BerandaOlahragaMenangi Estafet, Tim Indo...

Menangi Estafet, Tim Indonesia Juara Dunia Yunior

Untuk Kedua Kalinya, Indonesia membawa pulang Piala Suhandinata. Indonesia menjadi tim bulu tangkis yunior terbaik dunia.

Oleh Yulia Sapthiani

07 Mar 2025 04:00 WIB · Olahraga

Tim yunior Indonesia merayakan kemenangan atas Jepang pada semifinal Kejuaraan Dunia Beregu Piala Suhandinata 2024 di Nanchang International Sports Centre, Jumat (4/10/2024). Indonesia menang dengan skor 110-105.
Humas PP PBSI
Tim yunior Indonesia merayakan kemenangan atas Jepang pada semifinal Kejuaraan Dunia Beregu Piala Suhandinata 2024 di Nanchang International Sports Centre, Jumat (4/10/2024). Indonesia menang dengan skor 110-105.

Nanchang, Sabtu— Indonesia mengalahkan Tim China di rumah mereka untuk membawa pulang Piala Suhandinata, lambang supremasi kejuaraan dunia bulu tangkis beregu yunior. Melalui perebutan poin dengan sistem estafet, Indonesia membayar kekalahan dari China pada final 2023.

Gelar dari kejuaraan untuk atlet-atlet di bawah usia 19 tahun ini menjadi yang kedua bagi Indonesia setelah 2019. Saat itu, Tim “Merah Putih” diperkuat pemain-pemain yang saat ini bersaing dalam ajang BWF World Tour, seperti Febriana Dwipuji Kusuma/Amalia Cahaya Pratiwi, Putri Kusuma Wardani, dan Leo Rolly Carnando/Daniel Marthin yang juga menjadi juara dunia yunior ganda putra.

Setelah tersisih pada semifinal 2022, Indonesia memiliki kesempatan juara saat lolos ke final di Spokane, Washington, Amerika Serikat pada 2023. Akan tetapi, Alwi Farhan dan kawan-kawan kalah 1-3 dari China di final dalam persaingan yang memainkan semua nomor dalam bulu tangkis, sama seperti Kejuaraan Piala Sudirman.

Beberapa pemain yang tampil pada final 2023, seperti Mutiara Ayu Pusputasari, Dexter Ferrel, dan Wahyu Agung Prasetyo mendapat kesempatan kedua untuk juara saat berhadapan dengan lawan yang sama dalam final, setahun kemudian. Mutiara, yang ditunjuk sebagai kapten tim, bahkan, memperkuat Indonesia pada Piala Suhandinata 2022.

Tunggal putri berusia 18 tahun itu pun tak dapat menahan tangis ketika merayakan gelar juara bersama rekan-rekannya di lapangan, setelah Pulung Ramadhan/Anselmus Breagit Fredy Prasetya mendapat poin ke-110 sebagai syarat untuk menang. Mutiara mewujudkan targetnya mengantarkan Indonesia menjadi juara dunia yunior pada kesempatan terakhirnya tampil dalam Piala Suhandinata.

Tekad itu diperlihatkan ketika dia dan teman-temannya tampil dalam laga final di Nanchang International Sports Centre, Sabtu (5/10/2024). Mereka tak gentar menghadapi lawan yang didukung hampir semua penonton di stadion.

infografik Peraturan-Piala-Suhandinata
infografik Peraturan-Piala-Suhandinata

Persaingan dalam Piala Suhandinata kali ini menggunakan sistem skor relay point. Lima nomor dipertandingkan, masing-masing, dua kali sehingga pertemuan dua tim terdiri atas sepuluh laga. Setiap laga memperebutkan poin 11 dan kelipatannya hingga salah satu tim mendapat 110 poin.

Maka, seperti nomor estafet dalam atletik, setiap pemain bertugas meneruskan skor teman mereka pada satu laga sebelumnya. Masing-masing atlet bisa tampil, maksimal, dalam empat pertandingan, tetapi, tak mendapat tambahan waktu istirahat jika bermain dalam dua laga secara beruntun.

Dalam final Indonesia melawan China, kedua tim menurunkan strategi pemilihan atlet yang sama. Pemain terbaik dari setiap nomor tampil dua kali dengan urutan tunggal putra, ganda putri, ganda campuran, tunggal putra, dan ganda putra. Pertandingan keenam hingga kesepuluh mengulang urutan tersebut.

Indonesia tertinggal 7-11 setelah Mutiara dikalahkan Xu Wen Jing pada laga pertama. Namun, situasi berbalik berkat penampilan sangat baik dari ganda putri, Isyana Syahira Meida/Rinjani Kwinara Nastine, pada laga kedua.

