Apa yang bisa dipelajari dari artikel berikut ini?
- Apa penyebab kegagalan Indonesia di Piala ASEAN?
- Apa arti kegagalan ini bagi persepakbolaan Indonesia?
- Bagaimana penampilan Indonesia di Piala ASEAN?
- Indonesia tersingkir, siapa kandidat terkuat juara Piala ASEAN?
Apa penyebab kegagalan Indonesia di Piala ASEAN?
Target lolos minimal ke Piala ASEAN 2024 gagal dicapai tim nasional Indonesia. Untuk kali kelima, Indonesia tersingkir di babak penyisihan turnamen antarnegara Asia Tenggara itu.
Skuad ”Garuda” mencatatkan performa terburuk dalam format kandang-tandang di fase grup yang dimulai pada edisi 2018. Koleksi empat poin dari empat laga babak penyisihan setara dengan penampilan enam tahun lalu. Namun, koleksi gol Indonesia yang hanya empat gol lebih rendah dari koleksi lima gol tim asuhan Bima Sakti pada 2018.
Penentuan skuad yang diisi oleh mayoritas pemain di bawah 22 tahun memang menjadi buah simalakama. Di satu sisi, Indonesia ingin menjaga tradisi lolos ke semifinal bersama Pelatih Shin Tae-yong pada 2020 dan 2022. Namun, kehadiran para pemain muda itu dikelilingi situasi tidak baik yang menyebabkan mereka gagal mengeluarkan performa terbaik.
Kompas menilai terdapat tiga penyebab Indonesia tampil buruk sehingga tidak mampu lolos ke babak semifinal. Ketiganya adalah penentuan taktik dari Shin, buruknya performa lini depan, dan tak ada panutan dari pemain senior.
Apa arti kegagalan ini bagi persepakbolaan Indonesia?
Pembinaan sepak bola yang belum ideal—jika enggan disebut buruk—dan kualitas kompetisi profesional yang masih tertinggal di Asia, juga Asia Tenggara, adalah masalah sepak bola Indonesia yang telah bertahan menahun. Kiprah tim nasional Indonesia di Piala ASEAN 2024 mencerminkan kembali dua kendala itu.
Memang harus diakui, skuad Garuda telah menorehkan berbagai prestasi selama 2023. Lolos untuk pertama kali ke fase gugur Piala Asia dan dilanjutkan melaju ke putaran ketiga kualifikasi Piala Dunia 2026 adalah prestasi yang patut diapresiasi. Apalagi, Indonesia masih memiliki harapan untuk lolos ke Piala Dunia 2026.
Prestasi apik di Piala Asia 2023 dan pra-Piala Dunia 2026 ibarat ilusi dari kualitas sepak bola Indonesia yang sesungguhnya. Kehadiran sejumlah pemain diaspora, di antaranya Jay Idzes, Maarten Paes, Thom Haye, dan Calvin Verdonk, adalah kunci dari capaian bersejarah yang telah tercipta selama tahun ini.
Namun, ketika kembali ke fitrah dengan skuad Garuda murni dari pemain didikan pembinaan dalam negeri, Indonesia masih sulit bersaing di Asia. Bahkan, Indonesia tak berdaya bersaing di Piala ASEAN 2024.
Dengan kata lain, kualitas pemain hasil pembinaan dalam negeri dan ditempa di kompetisi terbaik Tanah Air sudah sulit tampil lebih baik di kawasan Asia Tenggara. Apalagi, Liga 1 Indonesia masih berada di urutan ke-25 Asia dan masih kalah kualitas dari liga negara ASEAN lain, seperti Thailand, Malaysia, Vietnam, dan Singapura.
Itu terlihat dari dua hasil di kandang, Stadion Manahan, Surakarta, Jawa Tengah. Indonesia mencetak dua rekor terburuk perdana. Untuk kali perdana, Indonesia ditahan Laos ketika main di kandang sendiri, lalu Garuda juga untuk pertama kali kalah dari Filipina di markas dalam ajang Piala ASEAN.
Bagaimana penampilan Indonesia di Piala ASEAN?
Pelatih Indonesia Shin Tae-yong gagal mempertahankan catatan positif di Piala ASEAN. Tersingkirnya skuad Garuda pada babak penyisihan turnamen antarnegara Asia Tenggara edisi 2024 itu layak disebut sebagai masa tergelap bagi Shin memasuki tahun kelima di Indonesia.
Kekalahan dari Filipina dengan skor 0-1, Sabtu (21/12/2024) malam, di Stadion Manahan, Surakarta, Jawa Tengah, pada laga pamungkas fase grup Piala ASEAN 2024 memastikan duta Grup B di babak semifinal adalah Vietnam dan Filipina.
