WASHINGTON, SELASA — Presiden Amerika Serikat Donald Trump mengumumkan kenaikan tarif impor baja dan aluminium menjadi 25 persen dari sebelumnya 10 persen, Senin (11/2/2025). Menurut Institut Besi dan Baja AS, keputusan itu juga menghantam negara sahabat dan pemasok baja Amerika Serikat, seperti Kanada, Meksiko, Korea Selatan, dan Brasil.
”Kita dihantam teman dan lawan dalam hal ini. Sekarang waktunya mengembalikan kejayaan industri Amerrika Serikat,” kata Trump di atas pesawat kepresidenan Air Force One saat mengumumkan keputusan tersebut.
Tarif tersebut akan mulai berlaku 4 Maret 2025. Semula Trump mengatakan, tarif itu diterapkan tanpa pandang bulu. Namun, belakangan ia mengaku mempertimbangkan pengecualian untuk Australia. Pengecualian ini dipertimbangkan karena AS mencatat surplus perdagangan dengan Australia.
Trump juga berniat mengubah seluruh tarif impor AS agar sama dengan besaran tarif negara lain terhadap produk AS. Besarannya rata-rata di atas 10 persen dari tarif yang diterapkan terhadap China yang mulai berlaku, Senin. Adapun rencana kenaikan tarif AS kepada Kanada dan Meksiko ditangguhkan sementara hingga 1 Maret 2025.
Kanada langsung mengkritik AS. Presiden dan Direktur Eksekutif Kamar Dagang Kanada Candace Laing mengatakan, Trump mengganggu stabilitas ekonomi dunia. ”Ketidakpastian ekonomi akan berlangsung lama,” kata Laing.
Penerapan tarif baru yang dijadikan senjata andalan Trump juga membawa resiko inflasi meroket di AS. Kenaikan harga-harga itu dikhawatirkan tidak bisa ditangani oleh pertambahan pendapatan yang didapat warga AS.
Menurut Trump, penerapan kenaikan tarif akan menciptakan situasi yang lebih adil dalam perdagangan internasional dan membuat pabrik-pabrik AS memiliki daya saing. Kalaupun ada dampak menyakitkan, berupa kenaikan harga yang harus dialami konsumen dan dunia usaha AS, itu hanya terjadi sementara.
kompas/cakepKanada langsung mengkritik AS. Presiden dan Direktur Eksekutif Kamar Dagang Kanada Candace Laing mengatakan, Trump mengganggu stabilitas ekonomi dunia. ”Ketidakpastian ekonomi akan berlangsung lama,” kata Laing.
WASHINGTON, SELASA — Presiden Amerika Serikat Donald Trump mengumumkan kenaikan tarif impor baja dan aluminium menjadi 25 persen dari sebelumnya 10 persen, Senin (11/2/2025). Menurut Institut Besi dan Baja AS, keputusan itu juga menghantam negara sahabat dan pemasok baja Amerika Serikat, seperti Kanada, Meksiko, Korea Selatan, dan Brasil.
”Kita dihantam teman dan lawan dalam hal ini. Sekarang waktunya mengembalikan kejayaan industri Amerrika Serikat,” kata Trump di atas pesawat kepresidenan Air Force One saat mengumumkan keputusan tersebut.
Tarif tersebut akan mulai berlaku 4 Maret 2025. Semula Trump mengatakan, tarif itu diterapkan tanpa pandang bulu. Namun, belakangan ia mengaku mempertimbangkan pengecualian untuk Australia. Pengecualian ini dipertimbangkan karena AS mencatat surplus perdagangan dengan Australia.
Trump juga berniat mengubah seluruh tarif impor AS agar sama dengan besaran tarif negara lain terhadap produk AS. Besarannya rata-rata di atas 10 persen dari tarif yang diterapkan terhadap China yang mulai berlaku, Senin. Adapun rencana kenaikan tarif AS kepada Kanada dan Meksiko ditangguhkan sementara hingga 1 Maret 2025.
Kanada langsung mengkritik AS. Presiden dan Direktur Eksekutif Kamar Dagang Kanada Candace Laing mengatakan, Trump mengganggu stabilitas ekonomi dunia. ”Ketidakpastian ekonomi akan berlangsung lama,” kata Laing.
Penerapan tarif baru yang dijadikan senjata andalan Trump juga membawa resiko inflasi meroket di AS. Kenaikan harga-harga itu dikhawatirkan tidak bisa ditangani oleh pertambahan pendapatan yang didapat warga AS.
Menurut Trump, penerapan kenaikan tarif akan menciptakan situasi yang lebih adil dalam perdagangan internasional dan membuat pabrik-pabrik AS memiliki daya saing. Kalaupun ada dampak menyakitkan, berupa kenaikan harga yang harus dialami konsumen dan dunia usaha AS, itu hanya terjadi sementara.
kompas/cakepKanada langsung mengkritik AS. Presiden dan Direktur Eksekutif Kamar Dagang Kanada Candace Laing mengatakan, Trump mengganggu stabilitas ekonomi dunia. ”Ketidakpastian ekonomi akan berlangsung lama,” kata Laing.