Untuk memperebutkan poin 22, China yang diwakili pemain ranking pertama dan ketiga dunia yunior, Chen Fan Shu Tian/Lii Jia Yue, memerlukan tambahan 11 poin, sedangkan Indonesia harus menjalani perjalanan lebih jauh, yaitu meraih 15 poin. Dengan laju yang lebih kencang, Isyana/Rinjani, meraih skor 22 lebih dulu. Mereka mengalahkan Chen/Liu dengan skor 15-4 sehingga “Merah Putih” berbalik unggul 22-15.

“Kami sudah siap sejak awal dan sudah pernah bertemu mereka. Jadi, kami pun yakin bisa unggul, apalagi gimnya pendek,” kata Isyana.

Keunggulan itu dipertahankan pemain-pemain berikutnya meskipun China berkali-kali bisa mendekat. Setelah ganda campuran, Darren Aurelius/Bernadine Anindya Wardana, kalah pada partai ketiga 11-16, keunggulan Indonesia hanya tinggal dua poin, yaitu 33-31. Suasana menjadi menegangkan bagi kedua tim.Tak seperti Mutiara, yang bisa menang pada penampilan kedua, Darren/Bernadine lagi-lagi kalah saat bermain pada laga kedelapan. Kekalahan pun dialami ganda putra, Anselmus/Pulung pada pertandingan kesepuluh yang menjadi penentuan.

Anselmus/Pulung bermain melawan Hu Ke Yuan/Lin Xian Yi yang dimulai dengan skor 99-87 untuk keunggulan Indonesia. Namun, beberapa kesalahan yang dilakukan Pulung saat berada di dekat net membuat China bisa mendekat dari skor 108-99 menjadi 108-103.

Penonton dan Tim China yang semula lebih sering diam, kembali bersorak. Sementara, Mutiara dan kawan-kawan, yang bersiap berlari ke lapangan untuk merayakan kemenangan sejak unggul 108-99, kembali harus duduk. Baru ketika kok dari smes pemain China tak menyeberangi net, mereka berhamburan ke lapangan merayakan status juara dunia.

“Bahagia sekali hari ini. Rasanya campur aduk. Pada laga pertama, kami bisa menikmati pertandingan, sementara, di laga kedua tekanan dan tegangnya sangat terasa,” komentar Pulung.

Kekalahan Indonesia pada tiga pertandingan dengan sistem skor estafet ini bagaikan pelari yang tampil dengan kecepatan lambat dibandingkan lawan. Namun, karena rekan yang lain telah membuat tim unggul dengan kecepatan tinggi, Indonesia bisa “finis” mencapai angka 110 lebih dulu.

Manajer Tim Indonesia Rionny Mainaky menyampaikan rasa bangga pada pemain yang berjuang maksimal di kandang lawan. “Mereka bisa tampil tenang, padahal tekanannya sangat besar. Kekompakan mereka sangat bagus. Mereka juga disiplin dan mau berjuang habis-habisan,” kata Rionny.

Baca juga :

Bertemu China Lagi Di Final, Peluang Membalas Kekalahan

Pelatih tunggal putra Nunung Subandoro mengatakan, kemenangan tersebut didapat berkat kekompakan semua anggota tim. “Peluang kami dan China adalah 50:50. Namun, kami memposisikan diri sebagai underdog agar atlet bisa bertanding tanpa beban. Kami senang bisa juara di China setelah China menyapu bersih semua gelar dalam Kejuaraan Asia Yunior di Indonesia,” ujar Nunung dalam laman resmi BWF.

Meski membawa status gelar juara dunia yunior dalam kategori beregu, tugas Mutiara dan kawan-kawan belum selesai. Sebanyak 18 wakil akan tampil dalam kejuaraan kategori perorangan di tempat yang sama pada 7-13 Oktober. (iya)

Hasil Pertandingan Indonesia – China

Total skor : 110 - 103

  1. Mutiara Ayu Puspitasari – Xu Wen Jing 7-11
  2. Isyana Syahira Meida/Rinjani Kwinara Nastine – Chen Fan Shu
  3. Darren Aurelius/Bernadine Anindya Wardana – Lin Xiang Yi/Liu Yuan Yuan 33-31 (Darren/Bernadine kalah 11-16)
  4. Mohamamd Zaki Ubaidillah – Hu Zhe An 44-40 (Zaki menang 11-9)
  5. Anselmus Bragit Fredy Prasetya/Pulung Ramadhan – Hu Ke Yuan/Lin Xiang Yi 55-48 (Anselmus/Pulung menang 11-8)
  6. Mutiara – Xu Wen Jing 66-55 (Mutiara menang 11-7)
  7. Isyana/Rinjani – Chen/Liu 77-62 (Isyana/Rinjani menang 11-7)
  8. Darren/Bernadine – Lin/Liu 88-77 (Darren/Bernadine kalah 11-15)
  9. Zaki – Hu 99-87 (Zaki menang 11-10)
  10. Anselmus/Pulung - Hu/Lin 110-103 (Anselmus/Pulung kalah 11-16)

Cookies Injector