Gol kemenangan ”The Azkals” perdana atas Indonesia di kandang pada Piala ASEAN disumbang oleh penyerang Bjorn Kristensen melalui eksekusi penalti di menit ke-62. Pada gim lain, Vietnam menumbangkan Myanmar 5-0 di Stadion Viet Tri, Vietnam.
Itu artinya Shin gagal memenuhi target minimal yang dicanangkan PSSI untuk lolos ke semifinal Piala ASEAN edisi ke-16. Shin tidak mampu mengakhiri dahaga trofi Indonesia di turnamen resmi, terutama Piala ASEAN yang menjadi lambang supremasi sepak bola kawasan Asia Tenggara.
Indonesia tersingkir, siapa kandidat terkuat juara Piala ASEAN?
Dari performa menghadapi Singapura, Selasa (17/12/2024), di Stadion Nasional Singapura, Thailand memamerkan performa paripurna. Skuad ”Gajah Perang” berpeluang menjadi negara pertama yang meraih trofi Piala ASEAN dalam tiga edisi beruntun.
Thailand menjadi tim pertama yang memastikan tiket ke semifinal turnamen sepak bola terbaik ASEAN edisi ke-16. Tim asuhan Masatada Ishii juga menyegel predikat juara Grup A sehingga mereka akan berjumpa dengan peringkat kedua Grup B yang berpeluang besar ditempati Indonesia.
Setelah mengalahkan Timor Leste dan Malaysia tanpa kebobolan, Thailand memamerkan kekuatan mental mereka untuk bangkit dari ketertinggalan dua gol dari Singapura. Gol dari Shawal Anuar (10’) dan Faris Ramli (34’) sempat membuka asa Singapura untuk tampil sempurna di Grup A sekaligus memastikan satu tempat di babak semifinal.
Akan tetapi, gol balasan dari Patrik Gustavsson pada menit 45+3 menjadi titik balik keganasan Thailand. Gajah Perang mengamuk di babak kedua sekaligus menegaskan predikat sebagai raja ASEAN berbekal tujuh trofi Piala ASEAN.
Suphanat Mueanta menyamakan skor pada menit ke-52. Kemudian, Peeradon Chamratsamee dan Teerasak Poeiphimai memastikan raihan tiga poin Thailand pada masa perpanjangan waktu babak kedua, tepatnya menit 90+3 dan 90+15.
Apa yang bisa dipelajari dari artikel berikut ini?
- Apa penyebab kegagalan Indonesia di Piala ASEAN?
- Apa arti kegagalan ini bagi persepakbolaan Indonesia?
- Bagaimana penampilan Indonesia di Piala ASEAN?
- Indonesia tersingkir, siapa kandidat terkuat juara Piala ASEAN?
Apa penyebab kegagalan Indonesia di Piala ASEAN?
Target lolos minimal ke Piala ASEAN 2024 gagal dicapai tim nasional Indonesia. Untuk kali kelima, Indonesia tersingkir di babak penyisihan turnamen antarnegara Asia Tenggara itu.
Skuad ”Garuda” mencatatkan performa terburuk dalam format kandang-tandang di fase grup yang dimulai pada edisi 2018. Koleksi empat poin dari empat laga babak penyisihan setara dengan penampilan enam tahun lalu. Namun, koleksi gol Indonesia yang hanya empat gol lebih rendah dari koleksi lima gol tim asuhan Bima Sakti pada 2018.
Penentuan skuad yang diisi oleh mayoritas pemain di bawah 22 tahun memang menjadi buah simalakama. Di satu sisi, Indonesia ingin menjaga tradisi lolos ke semifinal bersama Pelatih Shin Tae-yong pada 2020 dan 2022. Namun, kehadiran para pemain muda itu dikelilingi situasi tidak baik yang menyebabkan mereka gagal mengeluarkan performa terbaik.
Kompas menilai terdapat tiga penyebab Indonesia tampil buruk sehingga tidak mampu lolos ke babak semifinal. Ketiganya adalah penentuan taktik dari Shin, buruknya performa lini depan, dan tak ada panutan dari pemain senior.
Apa arti kegagalan ini bagi persepakbolaan Indonesia?
Pembinaan sepak bola yang belum ideal—jika enggan disebut buruk—dan kualitas kompetisi profesional yang masih tertinggal di Asia, juga Asia Tenggara, adalah masalah sepak bola Indonesia yang telah bertahan menahun. Kiprah tim nasional Indonesia di Piala ASEAN 2024 mencerminkan kembali dua kendala itu.
