itu disebutkan, Taman Bumi Kaldera Toba tercipta dari letusan supervulkanik Gunung Api Toba purba 74.000 tahun lalu.
Letusan gunung api itu paling dahsyat di dunia dalam 2,5 juta tahun terakhir yang meninggalkan kawah terbesar di seluruh Bumi yang kini menjadi Danau Toba. Letusannya juga mengubah kehidupan dunia.
Dari puncak Huta Ginjang yang berada di ketinggian 1.500 mdpl, terlihat Pulau Samosir di kejauhan. Disebutkan, Pulau Samosir adalah kubah lava atau sumbat lava di atas kawah raksasa Gunung Api Toba.
Pulau dengan luas sekitar 640 kilometer persegi tersebut merupakan pengangkatan dasar danau yang diperkirakan terjadi 35.000 tahun lalu. Keajaiban geologi itu semakin lengkap dengan unsur kebudayaan masyarakat lokal yang hidup di dalamnya. Pulau Samosir bisa disebut sebagai satu-satunya kubah lava gunung api yang dihuni ratusan ribu masyarakat.
Letusan gunung api itu paling dahsyat di dunia dalam 2,5 juta tahun terakhir yang meninggalkan kawah terbesar di seluruh Bumi yang kini menjadi Danau Toba.
Demikian juga dengan Pulau Sibandang yang lebih kecil. Pulau itu merupakan lava dome dasitic pasca terangkatnya Samosir. Pulau ini juga sudah dihuni turun-temurun oleh masyarakat. Di sisi Pulau Sumatera juga membentang perbukitan yang dalam istilah geologi disebut “Batak Tumor”, yakni morfologi bukit raksasa yang menjorok hingga ke perairan Danau Toba.
Kekaguman wisatawan semakin lengkap dengan narasi ilmu pengetahuan yang sangat kuat. Tusdi Siahaan (44) yang datang dari perantauannya di Kota Tangerang, Banten, tak henti-henti menuturkan kejaiban Danau Toba kepada istri dan tiga anaknya.
Dia menunjukkan Pulau Samosir dan Pulau Sibandang sebagai pulau yang terbentuk dari letusan gunung api purba. “Kami baru tiba di kawasan Danau Toba setelah perjalanan darat selama tiga hari tiga malam dari Tangerang. Keindahan Danau Toba ini pengobat lelah kami,” kata Tusdi.
Tusdi dan keluarganya baru pertama kali menikmati Danau Toba dari puncak bukit Geosite Sipinsur. Dia dan keluarganya pulang kampung untuk merayakan Natal dan Tahun Baru bersama keluarga besar sekaligus pelesiran ke berbagai destinasi di Danau Toba. Dari Sipinsur, mereka berencana melanjutkan perjalanan ke destinasi Patung Yesus Kristus Penyelamat di Bukit Sibea-Bea di Kabupaten Samosir yang merupakan patung Yesus tertinggi di dunia.
KOMPAS/NIKSON SINAGA
Taman Bumi Kaldera Toba
Unsur kebudayaan di Taman Bumi Kaldera Toba juga seharusnya bisa dikemas menjadi daya tarik wisata. Unsur ini bukan hanya pertunjukan seni, tetapi kehidupan masyarakatnya yang sudah ribuan tahun hidup di atas gunung api purba. Di lapisan abu letusan supervulkanik, masyarakat Batak membangun kebudayaan pertanian.
Di dataran tinggi di sekeliling dinding Kaldera Toba tumbuh subur kopi arabika Sumatera. Dalam perjalanan menuju Geosite Sipinsur, misalnya, wisatawan dapat melihat hamparan kebun kopi arabika Lintong yang kenikmatannya tersohor ke berbagai belahan dunia.
Wisatawan juga dapat melihat pengolahan kopi Lintong mulai dari kebun hingga menikmatinya dalam secangkir kopi. Apalagi, belakangan ini sudah muncul industri pengolahan kopi hingga kafe di berbagai tempat di Toba.
Demikian juga dengan kuliner makanan khas Toba yang terus berkembang. Wisatawan bisa menyantap berbagai jenis sambal khas dari kawasan Kaldera Toba seperti sambal andaliman, natinombur, dan sambal tuktuk. Semua itu menjadi bagian dari pembangunan pariwisata berbasis Taman Bumi Kaldera Toba.
KOMPAS/NIKSON SINAGAPetani kopi, Abdul Gani Silaban menjemur kopi arabika Sumatera Lintong di Kecamatan Lintong Nihuta, Kabupaten Humbang Hasundutan, Sumatera Utara, Jumat (21/6/2024).
Ketua Jendela Toba Mangaliat Simarmata, salah satu organisasi penggagas Taman Bumi Kaldera Toba, mengatakan, wisata berbasis geopark mulai muncul sejak pembangunan berbasis geopark digagas di kawasan itu. ”Wisatawan yang berkunjung ke kawasan Danau Toba mulai tertarik dengan konsep wisata berbasis geopark. Meskipun harus diakui belum masif sesuai dengan yang diharapan,” kata Mangaliat.
Mangaliat menyebut, pembangunan berbasis Geopark Kaldera Toba menempuh perjalanan panjang sejak 2009. Taman Bumi Kaldera Toba akhirnya diterima menjadi anggota UNESCO Global Geopark (UGGp) pada 2020.
Mangaliat menyebut, kawasan Danau Toba akan sangat menarik jika dikemas untuk wisata berbasis ilmu pengetahuan. Para ahli kaldera dunia pernah mengadakan International Workshop on Collapse Caldera (IWCC) ke-7 di Samosir pada 2018. Mereka sangat mengagumi kekayaan geologi Kaldera Toba.
Cuaca semakin dingin saat senja menjemput malam. Dari kejauhan, kapal-kapal wisata yang terlihat kecil masih hilir mudik menyeberang dari Pulau Sumatera ke Samosir. Wisatawan mengabadikan keindahannya dengan berswafoto sambil menikmati lanskap keajaiban geologi Kaldera Toba yang menyuguhkan mahakarya alam.