Kekalahan dari Bournemouth kian menegaskan Manchester United masih terjebak dalam lingkaran setan. Ruben Amorim punya segudang masalah yang harus diselesaikan.
MANCHESTER, MINGGU — Manajer datang dan pergi, tetapi Manchester United tidak pernah bangkit lagi. Stadion Old Trafford kini bukan lagi tempat yang menakutkan seusai Bournemouth kembali mampu meraih kemenangan, 3-0, atas MU, Minggu (22/12/2024) malam WIB. Kecemasan pun menyelimuti seisi Old Trafford. Ruben Amorim memang bukanlah pesulap yang mampu mengangkat performa klub dalam waktu singkat.
Sejak manajer legendaris Sir Alex Ferguson pergi, belum ada pelatih yang benar-benar bisa memoles performa MU hingga stabil sebagai klub besar. David Moyes, Louis van Gaal, Jose Mourinho, Ole Gunnar Solksjaer, dan Erik Ten Hag terbukti belum mampu mengangkat level permainan MU seperti satu dekade lalu.
Seusai pemecatan Ten Hag, Amorim dipandang sebagai calon juru selamat MU. Namun, manajer asal Portugal itu nyatanya juga kesulitan menuntun MU kembali konsisten. Start awal Amorim di MU cukup mengesankan, terutama setelah memenangi derbi menghadapi Manchester City pekan lalu. Namun, kemenangan itu ternyata belum cukup menandakan kebangkitan MU.
”Setan Merah” dilanda inkonsistensi di dua laga berikutnya. Mereka dikalahkan Tottenham Hotspur, 3-4, pada perempat final Piala Liga Inggris. Setelah itu, giliran Bournemouth yang kembali mempermalukan MU di markasnya dengan skor cukup telak, 3-0. Ini menjadi kekalahan kedua beruntun MU dari Bournemouth dalam dua musim beruntun di Old Trafford.
Saat ini, di klub kami, semua orang sudah lelah dengan situasi ini.
Hasil negatif ini pun mengulang kembali kisah MU bersama para manajer baru yang dinilai bisa menjadi penyelamat. Polanya selalu berulang bagai lingkaran setan. Harapan membuncah bersama manajer baru, tetapi setelah berjalannya waktu MU tetap menjadi medioker.
”Saat ini, di klub kami, semua orang sudah lelah dengan situasi ini. Kami tahu apa yang harus dilakukan, kami harus mengatasi banyak hal, tetapi kami siap melakukannya. Kami sudah mengetahuinya, kami tahu tantangannya besar,” kata Amorim.
Gol Bournemouth dicetak oleh Dean Huijsen pada menit ke-29, penalti Justin Kluivert pada menit ke-61, dan Antoine Semenyo dua menit berselang. Dengan ini MU melanjutkan kecenderungan untuk kebobolan gol lebih dulu dalam empat pertandingan sebelumnya menghadapi Nottingham Forest, Viktoria Plzen, Manchester City, dan Spurs.
Kekalahan dari Bournemouth pun menjadi yang keempat bagi Amorim setelah sembilan laga memimpin MU. Ini jelas bukan hasil yang bagus. Namun, masih terlalu dini menuding Amorim berkinerja kurang maksimal. Dia bukanlah pesulap yang bisa mengubah tim menjadi hebat dalam sekejap. Apalagi, Amorim kini memimpin skuad warisan orde lama. Perlu waktu lebih lama baginya untuk mengangkat performa MU.
Meski begitu, Amorim dan para pemainnya tetap saja telah mengecewakan para pendukung MU. Apalagi, mereka memperlihatkan kelemahan mendasar saat melawan Bournemouth. Satu kelemahan yang belum bisa hilang dari MU adalah mengantisipasi bola mati.
Gol sundulan Huijsen bermula dari eksekusi tendangan bebas. Joshua Zirkzee yang bertubuh lebih jangkung dari Huijsen gagal memenangi duel udara. Gol itu menambah panjang catatan kebobolan MU dari bola mati.
Sepanjang 2024, MU telah kebobolan 17 gol dari bola mati di Liga Inggris, tidak termasuk penalti. Menurut catatan Opta, tidak ada tim lain di Liga Inggris yang kebobolan bola mati sebanyak MU dalam satu tahun kalender.
Amorim mengetahui kelemahan mendasar MU tersebut. Awal bulan ini, Amorim pun menunjuk Carlos Fernandes sebagai pelatih spesialis bola mati MU, menggantikan Andreas Georgson.
”Kami sedang berusaha mengatasinya dan kami tidak kalah karena bola mati. Kami kalah karena kami menciptakan lebih banyak peluang, tetapi kami tidak mencetak gol, dan kemudian pada saat itu semua yang merugikan kami, mereka mencetak gol. Ini adalah saat yang sulit, tetapi tanggung jawabnya ada pada saya, bukan Carlos,” tutur Amorim.
Persoalan mendasar seperti mengantisipasi bola mati wajib segera diselesaikan oleh Amorim. Meski belum bisa membuat MU konsisten, setidaknya kelemahan mendasar itu diselesaikan satu demi satu. Liga Inggris tentu bukan tempat yang ramah bagi tim dengan kelemahan mendasar seperti itu.
Apabila tidak ada perubahan, Old Trafford tidak akan lagi menjadi panggung kebesaran MU. Manajer Bournemouth Andoni Iraola bahkan menyebut tidak butuh menjadi luar biasa untuk menang di Old Trafford. ”Kami hanya perlu tampil solid sebagai tim. Tidak perlu menjadi luar biasa,” katanya.
Kekalahan dari Bournemouth membuat MU tercecer di peringkat ke-13 klasemen sementara dengan 22 poin. Untuk pertama kalinya sejak musim 1989-1990, MU mendekam di paruh bawah klasemen saat Natal. Adapun Bournemouth kian nyaman berada di peringkat kelima dengan koleksi 28 poin. (REUTERS)
Edisi khusus 60 tahun Harian Kompas dapat Anda pesan melalui tautan komp.as/Koran-Edisi60. Selain itu, pemesanan juga tersedia di toko resmi Kompas di platform e-commerce, seperti Tokopedia, Shopee, dan Blibli. Pemesanan hanya dibuka selama periode 9-23 Juni 2025, dengan pengiriman mulai dilakukan pada 27 Juni 2025.
Kerabat Kerja
Penulis:
I Gusti Agung Bagus Angga PutraEditor:
Wisnu Aji DewabrataPenyelaras Bahasa:
Teguh Candra