Memang harus diakui, skuad Garuda telah menorehkan berbagai prestasi selama 2023. Lolos untuk pertama kali ke fase gugur Piala Asia dan dilanjutkan melaju ke putaran ketiga kualifikasi Piala Dunia 2026 adalah prestasi yang patut diapresiasi. Apalagi, Indonesia masih memiliki harapan untuk lolos ke Piala Dunia 2026.
Prestasi apik di Piala Asia 2023 dan pra-Piala Dunia 2026 ibarat ilusi dari kualitas sepak bola Indonesia yang sesungguhnya. Kehadiran sejumlah pemain diaspora, di antaranya Jay Idzes, Maarten Paes, Thom Haye, dan Calvin Verdonk, adalah kunci dari capaian bersejarah yang telah tercipta selama tahun ini.
Namun, ketika kembali ke fitrah dengan skuad Garuda murni dari pemain didikan pembinaan dalam negeri, Indonesia masih sulit bersaing di Asia. Bahkan, Indonesia tak berdaya bersaing di Piala ASEAN 2024.
Dengan kata lain, kualitas pemain hasil pembinaan dalam negeri dan ditempa di kompetisi terbaik Tanah Air sudah sulit tampil lebih baik di kawasan Asia Tenggara. Apalagi, Liga 1 Indonesia masih berada di urutan ke-25 Asia dan masih kalah kualitas dari liga negara ASEAN lain, seperti Thailand, Malaysia, Vietnam, dan Singapura.
Itu terlihat dari dua hasil di kandang, Stadion Manahan, Surakarta, Jawa Tengah. Indonesia mencetak dua rekor terburuk perdana. Untuk kali perdana, Indonesia ditahan Laos ketika main di kandang sendiri, lalu Garuda juga untuk pertama kali kalah dari Filipina di markas dalam ajang Piala ASEAN.
Bagaimana penampilan Indonesia di Piala ASEAN?
Pelatih Indonesia Shin Tae-yong gagal mempertahankan catatan positif di Piala ASEAN. Tersingkirnya skuad Garuda pada babak penyisihan turnamen antarnegara Asia Tenggara edisi 2024 itu layak disebut sebagai masa tergelap bagi Shin memasuki tahun kelima di Indonesia.
Kekalahan dari Filipina dengan skor 0-1, Sabtu (21/12/2024) malam, di Stadion Manahan, Surakarta, Jawa Tengah, pada laga pamungkas fase grup Piala ASEAN 2024 memastikan duta Grup B di babak semifinal adalah Vietnam dan Filipina.
Gol kemenangan ”The Azkals” perdana atas Indonesia di kandang pada Piala ASEAN disumbang oleh penyerang Bjorn Kristensen melalui eksekusi penalti di menit ke-62. Pada gim lain, Vietnam menumbangkan Myanmar 5-0 di Stadion Viet Tri, Vietnam.
Itu artinya Shin gagal memenuhi target minimal yang dicanangkan PSSI untuk lolos ke semifinal Piala ASEAN edisi ke-16. Shin tidak mampu mengakhiri dahaga trofi Indonesia di turnamen resmi, terutama Piala ASEAN yang menjadi lambang supremasi sepak bola kawasan Asia Tenggara.
Indonesia tersingkir, siapa kandidat terkuat juara Piala ASEAN?
Dari performa menghadapi Singapura, Selasa (17/12/2024), di Stadion Nasional Singapura, Thailand memamerkan performa paripurna. Skuad ”Gajah Perang” berpeluang menjadi negara pertama yang meraih trofi Piala ASEAN dalam tiga edisi beruntun.
Thailand menjadi tim pertama yang memastikan tiket ke semifinal turnamen sepak bola terbaik ASEAN edisi ke-16. Tim asuhan Masatada Ishii juga menyegel predikat juara Grup A sehingga mereka akan berjumpa dengan peringkat kedua Grup B yang berpeluang besar ditempati Indonesia.
Setelah mengalahkan Timor Leste dan Malaysia tanpa kebobolan, Thailand memamerkan kekuatan mental mereka untuk bangkit dari ketertinggalan dua gol dari Singapura. Gol dari Shawal Anuar (10’) dan Faris Ramli (34’) sempat membuka asa Singapura untuk tampil sempurna di Grup A sekaligus memastikan satu tempat di babak semifinal.
Akan tetapi, gol balasan dari Patrik Gustavsson pada menit 45+3 menjadi titik balik keganasan Thailand. Gajah Perang mengamuk di babak kedua sekaligus menegaskan predikat sebagai raja ASEAN berbekal tujuh trofi Piala ASEAN.
Suphanat Mueanta menyamakan skor pada menit ke-52. Kemudian, Peeradon Chamratsamee dan Teerasak Poeiphimai memastikan raihan tiga poin Thailand pada masa perpanjangan waktu babak kedua, tepatnya menit 90+3 dan 90+15.